Liputan6.com, Jakarta Tren budidaya ikan yang belakangan ini cukup digandrungi anak muda, ternyata masih belum mampu mengoptimalkan pemanfaatan lahan untuk budidaya perikanan. Dari 17,9 juta hektar potensi lahan untuk budidaya, baru 6,7 persen yang termanfaatkan.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, Safri Burhanuddin menjelaskan, faktor utama minimnya pemanfaatan lahan untuk budidaya perikanan adalah budaya.
Advertisement
"Kendala utama itu kultur, walaupun di depan rumah kita ada lahan, kalau kita memang tidak terbiasa (maka tidak akan melakukan)," ujar Safri dalam diskusi daring "Perikanan sebagai budidaya penggerah ekonomi nasional" bersama Liputan6.com, Rabu (10/6/2020).
"Artinya secara fisik itu bisa dimanfaatkan sebagai lahan budidaya tapi belum termanfaatkan, dari sisi ada kemauan yang pertama," sambung dia.
Faktor Lain
Selain itu, faktor kedua yang disebutkan Safri adalah pengungkit, atau pemantik. Umumnya, tren budidaya perikanan berlangsung sebentar, misalnya seperti saat tren ikan arwana, kemudian banyak orang yang berbondong-bondong membudidayakannya.
"Yang kedua tentu harus ada yang namanya pengungkit. Pengungkit itu bisa karena kondisi ekonomi dimana ikan ini lagi ramai, dilihat ada kesempatan, tapi kan semua harus terintegrasi, makanya jadi panjang (prosesnya)," jelas Safri.
Adapun tahapan terintegrasi yang dimaksudkan Safri dimulai dari pemilihan lokasi. Hal ini disebutkan Safri sebagai sesuatu yang sangat penting dan mendasar. Selanjutnya baru berkaitan dengan kebutuhan pembibitan, pakan, serta permodalan.
Advertisement