Kala Pandemi Corona COVID-19 Ubah Pemakaman Warga Kulit Hitam di AS

Pandemi Corona COVID-19 telah mengubah rangkaian pemakaman di komunitas warga kulit hitam di Newark, New Jersey, Amerika Serikat. Tak ada perayaan, hanya duka.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jun 2020, 20:10 WIB
Ilustrasi Foto R.I.P atau Beristirahat dengan Damai. (iStockphoto)

Liputan6.com, Newark - Pandemi Virus Corona COVID-19 telah memakan korban jiwa lebih dari 100.000 orang di Amerika. Warga keturunan Afrika-Amerika di negeri itu juga terkena dampak besar dalam situasi ini.

Laporan VICE.com dari New Jersey yang dikutip Kamis (11/6/2020) menyebutkan, orang-orang keturunan Afro-Amerika ini merupakan korban 20 persen warga tertular virus COVID-19 di wilayah tersebut. Kematian ini cukup tinggi, karena di daerah New Jersey orang-orang keturunan Afrika-Amerika merupakan 11 persen dari total populasi di tempat itu. 

Di Newark New Jersey, 50 persen dari penduduknya adalah orang-orang keturunan Afrika-Amerika. Tingginya kematian tercermin dari bisnis rumah duka keluarga Churchmans.

Rumah Duka Churchman telah melakukan 91 upacara pemakaman pada bulan April. Jumlahnya mengalami kenaikan 2/3 dari pemakaman tahun lalu.

Saat kamar mayat penuh dengan jenazah korban Corona COVID-19. Pun demikian dengan kuburan dan krematorium. Rumah duka juga terkena imbasnya. Padat.

Di Rumah Duka Churchmans, mereka harus mengeluarkan orang-orang ketika keluarga dan kerabat terdekat mendiang tak bisa melihat jenazah orang yang mereka sayangi harus menunggu berminggu-minggu untuk pemakaman layak.

Kunjungan menggantikan layanan pemakaman pada umumnya, dengan batasan ketat untuk jumlah orang di kapel utama rumah duka.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Perayaan yang Berbeda dari Biasanya

Ilustrasi Foto R.I.P atau Beristirahat dengan Damai. (iStockphoto)

Simone Churchman, seorang pekerja rumah duka ini belum cukup istirahat sejak bulan April lalu. Dirinya sibuk bekerja di rumah duka yang merupakan bisnis keluarganya, dan melakukan shift 12 jam. Namun saat waktu kerjanya usai, telepon kerap berdering mengabarkan ada yang meninggal dunia lagi. 

“Saya telah mendengar banyak cerita dari paman saya, dari kakek saya, dari ibu saya,” kata Churchman yang berusia 30 tahun, yang merupakan generasi kelima yang memimpin rumah duka keluarganya di Newark, New Jersey, kebanyakan melayani komunitas kulit hitam.

"Belum pernah aku mendengar hal seperti yang kita alami sekarang."

Bagi komunitas orang Afrika-Amerika, pemakaman biasanya menjadi selebrasi hidup, dan saat ini perayaan itu telah tiada di tengah pandemi ini. 

"Pemakaman adalah selebrasi hidup," ujar Churchman kepada VICE. 

"Namun saya rasa itu telah tiada di tengah pandemi ini," ujarnya. 

 

Reporter: Yohana Belinda

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya