HEADLINE: Liga-Liga Elite Eropa Bergulir Lagi, Bagaimana Kompetisi saat New Normal?

Apakah sepak bola akan baik-baik saja dalam kondisi new normal?

oleh Edu Krisnadefa diperbarui 11 Jun 2020, 09:03 WIB
Banner Liga Top Eropa (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta - Sepak bola di stadion kosong memang bukan pilihan ideal. Namun, ketimbang menunggu terlalu lama tanpa ada kejelasan kapan berakhirnya pandemi corona Covid-19, liga-liga elite di Eropa pun siap bangkit.

Sepak bola pun memulai hidup barunya, new normal.

Namun, tentu saja keputusan itu dibuat dengan berbagai pertimbangan. Yang paling utama tentu saja harus ada kondisi bahwa pandemi Covid-19 sudah bisa dikendalikan, yang memang merupakan syarat utama new normal.

Bundesliga Jerman menjadi liga besar dunia yang pertama kali memberanikan diri kembali gelar kembali kompetisi mereka, pada 16 Mei 2020. Sebelumnya, kompetisi paling elite di Jerman ini sempat dihentikan pada 12 Maret 2020.

Kini, liga-liga elite Eropa lainnya, juga bersiap untuk mengikuti jejak Bundesliga. Berturut-turut, La Liga Spanyol, Liga Inggris, dan Serie A Liga Italia akan melanjutkan kompetisi mereka mulai, 12, 17, dan 20 Juni 2020.

Sebelumnya, liga-liga elite ini menghentikan kompetisi mereka pada tanggal 10 Maret 2020.

Bahkan, Liga Champions dan Liga Europa pun juga sudah bersiap-siap memulai lagi kompetisinya di era new normal. Terakhir ajang paling elite antarklub dunia ini telah memasuki fase 16 Besar.

Secara resmi UEFA memang belum mengumumkan di situs mereka. Namun, UEFA kemungkinan mengambil opsi di mana Liga Champions akan mulai dilanjutkan pada 7-8 Agustus 2020, dengan asumsi kompetisi domestik telah menyelesaikan musim.

 

Infografis Liga Top Eropa Bangkit dari Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

UEFA juga tengah menggodok format baru untuk era new normal. Nantinya setelah babak 16 besar diselesaikan, seluruh tahapan akan digelar di satu negara saja.

Mulai babak perempat final, pertandingan Liga Champions hanya digelar satu kali di satu negara. Jika skor imbang maka akan dilanjutkan ke babak tambahan dan adu penalti.

Tapi, ya itu tadi. Mereka semua harus berkompromi dengan keadaan, bahkan menempuh risiko para pemain terpapar  virus Covid-19, karena pandemi belum sepenuhnya berakhir.

Siapa yang bisa menjamin, mereka bisa lolos dari sengat virus, meski protokol kesehatan telah diterapkan?

 


Protokol Khusus

Pemain Werder Bremen, Maximilian Eggestein, berebut bola dengan pemain Wolfsburg, Jerome Roussillon, pada laga Bundesliga di Weserstadion Minggu (7/6/2020). Werder Bremen takluk 0-1 dari Wolfsburg. (AFP/Patrik Stollarz)

Maka itu, berbagai penyesuaian demi meminimalisir atau menghindari risiko sengatan virus corona Covid-19 harus diberlakukan. Namanya juga new normal, banyak hal baru yang diperkenalkan. Protokol-protokol ini dibuat untuk melindungi para pemain, pelatih, dan pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah pertandingan.

Maka jadilah, duel derby Derby Lembah Ruhr di Bundesliga antara Schalke vs Borussia Dortmund, yang biasanya sengit dan meriah karena rivalitas kedua tim yang sangat kuat, tiba-tiba menjadi senyap, karena suporter hanya bisa menyaksikan dari layar kaca.

Menang, kemenangan 4-0  Dortmund tak berkurang nilainya, tetap tiga poin. Namun, seperti tak ada nyawa saat mereka menghajar musuh bebuyutannya itu.

Stadion kosong hanya merupakan salah satu dari penyesuaian sepak bola dalam kehidupan barunya. Namun, dampaknya sudah jelas terasa.

Klub pun kehilangan kesempatan untuk mendulang pemasukan dari penjualan tiket masuk stadion. Padahal, bagi klub-klub elite Eropa tiket pertandingan adalah salah satu pemasukan terbesar.


Physical Distancing di Lapangan

Pemain AC Milan Zlatan Ibrahimovic menyundul bola saat menghadapi Juventus pada pertandingan Coppa Italia di Stadion San Siro, Milan, Italia, Kamis (13/2/2020). Pertandingan berakhir 1-1. (AP Photo/Antonio Calanni)

Kini, La Liga, Liga Inggris, dan Serie A pun akan mengalami hal yang sama. Duel pembuka kembali di La Liga, Derby Andalusia: Sevilla vs Real Betis, tarung AC Milan vs Juventus di Serie A, serta pertemuan dua tim papan atas Liga Inggris, Liverpool vs Manchester City pun terancam hambar karena tak disaksikan suporter di stadion.

Tak hanya itu, masih ada sejumlah protokol lainnya yang harus dijalankan, seperti juga di Bundesliga. Mungkin teknisnya berbeda-beda di setiap liga. Namun, intinya sama, menjaga pemain dan semua pihak dari paparan virus.

Soal physical distancing misalnya, tetap harus dijalankan para pemain dan pihak-pihak yang terlibat dalam pertandingan.

Akan ada protokol yang mengatur jumlah dan jarak aman orang-orang yang terlibat dalam pertandingan di dalam stadion. Liga Inggris sempat mengeluarkan wacana hanya akan membolehkan 300 orang saja, termasuk pemain, pelatih dan wasit di dalam stadion.

Saat di lapangan, dipastikan juga tidak ada lagi selebrasi gol dengan cara saling berpelukan dan berkerumun.

Yang ada, sang pencetak gol merayakannya sendiri. Atau, paling tidak dia hanya mengadu siku dengan rekan-rekan lainnya.

Saat menuju stadion, di ruang ganti, bahkan saat di bus menuju stadion pun, para pemain diharuskan menjaga jarak. Bahkan, seperti dilakukan di Bundesliga, para pemain cadangan bukan tak mungkin ditempatkan di bangku penonton, sehingga bisa mengatur jarak yang ideal, minimal dua meter. Jaga jarak juga diterapkan saat para pemain memasuki lapangan pertandingan. Hal yang sama juga dilakukan oleh wasit dan timnya.

Jaga juga pasti akan diterapkan saat jumpa pers, sebelum dan sesudah pertandingan. Tidak akan ada lagi, para wartawan mengerumuni pemain atau pelatih untuk meminta komentar.


Wajib Kenakan Masker

Para pemain Schalke 04 menjaga jarak ketika duduk di bangku cadangan saat bersua Borussia Dortmund pada laga pekan ke-26 Bundesliga Jerman, di Signal Iduna Park, Sabtu (16/5/2020). (AFP/Martin Meissner / POOL)

Penggunaan masker pun mutlak diterapkan sebelum pertandingan. Pelatih, ofisial lain, dan para pemain cadangan bahkan diwajibkan tetap mengenakan masker selama pertandingan.

Sebelum menjalani pertandingan, setiap pemain juga dipastikan akan menjalani pemeriksaan, bukan hanya pengukuran suhu. Ini akan menentukan apakah sang pemain boleh atau tidak dimainkan.

Bahkan, bola pun tak luput dari aturan protokol pertandingan. Seperti yang dilakukan di Bundesliga, sebelum pertandingan bola terlebih dahulu disterilkan dengan cara disemprotkan disinfektan.


Sepak Bola Akan Baik-Baik Saja?

Gelandang Liverpool, Georginio Wijnaldum, mengontrol bola saat melawan Manchester City pada laga Premier League di Stadion Anfield, Liverpool, Minggu (10/11). Liverpool menang 3-1 atas City. (AFP/Paul Ellis)

 

Lalu, apakah sepak bola akan baik-baik saja dalam kondisi new normal? Apakah para pemain dan seluruh stakeholder sepak bola Eropa itu bisa menjalankan protokol-protokol kesehatan yang disusun?

Sebab, pertaruhannya bukan main-main, nyawa. Sebab, sekali lagi tak ada jaminan mereka semua akan terbebas dari sengatan virus. Bukankah dalam pandemi Covid-19 ini kita mengenal yang disebut orang tanpa gejala alias OTG yang bisa menularkan virus itu ke orang lain?

Jika kita mengacu kepada Bundesliga yang sudah sekitar satu bulan berjalan dalam kondisi new normal, mereka bisa membuktikan bahwa sepak bola baik-baik saja. Ya, dalam kondisi new normal, Bundesliga tetap bisa berjalan lancar.

Ini tentu bisa menjadi pelajaran bagi Liga Spanyol, Liga Inggris, Liga Italia atau liga manapun yang ingin kembali melanjutkan kompetisi mereka masing-masing. Bagaimana dengan komitmen dan kesadaran yang kuat, Bundesliga mampu bangkit dari mati suri.

Tapi, bukan hanya pemain, suporter pun juga harus bisa menahan diri, untuk tidak berbondong-bondong datang ke stadion dalam kondisi sekarang. Bukankah dukungan bisa mereka lakukan dari rumah, di depan layar kaca.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya