WHO Berharap Bisa Jalin Kerja Sama Kembali dengan AS Atasi Ebola di Afrika

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam sebuah pengarahan virtual, ia telah bertemu dengan Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Alex Azar pekan lalu.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 11 Jun 2020, 17:20 WIB
Tedros Adhanom Ghebreyesus (tengah), direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, berbicara pada konferensi pers tentang pembaruan COVID-19, di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss.(Salvatore Di Nolfi/Keystone via AP)

Liputan6.com, New York - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berharap untuk bekerja sama kembali dengan Amerika Serikat untuk menanggulangi wabah Ebola di Kongo.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (11/6/2020) putusnya hubungan AS dan WHO disampaikan oleh Presiden Donald Trump setelah dirinya menilai bahwa Badan Kesehatan Dunia itu lebih condong pada China dalam penganggulangan wabah Corona COVID-19.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam sebuah pengarahan virtual, ia telah bertemu dengan Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Alex Azar pekan lalu.

Pertemuan itu tampaknya menjadi tanda pertama kerja sama tingkat tinggi antara Tedros dan administrasi Trump sejak Trump mengatakan dia mengakhiri hubungan AS dengan WHO.

"Kami melakukan diskusi yang sangat baik dengan sekretaris pada pekan lalu dan dia meyakinkan saya tentang AS yang terus komitmen untuk mendukung dalam pertarungan terutama melawan Ebola," kata Tedros.

Dia mengatakan ini tidak berarti WHO menerima uang langsung dari Washington, yang sampai sekarang telah menjadi donor utamanya.

"Ini bukan tentang uang. Hubungan (dengan Amerika Serikat) lebih penting," katanya.

 

Simak video pilihan berikut:


12 Orang Terinfeksi Ebola

Sejumlah anak berjalan melewati dinding yang bertuliskan 'Ebola' di Monrovia, Liberia, 31 Agustus 2014. Liberia melarang para awak kapal untuk berlabuh di negara-negara yang rentan epidemi Ebola. (AFP PHOTO/DOMINIQUE FAGET)

WHO memuji kontribusi Amerika Serikat yang "luar biasa" dan "murah hati" bagi kesehatan global dalam upaya untuk menyelamatkan hubungan itu.

Belum jelas kapan keputusan Trump akan mulai berlaku. Trump menuduh WHO menjadi 'kaki tangan Beijing' dan mengabaikan penyebaran COVID-19 yang pertama kali dilaporkan di China.

WHO mengatakan, pada Senin kemarin, hingga 12 orang telah ditemukan terinfeksi Ebola dalam wabah baru penyakit mematikan di Republik Demokratik Kongo.

Para pejabat WHO pada hari Rabu memperingatkan agar tidak berpuas diri dalam pertarungan COVID-19, dengan mengatakan ada kekurangan peralatan di beberapa daerah termasuk Amerika Tengah dan Selatan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya