Liputan6.com, Jakarta - Sudah bertahun-tahun seseorang kerap kali meneror dan melecehkan anak-anak perempuan melalui aplikasi chatting, email dan Facebook. Dirinya kerap kali mengedit foto-foto mereka menjadi video dan foto yang tidak layak dilihat.
Pria ini juga kerap kali meneror untuk memerkosa anak-anak tersebut. Tak hanya itu, ia juga mengancam untuk melakukan penembakan dan pengeboman.
Advertisement
Pria tersebut adalah Buster Hernandez, yang dikenal sebagai "Brian Kil". Dirinya merupakan sosok mahir dalam menyembunyikan identitasnya di media sosial, sehingga Facebook memutuskan untuk membantu FBI melacak orang tersebut. Sebelumnya Facebook belum pernah melakukan ini.
Menurut tim tekno VICE, Motherboard yang dikutip Kamis (11/6/2020), Facebook bekerja sama dengan perusahaan pihak ketiga untuk mengembangkan alat perangkat lunak yang dirancang untuk memanfaatkan kelemahan pada sistem komputer (the exploit), dan tidak secara langsung menyerahkannya kepada FBI. Tidak ada informasi mengenai keterlibatan Facebook dalam membuat exploit ini.
Kasus sebelumnya memang tidak dilaporkan antara raksasa teknologi Silicon Valley dan FBI yang menyorot kemampuan teknis Facebook. Tak hanya itu, mereka juga menyoroti pihak peretasan yang bekerja untuk Facebook dan tim hukum untuk mengajukan pertanyaan etis yang sulit tentang peretasan etis kepada para pengguna.
Seorang juru bicara Facebook mengkonfirmasi kepada Motherboard bahwa ia bekerja dengan "pakar keamanan" untuk membantu FBI meretas Hernandez.
"Satu-satunya hasil yang dapat diterima bagi kami adalah Buster Hernandez memiliki akuntabilitas atas pelecehannya terhadap gadis-gadis muda," kata juru bicara Facebook. "Ini adalah kasus yang unik, karena dia menggunakan metode canggih untuk menyembunyikan identitasnya, sehingga kami mengambil langkah luar yang tidak biasa yaitu bekerja dengan para pakar keamanan untuk membantu FBI membawanya ke pengadilan."
Sekali lagi, ini adalah langkah yang belum pernah diambil sebelumnya. Menurut salah seorang mantan karyawan Facebook, apa yang dilakukan Hernandez tersebut sangatlah ekstrem, sehingga Facebook harus mengambil tindakan yang keras. Tak hanya itu akibat yang dilakukan oleh Hernandez, membuat Facebook tidak memiliki jalan lain selain meretas akunnya untuk melacaknya.
Menggunakan Chatting Facebook
Kejahatan yang dilakukan Buster Hernandez sangat keji. Dakwaan FBI adalah nauseating read, terkait dengan bacaan yang memuakkan. Dia mengirim pesan kepada gadis-gadis di bawah umur di Facebook dan mengatakan sesuatu seperti, “Hai, saya harus menanyakan sesuatu kepada Anda. Agak penting. Berapa banyak pria yang Anda kirimi 'foto kotor' untuk menyebabkan saya memiliki beberapa di antaranya dari Anda ?, ”menurut catatan pengadilan.
Dia mengatakan kepada para korban dia "ingin menjadi teroris dunia maya terburuk yang pernah hidup."
Tak hanya itu, Hernandez juga menuliskan bahwa polisi tidak akan bisa melacaknya. Dirinya juga mengancam untuk melakukan pembakaran sekolah dan pembunuhan. Hernandez sendiri kerap kali merespons kepada korban yang meresponsnya pada media sosial. Dirinya biasa akan mengancam korban bahwa dirinya akan menyebarkan foto telanjang, meski dirinya tidak memiliki foto tersebut.
Hernandez menggunakan sistem Tail, yang menjalankan software anonim Tor yang dirancang untuk mengenkripsi dan mendorong semua kegiatan pengguna melalui jaringan default, menyembunyikan alamat IP yang asli. Dengan bantuan sistem ini, Hernandez memulai pekerjaannya sebagai peneror.
Pekerja Facebook pun mengatakan bahwa Hernandez merupakan salah satu kriminal yang paling sulit untuk dihadapi.
Tail sendiri kerap kali digunakan untuk para wartawan, aktivis yang berada di bawah ancaman, pengawasan polisi dan pemerintah. Juru bicara Trail sendiri mengatakan bahwa pengguna Trail sendiri mencapai 30.0000 dan rata-rata pengguna tersebut adalah jurnalis, korban kekerasan dalam rumah tangga, dan warga yang peduli privasi.
Pihak Facebook pun telah melacak Hernandez selama dua tahun. Sistem itu mampu mendeteksi Hernandez dan mengikat akun pseudonim berbeda dan masing-masing korban kepadanya, kata dua mantan karyawan Facebook.
Sebenarnya, FBI sempat mencoba untuk meretas akun Hernadez, namun gagal karena sistem tersebut tidak terhubung kepada Tail.
Ketika peretasan yang dilakukan oleh FBI gagal, tim keamanan Facebook yang saat itu dipimpin oleh Alex Stamos, menyadari bahwa mereka harus turun tangan untuk membantu peretasan Hernandez.
Kepada Motherboard, Facebook menjelaskan bahwa peretasan bukan sesuatu yang ahli dilakukan oleh Facebook. Peretasan ini dilakukan karena Facebook telah kehilangan opsi lainnya.
FBI kemudian mendapat surat perintah dan bantuan seorang korban yang mengirim video jebakan ke Hernandez, seperti yang dilaporkan Motherboard.
Pada Februari 2020, Hernandez didakwa atas 41 dakwaan, termasuk produksi pornografi anak, paksaan dan bujukan dari seorang anak di bawah umur, dan ancaman untuk membunuh, menculik dan melukai. Dirinya pun akan mendekam dalam penjara selama bertahun-tahun.
Juru bicara FBI pun menanggapi masalah ini secara serius dan mengatakan bahwa hal ini masih masalah yang berlanjut.
Advertisement
Facebook Secara Rutin Menyelidiki Kasus Kriminal Siber
Pihak Facebook mengatakan bahwa mereka secara rutin menyelidiki cyber crime (kriminal siber), stalker hingga predator anak. Beberapa tim di Menlo Park dan kantor perusahaan lainnya mengumpulkan laporan pengguna dan secara proaktif memburu para penjahat ini.
Tim-tim tersebut terdiri dari spesialis keamanan, beberapa di antaranya pernah bekerja di pemerintah, termasuk FBI dan Departemen Kepolisian New york.
Tim-tim tersebut sangat bangga ketika berhasil menangkap seorang kriminal dan memajang foto-foto mereka sebagai clipping, ujar salah satu pekerja Facebook saat ini yang dirahasiakan identitasnya.
Menurut Facebook, peretasan yang dilakukan adalah hal yang legal, namun mereka bukan bagian penegak hukum. Mereka mengatakan bahwa bila ada kejadian serupa di masa depan, maka mereka akan melakukan yang yang sama.
"Facebook juga masih berencana mencari predator anak lainnya yang berada di paltform mereka," ujar salah satu mantan pekerja Facebook yang juga anonim.
Dilema Keetisan
Namun dalam kasus Hernandez ini peretasan terjadi dalam Tail, bukan Facebook, sehingga hal ini menjadi lebih rumit dalam melakukan peretasan. Namun peretasan ini hanya terjadi jika pelaku kriminal telah memiliki tindakan yang sudah tidak bisa diterima lagi.
Juru bicara dari Tail mengatakan jika mereka tidak tahu perihal Hernandez yang seorang predator anak. Banyak pekerja di Google dan perusahaan lain yang menjalani "pengungkapan terkoordinasi" dimana mereka menemukan kelemahan dalam sistemnya dan akan memberi mereka waktu untuk memperbaikinya sebelum merilis detail kepada publik.
Dalam hal ini, bagaimanapun, itu tidak dilakukan karena FBI bermaksud untuk memanfaatkan kerentanan terhadap target yang sebenarnya.
Beberapa tahun terakhir banyak teroris dan pelaku kejahatan lainnya yang menggunakan sistem enkripsi untuk lari dari hukum. Sehingga belakangan, pemerintah dan tim pelacak memutuskan untuk meretas apa yang terjadi.
Namun Amie Stepanovich, direktur eksekutif Silicon Flatirons Center di University of Colorado Law School mengatakan bahwa siapapun yang melakukan peretasan ini dapat terjadi kepada orang dapat terjadi keapda orang yang tidak bersalah.
“Kerentanan dapat digunakan terhadap siapa pun. Tail bisa digunakan oleh penjahat, tetapi juga merupakan alat bagi para aktivis, jurnalis, atau pejabat pemerintah, serta orang lain untuk melindungi dari aktor jahat, "Stepanovich.
Maka dari itu sangat penting memiliki proses yang transparan dalam proses dan penemuan dan respons terhadap kerentanan, termasuk preferensi default untuk melaporkannya ke orang, organisasi, atau perusahaan yang tepat.
Menurut Senator Ron Wyden, yang merupakan pengamat yang dekat dari penegakan hukum dalam penggunaan peretasan, kasus ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana FBI menangani alat peretasan yang dibeli oleh Facebook.
Sejumlah pertanyaan seperti, apakah Facebook menggunakan sistem peretasan ini dalam kasus lain atau tidak. Menurut Wyden perlu penjelasan bagaimana pemerintah menggunakan sistem peretasan ini.
Namun insinyur dan peneliti keamanan yang melakukan tugas dalam kasus Hernandez mengatakan bahwa saat itu benar-benar tidak ada pilihan lain dan peretasan ini hanya akan dilakukan pada tindakan kriminal yang keras.
Reporter: Yohana Belinda
Advertisement