Liputan6.com, Jakarta Virus Corona telah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Beberapa orang mengalami gejala sementara yang lain tak menunjukkan tanda-tanda penyakit yang nyata.
Baca Juga
Advertisement
Namun, ketika para peneliti terus mempelajari virus baru ini, mereka telah mengidentifikasi kondisi kesehatan tertentu yang membuat orang lebih rentan dengan komplikasi parah akibat virus Corona. Salah satunya adalah diabetes.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Infection pada tanggal 23 April, setelah meninjau 13 studi yang relevan, orang dengan diabetes hampir empat kali lebih mungkin terinfeksi virus Corona. Levelnya adalah parah bahkan fatal dibandingkan dengan pasien tanpa kondisi kesehatan yang mendasarinya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
"Ketika pasien memiliki penyakit komplikasi seperti diabetes dan hipertensi, tubuh berada dalam kondisi stres untuk waktu yang lama dan kekebalannya cenderung rendah," tulis para peneliti dalam penelitian itu.
"Selain itu, sejarah panjang diabetes dan hipertensi pada seseorang akan merusah struktur pembuluh darah, dan lebih mungkin berkembang menjadi penyakit kritis pada infeksi."
Advertisement
Selanjutnya
American Diabetes Association (ADA) mengatakan bahwa orang diabetes tidak lebih mungkin untuk terinfeksi virus Corona dibanding dengan populasi umum. Hanya saja, mereka mungkin menghadapi hasil yang lebih buruk jika mereka terinfeksi. Salah satu efek samping yang serius misalnya ketoasidosis diabetik (DKA).
"DKA dapat membuat seseorang sulit untuk mengelola asupan cairan dan kadar elektrolit dalam tubuh. Padahal, ini penting dalam mengelola sepsis," tutur juru bicara ADA.
"Sepsis dan syok septik adalah beberapa kompllikasi yang lebih serius yang dialami beberapa orang dengan virus Corona."
Selanjutnya
Terlebih lagi, penelitian yang dipublikasikan pada 4 Juni di Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, dikatakan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit dengan virus Corona yang juga menderita diabetes, berjumlah lebih dari 20 persen dari mereka yang berada di unit perawatan intensif.
Salah satu faktor penyebab mengapa hal ini terjadi adalah bahwa obat yang digunakan untuk mengobati virus Corona, seperti glukokortikoid dan hidroksi klorokuin memengaruhi kadar glukosa dalam darah.
Oleh karena itu, pasien virus Corona dengan diabetes perlu menerima terapi penurun glukosa, seperti pemantauan glukosa dan pemberian insulin.
Advertisement
Selanjutnya
Namun, para peneliti dari penelitian ini menemukan bahwa pasien dengan diabetes yang dikelola dengan baik mungkin lebih baik daripada mereka yang memiliki penyakit yang kurang terkendali. Para peneliti menulis bahwa pasien yang "berpengatahuan luas, kompeten, dan stabil secara klinis," mungkin dapat menggunakan manajemen diri diabetes.
Dalam hal ini, mereka memantau glukosa darah dan insulin mereka sendiri. Ini juga akan membantu para tenaga medis untuk lebih mematuhi rekomendasi bahwa mereka meminimalkan interaksi pasien seabgai cara untuk menghindari paparan virus Corona terhadap tenaga medis sendiri.
Selanjutnya
"Risiko Anda menjadi sangat sakit akibat virus Corona cenderung lebih rendah jika diabetes Anda dikelola dengan baik," tambah ADA seperti dilansir dari Best Life.
"Ketika orang-orang dengan diabetes tidak mengelola dengan baik diri mereka dan mengalami gula darah yang berfluktuasi, mereka umumnya berisiko untuk sejumlah komplikasi yang berhubungan dengan diabetes."
Advertisement