Liputan6.com, Jakarta - Ketenangan sekian banyak kucing liar di Pulau Umashima atau juga dikenal sebagai Aoshima terusik. Pasalnya, sosok misterius diduga menyebarkan racun dan membuat hewan berbulu itu mati mendadak.
Mengutip laman Asiaone, Jumat (12/6/2020), laporan pertama tentang kematian kucing tanpa diketahui penyebabnya tercatat pada September 2017. Jumlahnya menurun hingga kurang dari 30 ekor dalam dua tahun kemudian.
Baca Juga
Advertisement
Stopping Cruelty to Animal Testament (SCAT), sebuah organisasi non-profit berbasis di Fukuoka, membuka investigasi setelah menemukan sekitar 40 kucing mati. Lembaga itu juga menerima sejumlah laporan adanya ikan dalam kaleng biru ditinggalkan di sekitar pulau.
Kucing-kucing yang memakan ikan itu segera terjatuh dan mulutnya berbusa sebelum mati. Kelompok itu membagikan laporan mereka pada kelompok anti-kekejaman terhadap hewan lainnya, Taisetsuna Nekotachi, yang kemudian menyerahkannya ke polisi pada Oktober tahun lalu.
Meski begitu, sosok penyebar racun masih juga jadi misteri hingga seorang reporter dari koran The Mainichi melaporkan melihat seorang lelaki lansia meletakkan makanan di pulau itu. Reporter tersebut juga sempat menanyai lelaki yang dimaksud.
Sang reporter menyebut lelaki itu meninggalkan makanan yang telah diracuni untuk membunuh gagak. Ia menolak saat disebut menargetkan kucing.
Nama lelaki tersebut tidak diungkap, tapi ia diyakini merupakan lelaki berusian sekitar 80-an tahun dan merupakan penduduk Kota Kitakyushu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Destinasi Wisata Populer
Polisi kini telah mengirimkan kasus itu ke Kejaksaan pada 5 Juni 2020. Tersangka disebut telah melanggar sejumlah aturan perlindungan hewan.
"Hukum perlindungan hewan telah berlaku mulai 1 Juni dengan hukuman lebih tegas," kata Direktur SCAT, Sachie Yamazaki pada The Mainichi. Ia berharap konsekuensi dari kasus ini akan mengarahkan pada perlindungan lebih atas kekerasan hewan.
Pulau Aoshima yang berjarak sekitar 10 kilometer dari pelabuhan Kokura, di utara Kyushu, telah lama dikenal sebagai surga bagi para kucing. Populasi kucing di sana bahkan melebihi jumlah manusia yang tinggal, hanya 30 orang, sementara jumlah kucingnya mencapai seratusan ekor yang kebanyakan liar.
Karena keunikannya, pulau tersebut jadi salah satu destinasi wisata populer di Jepang. Meski begitu, turis tak bisa menginap, lantaran tak ada penginapan ataupun fasilitas pendukung lain bagi wisatawan.
Advertisement