Liputan6.com, Serang - Kisah kakek Jahrani (74) yang beraktivitas sehari-hari dengan merangkak, pertama kali dibagikan oleh akun Facebook Sopia Imaliawati. Namun unggahannya telah dihapus pemilik akun. Dalam status Facebooknya, Sopia menuliskan alasannya.
"Assalamualaikum Mohon maaf sebelumnya atas postingan saya Mengenai mbah sarani Saya tidak ada maksud apa" apalagi menjatuhkan warga atau aparat setempat lilahi ta'ala Niat saya disini hanya ingin bantu mbahnya Tanpa membawa bawa nama tetangga ataupun aparat setempat apalagi menjelek jelekan, niat saya fyurr hanya ingin agar ada orang yg peduli sama beliau. Saya tidak bilang klo mbah tidak dapat bantuan dari tetagga ataupun pemerintah pusat. Saya hanya melihat keadaan dan realita yg aku liat setiap kali aku kesana menengok beliau Mohon maaf sekali lagi saya tidak ada maksud lain selain bantu mbah sarani
Jika postingan saya mengganggu kentenangan Semuanya maka postingan akan saya hapus Alhamdulilah semoga dengan adanya seperti ini Mbah sarani segera mendapatkan tindakan Agar bisa hidup lebih layak selayaknya manusia."
Dalam statusnya itu, Sopia juga mengunggah tangkapan layar percakapan dengan seseorang yang meminta agar unggahan video dan foto kakek Jahrani dihapus.
Baca Juga
Advertisement
Saat berkunjung ke kediaman kakek Jahrani, di Kampung Priuk, RT 05 RW 01, Desa Singamerta, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Banten. Kondisi Kakek Jahrani memang menyedihkan, untuk beraktivitas saja harus merangkak, karena tidak bisa berdiri apalagi berjalan. Pinggul bagian kanannya cedera, karena tertabrak sepeda motor. Sehingga tidak bisa kuat untuk beraktivitas normal. Saat masih sehat dan kuat, kakek Jahrani merupakan seorang penjual cobek atau ulekan batu.
"Pertamanya itu sakit, jualan cobek gitu yah, ketabrak motor. Tapi enggak tanggung jawab yang nabrak nya itu, sudah lama, tiga tahunan. Pas mau di pijit enggak Mang Jahrani nya tuh, tapi berobat mah berobat, pulang ajah udah," kata keponakan nya, Bakriah (40), Jumat (12/6/2020).
Bahkan buang air besar dan kecil, kakek Jahrani tidak bisa ke kamar mandi. Dia melakukan aktivitasnya di atas kasur. Setiap hari ada dua orang yang mengurusnya secara bergantian, yakni Nenek Santijah (60) dan Teteh Bakriah (40).
Teteh Bakriah bertugas memasak dan memberi makan kakek Jahrani. Sedangkan nenek Santijah, yang membersihkan tinja, membersihkan rumah dan memandikan kakaknya.
"Memang tinggal sendirian di sini mah, enggak mau ditemenin. Saudara banyak di sekitar sini, diurusin juga sama keluarga, sama warga, gantian aja. Tapi yang tiap hari teteh (Bakriah) sama nenek ini (Santijah)," jelasnya.
Santijah, adik dari kakek Jahrani mengaku, sang kakak mendapatkan bantuan Jaring Pengaman Sosial (JPS) dari Pemrov sebesar Rp500 ribu, namun tidak bisa diambil.
"Dapet bantuan Corona mah, Rp500 ribu. Lagi bikin surat kuasa dulu biar bisa diambil," katanya.