Liputan6.com, Jakarta Richardson Chanlie lahir dengan disabilitas fisik ichthyosis di mana kulitnya lebih tipis dari orang biasanya. Pria 28 tahun ini memberikan beberapa penjelasan terkait disabilitas yang disandangnya.
“Ini bawaan lahir sih, mungkin ke lapisan kulit aja. Namanya ichthyosis, kalau kulit normal itu biasanya 7 lapis kalau aku itu 3 sampai 4 layer,” ujar Richardson melalui sambungan telepon Jumat (12/6/2020).
Advertisement
Kulit yang cenderung lebih tipis ini ternyata tidak menimbulkan rasa sakit atau perih. Namun, kondisi kulit tipis mengharuskan pria asal Medan ini untuk rutin menggunakan pelembab kulit.
“Jadi kalau kering, kulitnya bisa terkelupas. Kulit seperti ini juga mudah terluka, kalau tergores sedikit bisa berdarah tapi sembuhnya pun cepat banget.”
Perawatan rutin yang dilakukan setiap hari hanyalah penggunaan lotion atau pelembab selepas mandi. Setelah terkena air, kulitnya cenderung kering maka penggunaan lotion tersebut sangat membantu.
“Sebenarnya ada lotion khusus yang diracik dari resepnya Singapura tapi bahannya mahal jadi kita minta dokter Jakarta untuk memberi resep dan kita racik sendiri hasilnya itu mirip dengan produk pelembab bibir.”
Simak Video Berikut Ini:
Semakin Membaik
Ichthyosis yang disandang Richardson mengalami penurunan tingkat keparahan seiring bertambah usia. Pada mulanya, ia sama sekali tidak boleh terkena panas.
“Di usia tertentu gak boleh kena panas cuman dibiasakan, dulu saya gak boleh makan kepiting, udang, dan lain-lain tapi semakin dewasa mungkin kekebalan tubuh semakin baik.”
Bahkan, pada usia muda ia tak boleh mengkonsumsi kecap manis. Efek samping yang ditimbulkan ketika ia mengkonsumsi kecap manis adalah timbulnya bintik-bintik hitam pada kulit.
“Kalau makan seafood, kepiting, udang dan lainnya nanti gatal-gatal dan saat digaruk kulitnya berdarah. Tapi itu dulu, sedikit demi sedikit orangtua membiasakan dan akhirnya reaksi itu hilang.”
Sedang, terkait penyebab ichthyosis Richardson belum mengetahui secara pasti. Namun, menurut informasi yang ia dengar dari ibunya, hal tersebut terjadi akibat ketuban yang pecah.
“Kata profesor yang menangani persalinan, ketika ibu saya hendak melahirkan, ketubannya pecah dan airnya terminum (oleh saya) dan menjadi racun, katanya sih itu penyebabnya.”
Advertisement