Liputan6.com, Jakarta Para miliarder mungkin punya banyak harta untuk bertahan hidup di tengah masa sulit seperti sekarang. Tapi ternyata, potensi kehilangan mereka juga jauh lebih besar dari dugaan. Diperkirakan, kekayaan global bakal jatuh USD 3,1 triliun tahun ini.
Laporan dari Morgan Stanley dan Oliver Wyman menyatakan, pandemi Corona atau Covid-19 memiliki dampak finansial bagi miliarder, berupa turunnya kekayaan hingga 4 persen pada tahun ini.
Advertisement
Dampak ini diperkirakan bakal terus berjalan karena pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat. "Dalam skenario pemulihan ekonomi U-shaped, kekayaan global (High Net Worth/HNW) berpotensi anjlok dari USD 79 triliun menjadi USD 76 triliun. Pada skenario terbaik, jumlahnya bisa meningkat 0,9 persen hingga USD 80 triliun," demikian bunyi laporan tersebut, dikutip dari Forbes, Minggu (14/6/2020).
Namun pada skenario terburuk, kejatuhannya bisa mencapai 10,2 persen atau USD 8 triliun, menjadi USD 71 triliun saja.
Diperkirakan, resiko yang terjadi akan condong ke arah bawah (downside) dan efeknya akan lebih tahan lama juga. Proyeksi pertumbuhan aset tahunan hingga 2024 rata-rata hanya 1 persen dalam skenario ini.
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) meramalkan, ekonomi dunia bakal merosot hingga 6 persen dengan catatan tidak ada pandemi Corona gelombang ke-2. Jika ada gelombang ke-2, penurunannya bisa sampai 7,6 persen.
"Skenario apapun terdengar menyedihkan, dan aktivitas tidak akan kembali benar-benar normal di tengah keadaan ini," kata Chief Economist OECD Laurence Boone.
Laurence juga bilang, di akhir 2021, kemerosotan pendapatan bakal lebih parah dalam 100 tahun terakhir ini. Namun Morgan Stanley dan Oliver Wyman berharap, pertumbuhan asset under management (AUM) akan tumbuh dalam beberapa tahun ke depan dan menyelamatkan kekayaan global.
Secara keseluruhan, AUM diperkirakan bisa tumbuh 7 persen. Di China, tumbuh 12 persen. Amerika Latin, tumbuh 8 persen. Negara Asia Pasifik (selain China) tumbuh 7 persen. Amerika Serikat, tumbuh 4 persen. Lalu disusul Eropa Barat dan Jepang yang tumbuh 3 persen.
Saksikan video di bawah ini:
Penemu iPod Tony Fadell: Saya Pernah 10 Tahun Hidup dalam Kegagalan
Perlu jatuh untuk mengenal kata bangkit, tampaknya bukan sekadar nasehat lama. Setidaknya itulah yang dialami penemu iPod, Tony Fadell yang mengaku gagal selama satu dekade sebelum akhirnya menikmati kesuksesan seperti sekarang.
Sebelum dikenal sebagai "father of the iPod", Fadell mengatakan, pernah ditoak 80 investor usaha kapital saat mencoba memperoleh dana untuk bisnis teknologinya sendiri.
"Jadi secara harfiah, saya mengalami sepuluh tahun kegagalan," ungkapnya mengenang tahun-tahun awal berjuang di industri teknologi pada 1990-an seperti dilansir dari CNBC, Jumat (12/6/2020).
Baca Juga
Fadell mengungkapkan hal tersebut pada sebuah panel di konferensi 2020 CogX dengan mantan kerabatnya di General Magic, perusahaan spin-off dari Apple yang beroperasi pada 1990-an tapi meninggalkan bisnis tersebut di awal 2000-an.
Fadell mengatakan, sulit sekali melewati 10 tahun tersebut. Satu dekade yang mendorongnya untuk terus melewati batasan dan rintangan, memotivasi diri sendiri, dan mencoba lagi.
Sayangnya, itu setelah semua itu, ia malah harus berhadapan dengan kekacauan pasar saham pada 2000.
"Kami memiliki perusahaan kecil dan saya harus mencoba pada 80 investor, dan seluruh 80 invesor tersebut menolak," kenang dia.
Dia mengatakan, melalui satu dekade yang penuh dengan kegagalan dan orang-orang yang terus mengatakan bahwa ia tidak bersalah atas kegagalannya, terasa sangat menyakitkan.
"Namun perjalanan itu justru sekaligus membangun panggungnya untuk 10 tahun berikutnya dan jauh ke depan, ya Anda tahu, iPod, lalu iPhone, yang awalnya berasal dari General Magic," imbuh Fadell.
Setelah Fuse menolak mendanai gagasannya, Fadell lalu bergabung dengan Apple pada 2001 sebagai seorang konsultan, datang dengan konsep awal untuk iPod dan kemudia direkrut sebagai kepala bagian.
Dia juga ikut menciptakan iPhone dan menjadi penasehat almarhum CEO Apple Steve Jobs dari 2008 hingga 2010.
Fadell kini menjadi Kepala penasehat teknologi global dan perusahaan investasi Future Shape. Membantu berbagai perusahaan mengatasi tantangan finansial akibat virus corona turut mengingatkannya pada awal karirnya dulu.
"Saya merasa seperti kembali pada hari-hari penuh kegagalan itu, mengingat kembali apa yang bisa dilakukan agar tidak melakukan kesalahan yang sama," tandas dia.
Advertisement