Liputan6.com, Jakarta - Ada beragam langkah yang dapat ditempuh untuk menurunkan berat badan. Sebut saja dengan mengubah gaya hidup dengan rajin berolahraga hingga pentingnya menjaga pola makan Anda. Apa saja yang perlu diperhatikan untuk menurunkan berat badan?
Dilansir dari laman The Sun, Minggu, 14 Juni 2020, makan sebelum tidur memicu bahaya diabetes tipe 2 dengan meningkatnya kadar gula darah, menurut sebuah studi baru. Para peneliti membandingkan efek di antara kelompok orang yang sama makan malam pukul 18.00 dan 22.00.
Lebih dari 2,1 miliar orang dewasa di seluruh dunia diperkirakan kelebihan berat badan atau obesitas yang membuat komplikasi keseharan yang berpotensi fatal seperti diabetes dan tekanan darah tinggi yang lebih mungkin terjadi.
Baca Juga
Advertisement
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mengonsumsi kalori di kemudian hari dikaitkan dengan obesitas dan sindrom metabolik.
"Studi ini memberi penerangan baru tentang bagaimana makan larut malam memperburuk toleransi glukosa dan mengurangi jumlah lemak yang terbakar," kata penulis yang sesuai dari studi baru itu, Dr Jonathan Jun dari Johns Hopkins University School of Medicine di Amerika Serikat.
"Efek terlambat makan sangat bervariasi di antara orang-orang dan tergantung pada waktu tidur mereka yang biasa. Ini menunjukkan bahwa beberapa orang mungkin lebih rentan terhadap makan terlambat daripada yang lain," tambahnya.
"Jika efek metabolik yang kita amati dengan sekali makan tetap terjadi secara kronis, maka makan yang terlambat dapat menyebabkan konsekuensi seperti diabetes atau obesitas," katanya.
Para peneliti mempelajari 20 sukarelawan sehat, yang terdiri atas 10 pria dan 10 perempuan untuk melihat bagaimana mereka mencerna makan malam yang dimakan pada pukul 22.00 dibandingkan dengan 18.00. Semua relawan tidur pukul 23.00.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kadar Gula Darah Tinggi
Para peneliti menemukan bahwa kadar gula darah lebih tinggi, dan jumlah lemak yang dicerna terbakar lebih rendah setelah makan malam berikutnya, bahkan ketika makanan yang sama diberikan pada dua waktu yang berbeda.
"Rata-rata, kadar glukosa puncak setelah makan malam sekitar 18 persen lebih tinggi, dan jumlah lemak yang dibakar semalam menurun sekitar sepuluh persen dibandingkan dengan makan satu makan malam sebelumnya," kata penulis studi pertama Dr Chenjuan Gu, juga dari Johns Hopkins University.
"Efek yang kita lihat pada sukarelawan yang sehat mungkin lebih jelas pada orang dengan obesitas atau diabetes, yang sudah memiliki metabolisme yang terganggu," tambahnya.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, bukan yang pertama menunjukkan efek makan terlambat, tetapi tim peneliti mengatakan itu adalah salah satu yang paling rinci.
Mereka mengatakan para relawan mengenakan pelacak aktivitas, melakukan pengambilan sampel darah setiap jam saat tinggal di laboratorium, menjalani studi tidur dan pemindaian lemak tubuh, dan memakan makanan yang mengandung label non-radioaktif sehingga laju pembakaran lemak dapat ditentukan.
"Kita masih perlu melakukan lebih banyak percobaan untuk melihat apakah efek ini berlanjut seiring waktu, dan jika mereka lebih disebabkan oleh perilaku, seperti tidur segera setelah makan, atau oleh ritme sirkadian tubuh," kata Dr Jun.
Sebuah studi serupa awal tahun ini mengungkapkan bahwa makan setelah pukul 18.00 meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2.
Ilmuwan mengklaim ini karena sistem pencernaan kurang efisien di malam hari karena sesuatu yang disebut ritme sirkadian. Ritme sirkadian adalah siklus 24 jam yang menentukan segalanya mulai dari saat kita mengantuk hingga sel-sel kekebalan tubuh kita yang paling aktif.
Baca Juga
Advertisement