Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia mengalami surplus sebesar USD 2,1 miliar. Terciptanya surplus tersebut kurang menggembirakan karena mayoritas disumbang oleh penurunan ekspor sebesar 28,9 persen dan impor turun 42,2 persen.
"Ekspor kita mengalami pertumbuhan negatif baik untuk industri pengolahan, pertanian dan pertambangan. Impor turun curam baik karena barang konsumsi dan bahan baku dan barang modal," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Jakarta, Senin (15/6).
Sepanjang Mei 2020, Neraca dagang tersebut disumbang oleh ekspor sebesar USD 10,53 miliar dan impor sebesar USD 8,44 miliar. Ekspor pada Mei 2020 mengalami penurunan sebesar 11,40 persen.
Baca Juga
Advertisement
"Kalau dibandingkan pada posisi April 2020 maka nilai total ekspor pada mei 2020 mengalami penurunan 11,40 persen dan bisa dilihat bahwa selama April ke Mei ekspor migas mengalami kenaikan tetapi sebaliknya ekspor non migasnya turun," jelasnya..
Sementara itu, nilai impor pada Mei 2020 mencapai USD 8,44 miliar turun sebesar 32,65 persen dibanding April 2020. Penurunan ini disebabkan penurunan impor migas sebesar 23,04 persen.
"Non migasnya mengalami penurunan yang cukup dalam 33,36 persen. Total nilai impor pada Mei 2020 kalau dibandingkan pada Mei 2019 menunjukkan pada bulan Mei 2020 ini menurun tajam sekali yaitu 42,20 persen. Dengan catatan impor migasnya hampir 70 persen sementara impor migasnya mengalami penurnan 37, 34 persen," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Meski Corona Mewabah, Neraca Dagang Indonesia Masih Surplus USD 2,2 Miliar
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengumumkan bahwa pada periode Januari hingga April 2020, neraca perdagangan Indonesia menunjukkan surplus sebesar USD 2,2 miliar.
Hal ini dinilai sebagai kabar yang menggembirkan bagi kinerja perdagangan Indonesia di tengah pandemi corona.
"Capaian kinerja perdagangan ini cukup menggembirakan di tengah pandemi yang melanda hampir seluruh negara di dunia," dikutip dari keterangan tertulis Kemendag, Sabtu (13/6/2020).
Sementara itu, untuk produk makanan olahan Indonesia, pada periode Januari–April 2020 berhasil mencatatkan nilai ekspor sebesar USD 1,32 miliar atau meningkat 7,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun negara tujuan utama ekspor produk makanan olahan Indonesia pada periode Januari–April 2020 yaitu Amerika Serikat sebesar USD 293,6 juta (22,11 persen).
Kemudian, Filipina USD 161,4 juta (12,15 persen), Malaysia USD 101,6 juta (7,65 persen), Singapura USD 74,9 juta (5,64 persen), dan Jepang USD 71,9 juta (5,41 persen).
Advertisement
Neraca Dagang Indonesia Defisit USD 350 Juta di April 2020
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2020 mengalami defisit sebesar USD 350 juta.
Defisit ini lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya Maret yang tercatat sebesar USD 720 juta. Pun posisi ini juga lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar USD 2,3 miliar.
Kepala BPS, Suharyanto, menyatakan defisit ini terjadi dikarenakan posisi ekspor dan impor Indonesia pada April 2020 mengalami penurunan.
Di mana nilai ekspor pada April 2020 tercatat sebesar USD 12,19 miliar atau turun sbesar 13,33 persen dsn posisi impor tercatat sebesar USD 12,54 miliar atau turun 6,10 persen.
"Sehingga pada bulan april 2020 ini kita mengalami defisit sebesar USD 0,35 miliar," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Pusat BPS, Jakarta, Jumat (15/5/2020).
Sementara neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari sampai April 2020 masih mengalami surplus sebesar USD 2,25 miliar.
Hal itu terjadi karena total ekspor Indonesia selama Januari April mencapai sebesar USD 53,95 miliar. Sementara total impor dari periode tersebut mencapai USD 51,71 miliar.
"Di tengah covid-19 ini kita masih surplus USD 2,25 miliar tentunya ke depan performa ini bisa lebih baik lagi," kata dia.