Liputan6.com, Jakarta - Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan berat, yakni pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Penyebaran penyakit menular ini sangat cepat. Sampai dengan awal Juni 2020 sudah 422 kabupaten/kota yang terdampak di 34 provinsi.
Covid-19 membawa dampak besar pada aspek sosial-ekonomi. Seiring pemberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), mobilitas penduduk menjadi terbatas dan mengakibatkan proses produksi di sektor riil berkurang karena sebagian besar pekerja diminta bekerja dari rumah.
Advertisement
Masyarakat yang bekerja pada sektor industri pariwisata, industri manufaktur, sektor perdagangan, dan sektor konstruksi menjadi terdampak. Terlebih bagi UMKM dan pelaku ekonomi informal yang pendapatan usahanya berputar secara harian. Hal ini mengisyaratkan besarnya ancaman Covid-19 bagi kehidupan masyarakat dan perlu menjadi perhatian bersama.
“Memperkuat budaya literasi masyarakat menjadi salah satu upaya kita agar mampu bangkit dari keterpurukan. Hal ini penting karena literasi sebagai bentuk cognitive skills memiliki peran besar dalam upaya pemulihan sosial-ekonomi masyarakat pasca Covid-19,” ujar Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas, Hadiat dalam siaran pers kepada media, Senin, (15/6).
Tingkat literasi menentukan kemampuan masyarakat untuk mengidentifikasi, memahami, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh untuk ditransformasikan ke dalam kegiatan-kegiatan produktif yang memberi manfaat sosial, ekonomi, dan kesejahteraan. Di era tatanan normal baru, perpustakaan berperan melakukan penguatan literasi sehingga berdampak pada pemulihan sosial-ekonomi.
Perpustakaan telah menjadi ruang publik untuk berbagi pengalaman, belajar secara kontekstual, berbagi pengalaman dan berlatih keterampilan dan kecakapan untuk masyarakat. Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, menyatakan peran literasi dalam mewujudkan masyarakat sejahtera sudah dilakukan perpustakaan melalui transformasi layanan berbasis inklusi sosial.
Pada 2019, program perpustakaan sebagai tempat beraktivitas pemberdayaan masyarakat telah menjangkau 21 provinsi dan 60 kabupaten dan 300 desa di Indonesia. Aspirasi dari beragam kalangan, baik dari birokrasi, akademisi, dan pegiat literasi, dibutuhkan sebagai masukan dalam perumusan arah kebijakan peningkatan literasi untuk mendukung kenormalan baru perpustakaan dan pemulihan sosial-ekonomi di masa pandemi.
“Jelang tatanan kenormalan baru, perpustakaan menyiapkan konsep yang selaras dengan kondisi terkini. Sesuai arahan Presiden untuk menyusun tatanan kehidupan baru yang mendukung produktivitas kerja, namun tetap memprioritaskan faktor kesehatan dan keselamatan kerja,” ujar Syarif.
Literasi memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan daya saing bangsa. Dalam RPJMN 2020-2024 pembangunan SDM ditempuh melalui 3 (tiga) pilar utama, yaitu: pertama, meningkatkan kualitas layanan dasar dan perlindungan sosial; kedua, meningkatkan produktivitas; dan ketiga, pembangunan karakter melalui revolusi mental dan pembinaan ideologi Pancasila, pemajuan dan pelestarian kebudayaan, moderasi beragama, serta budaya literasi, inovasi, dan kreativitas.
RPJMN 2020-2024 menempatkan literasi sejajar dengan inovasi dan kreativitas sebagai salah satu pilar penting untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju dan berdaya saing. Untuk itu literasi, inovasi dan kreativitas perlu terus dikembangkan di berbagai bidang pembangunan.
Upaya penguatan literasi terus dilakukan pemerintah, antara lain pertama, kebijakan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial untuk meningkatkan partisipasi dan pelibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan pemberdayaan berbasis literasi, dan kedua, kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik untuk meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan umum provinsi dan kabupaten-kota. Ketiga, mendorong pemanfaatan dana desa untuk pengembangan perpustakaan desa dan taman bacaan masyarakat sebagai pusat pengetahuan dan pemberdayaan masyarakat; dan keempat, perluasan kegiatan pembudayaan gemar membaca di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar dengan melibatkan para pegiat literasi di daerah.
Simak juga video pilihan beriktu ini:
Sederet Narsum Keren
Berdasarkan latar belakang tersebut, Kementerian PPN/Bappenas bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI menyelenggarakan Webinar bertajuk 'Bangkit dari Pandemi dengan Literasi' pada Rabu, 17 Juni 2020 pukul 15.00 WIB melalui aplikasi telekonferensi zoom, yang juga akan disiarkan secara live streaming melalui Youtube Perpustakaan Nasional RI.
Webinar ini akan difokuskan pada pembahasan isu literasi dalam mendukung pembangunan sosial-ekonomi di masa pandemi dengan menghadirkan narasumber dan pokok bahasan terdiri dari Muhammad Syarif Bando (Kepala Perpustakaan Nasional), Tema: Kenormalan Baru Perpustakaan dan Pemulihan Sosial Ekonomi. Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta) Tema: Literasi untuk Meningkatkan Kualitas SDM dan Kesejahteraan. Helmy Yahya (Praktisi Media) Tema: Literasi Digital dalam Kenormalan Baru. Suprawoto (Bupati Magetan, Jawa Timur) Tema: Penguatan Literasi Daerah untuk Penanggulangan Dampak Covid-19.
Adapun Pidato Kunci (Keynote Speech) akan disampaikan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, dan Pengantar Webinar oleh Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Subandi Sardjoko. Webinar akan dimoderatori oleh Retno Pinasti (Pemred SCTV dan Indosiar). Webinar akan dihadiri oleh sekitar 1.000 peserta yang terdiri dari perwakilan kementerian/lembaga, pemerintah daerah (Bappeda dan dinas perpustakaan), akademisi, pegiat literasi dan masyarakat umum.
Advertisement