Risma Kembali Kerja Sejak Awal Pekan Usai Sempat Pingsan karena Kelelahan

Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya, M.Fikser menuturkan, wali kota Risma sempat pingsan karena agenda sangat padat

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Jun 2020, 10:49 WIB
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) kini membaik usai dikabarkan pingsan pada Minggu, 14 Juni 2020.

Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya, M.Fikser menuturkan, wali kota Risma sempat pingsan karena agenda sangat padat selama sepekan terakhir. Bahkan agenda Risma hingga malam. 

"Betul. Acara beliau sangat padat sampai malam. (Pada Minggu-red), telekonferensi laksanakan protokol kesehatan bersama dengan wali murid SMP. Kemudian beliau rapat dengan staf, nah pas berdiri, sempat terjatuh. Tidak ada perawatan khusus, satu jam kemudian bangun, langsung rapat lagi dengan kami,” ujar Fikser, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (16/6/2020).

Fikser mengatakan, selama sepekan terakhir, agenda Risma padat mulai dari rapat pembahasan protokol kesehatan, peresmian Kampung Wani Jogo Suroboyo, sosialisasi protokol kesehatan kepada pemuka agama dan lainnya. Agenda Risma tersebut dimulai sejak pagi dan dilakukan hingga malam.

Hal ini mengingat ada sejumlah protokol kesehatan yang akan dilakukan di Surabaya, Jawa Timur. Hal ini untuk mencegah penyebaran COVID-19.

"Mulai pagi kegiatan mengontrol suplai permakanan kepada warga yang sakit. Kemudian rapat dengan dinas kesehatan, menanyakan bagaimana proses tracing dilakukan pada hari. Tiap malam lakukan evaluasi mengenai rapid test dan swab, tracing seperti apa. Evaluasi data-data terkonfirmasi positif, tiap hari lakukan rutin, bahkan hingga jam 12 malam dan jam satu, ini yang dilakukan rutin, beliau kelelahan,” kata Fikser.

Sempat pingsan pada Minggu setelah rapat dengan staf, Fikser menuturkan, wali kota Risma pun sudah membaik pada Senin, 15 Juni 2020. Wali Kota Risma sudah menjalankan aktivitas kerja dan mengecek persiapan dapur umum sekitar pukul 05.30 pada Senin, 15 Juni 2020. Pemerintah Kota Surabaya menyiapkan pokak dan telur bagi warga yang sakit, serta mendistribusikan permakanan.

"Hari Senin pukul 05.30 kurang sudah di lokasi, dan menanyakan mengenai anak yatim, berapa jumlah (permakanan-red) yang diberikan. Alhamdulilah (kondisi Risma-red) membaik,” kata Fikser.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


BIN Perpanjang Tes COVID-19 hingga 20 Juni 2020 di Surabaya

Petugas menunjukkan hasil tes cepat (rapid test) pendektesian COVID-19 kepada tenaga medis di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (25/3/2020). Pemeriksaan hanya diperuntukan bagi tenaga medis seluruh puskesmas, dan rumah sakit yang ada di Kota Bekasi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya, Badan Intelijen Negara (BIN) memutuskan memperpanjang pelaksanaan tes cepat (rapid test) dan tes usap (swab test) COVID-19 maraton hingga 20 Juni 2020 di Surabaya, Jawa Timur.

Keputusan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Polisi Purnawirawan Budi Gunawan itu diungkapkan Staf Khusus Kepala BIN, Mayjen TNI Suyanto.

"Bapak Kepala BIN memerintahkan kita untuk memperpanjang waktu sampai tanggal 20 Juni 2020," ujar Suyanto, seperti dikutip dari Antara, ditulis Selasa, (16/6/2020).

Suyanto menuturkan, BIN seharusnya akan mengakhiri rangkaian pelaksanaan tes COVID-19 secara maraton pada 15 Juni 2020 di Surabaya.

Namun, setelah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Surabaya, dalam hal ini Dinas Kesehatan, Kepala BIN memutuskan memperpanjang pelaksanaan rapid test dan swab test COVID-19 maraton hingga 20 Juni 2020.

Suyanto mengatakan selama pelaksanaan tes COVID-19 massal di Surabaya, BIN menemukan dua lokasi yang kasus positifnya tinggi atau di atas 10 persen.

Oleh karena itu, BIN memutuskan untuk tetap berada di Surabaya melanjutkan rangkaian rapid test massal guna memutus rantai penyebaran COVID-19 di Ibu Kota Jawa Timur itu.

"Yang jelas di Jawa Timur itu, angkanya masih tinggi ya. Terbukti ada dua lokasi yang di atas 10 persen hasilnya. Jadi kita perlu untuk tetap di sini agar kita bisa mendeteksi atau memutus rantai penyebaran COVID-19," kata Suyanto.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya