Liputan6.com, Purwokerto - Susanti, Dosen Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah menjadi salah satu diaspora Indonesia yang ikut dalam Konsorsium Riset dan inovasi Covid-19. Dia juga meneliti kanker usus besar yang pernah ia derita.
Dosen UMP yang tengah menempuh studi patologi di Sekolah Kedokteran University of Nottingham, Inggris ini berusaha untuk mengambil peran dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
“Ketika ada kasus terkonfirmasi positif di Indonesia, saya langsung kontak Pak Ali Ghufron, ‘Apa yang bisa saya bantu?’ Beliau mengatakan nama saya dimasukkan ke konsorium sebagai salah satu diaspora,” katanya, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa (16/6/2020).
Baca Juga
Advertisement
Perempuan 37 tahun, penyintas kanker usus itu, juga diajak bergabung menjadi anggota Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 di bawah Kementerian Riset dan Teknologi. Konsorsium itu diketuai oleh Direktur Jendral Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Ali Ghufrom Mukti.
Tugas Santi di antaranya merumuskan penelitian bersama tim University of Nottingham dan LIPI perihal metode PCR yang efektif untuk mendeteksi Covid-19. Mereka juga mengembangkan cara sequencing yang lebih mudah untuk mengenali SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Selama menjadi dosen di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Santi sudah akrab dengan uji PCR jauh sebelum Covid-19 merebak. Penelitian doktoralnya tentang studi genetik pada kanker usus besar alias kolorektal menggunakan cara ini.
“Tes PCR itu kegiatan sehari-hari saya,” katanya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Divonis Kanker Usus Stadium III
Januari 2014, dokter memvonis Santi menderita kanker usus stadium III. Santi paham betul hanya 50-70 persen penderita yang bisa bertahan hidup sampai lima tahun.
Kalaupun pulih, ia juga sadar kemungkinan kambuhnya besar. Selama tiga tahun ia bolak balik dioperasi dan menjalani kemoterapi. Sepanjang proses tersebut, Santi menyimpan banyak pertanyaan. Salah satunya tentang mengapa ia bisa menderita kanker usus besar ketika usianya masih awal 30-an tahun.
Dari banyak literatur yang ia baca, ternyata menderita kanker usus besar pada usia muda lebih lumrah terjadi di Indonesia. Satu dari tiga penderitanya berusia di bawah 40 tahun. Pengalaman ini membuat Santi kembali bersemangat melanjutkan studi.
Rektor UMP Dr Anjar Nugoroho mengungkapkan UMP mendukung penuh staf pengajarnya untuk melanjutkan studi ke jenjang strara tiga (S3) ke luar negeri.
“Dosen yang masih muda kami upayakan untuk melanjutkan pendidikan studi S3 ke luar negeri. Salah satunya Susanti, Dosen Farmasi UM Purwokerto yang sedang S3 di University of Nottingham, pakar uji PCR untuk tes Covid 19 yang diakui dunia. UMP untuk Indonesia, Dunia dan Kemanusiaan,” kata Nugroho.
Advertisement