Liputan6.com, Jakarta Pandemi Virus Corona atau Covid-19 berdampak besar ke banyak sektor dan bidang usaha di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bila dalam situasi genting seperti sekarang bantuan dari berbagai pihak memang diperlukan agar dapat menyongkong kehidupan rakyat dan rumah tangga yang terdampak oleh wabah Covid-19.
Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Ilkim dan Multilateral (PKPPIM) Adi Budiarso, membagikan perspektif pemerintah dalam situasi yang ada. Covid-19 merupakan survival to the fittest.
Advertisement
Dikatakan, Covid-19 merupakan krisis terbesar yang terjadi di dunia karena tidak hanya merontokkan demand, namun merontokkan sisi supply production dan juga market. Ini dengan adanya lockdown yang menghentikan aktivitas dan dampaknya masyarakat tidak bisa bekerja.
Indonesia adalah 1 dari 3 yang prediksi pendapatan dari pajak negara masih positif, yakni sebesar 2 persen dan untuk skenario terburuk, pendapatan dari pajak berkurang sebesar 0,045 persen.
Mesi kondisi pada kuartal kedua dinilai sedikit mencemaskan karena pertumbuhan ekonomi di Indonesia berkurang. Maka dari itu strategi dari pemerintah adalah memulai kapasitas dukungan kepada masyarakat, terutama masyarakat kurang mampu.
“Saat ini literasi keuangan Indonesia masih sangat rendah. Padahal literasi keuangan yang dimulai dari keluarga perlu menjadi kunci untuk memulai kebiasaan go-digital sehingga pemerintah dapat memantau dan mungkin melakukan intervensi kepada masyarakat yang membutuhkan,” ujar Adi Budiarso, Selasa (16/6/2020).
Ini dia ungkapkan, dalam acara Gagas Indonesia Forum: #SaveTalk Eps.01, dari Thought Leaders Webinar Series bertajuk “Mendorong ketahanan bisnis dan rumah tangga di Indonesia” pada Selasa, 16 Juni 2020.
Dia menuturkan, kunci dari survival di Indonesia adalah keberanian untuk meningkatkan kapasitas pendanaan untuk meningkatkan sistem kesehatan di Indonesia dalam menghadapi situasi perubahan ke new normal.
Adapun pengusaha yang terdampak diharapkan memiliki ketahanan dan semangat untuk bangkit kembali dengan bantuan subsidi dari pemerintah. Selain itu masyarakat diimbau untuk memiliki aspirasi untuk transformasi dan membangun inovasi Indonesia.
Banker and Commisioner Bank Jago Anika Faisal mengatakan, hal positif dalam berkeluarga seperti mengetahui prioritas karena dengan berada di situasi Covid-19, diharuskan mengetahui kemana uang yang dimiliki akan dibelanjakan untuk benda-benda yang penting saja.
Anika juga menyebutkan situasi Covid tidak memberikan waktu kepada masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Penggunaan digital menjadi penting untuk memberikan akses kepada kalangan bawah untuk mendapatkan pendanaan dari sektor keuangan.
“Selain itu saya merasa apa yang terjadi sekarang sesuai dengan kebiasaan generasi sekarang yang tidak dapat disamakan dengan paradigma lama dalam bekerja. Generasi sekarang adalah generasi instan dan dengan adanya Covid memaksa kita untuk segera embrace teknologi untuk melakukan segala kegiatan secara digital, maka itu akan sesuai dengan aspirasi, kehendak, dan keinginan untuk berkembang dari generasi yang lebih muda,” kata Anika.
Digital sama dengan agility atau kecepatan untuk beradaptasi. Perusahaan harus mampu mencari peluang baru yang sesuai dengan situasi.
Ketahanan merupakan hal yang menarik sebagai ibu rumah tangga, menurut Anika. Dalam konteks child-care, penting untuk menciptakan komunikasi di rumah untuk mengeratkan hubungan keluarga.
Tantangannya adalah menciptakan ruang bermain dan ruang gerak bagi anak-anak di rumah. Pembagian waktu antara bekerja dengan keluarga juga merupakan hal yang harus diperhatikan dalam rumah tangga.
Perubahan Digital
Dalam kesempatan yang diberikan, CEO Sandi Mas Group Linda Tan mengungkapkan tujuan jangka pendek dari keadaan Covid-19 adalah untuk survival.
Namun untuk jangka menengah-panjang dari perusahaan, dia optimistis karena Indonesia sebagai negara berkembang akan terus membangun. “Dengan kata lain penurunan ini kami harapkan adalah penjualan yang tertunda,” ujarnya Linda.
“Sebenarnya untuk industri bahan bangunan, kami beberapa tahun ini sudah memulai penjualan menggunakan e-commerce walau hasilnya kurang maksimum,” tambahnya.
Penjualan yang kurang optimal tersebut dikarenakan produk perusahaan merupakan consumer goods yang menjadi big ticket item untuk pembeli yang bukan barang sehari-hari. Sehingga pada umumnya pembeli produk butuh untuk melihat fisik produk yang ditawarkan.
Namun seiring dengan perubahan zaman, saat ini dikatakan perusahaan terpaksa untuk mengikuti perubahan ke arah digital.
Dalam keadaan PSBB perusahaan dituntut untuk lebih fokus dan proaktif mengapproach konsumen dan mengedukasi konsumen untuk memaksimalkan penjualan tanpa tatap muka. Covid-19 memang memengaruhi rantai pasokan komoditas yang dijalankan oleh Linda.
Namun dampaknya tidak signifikan sebab kerja sama dengan beberapa negara luar seperti Tiongkok, Vietnam, dan Malaysia.
Advertisement