Kisah Inspiratif Penulis Cerebral Palsy: A Story, Ilana Estelle yang Juga Penyandang Autisme

Dalam bukunya yang berjudul 'Cerebral Palsy: A Story', ia menceritakan kisah hidupnya yang merupakan penderita cerebral palsy dan bagaimana cara mengatasinya.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 19 Jun 2020, 10:00 WIB
Ilustrasi kursi roda. (dok. BeatricBB/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta Seorang penulis buku, Ilana Estelle, dari Alwoodley, telah mendokumentasikan perjuangan semasa hidupnya dan memotivasi para pembaca. Dalam bukunya yang berjudul Cerebral Palsy: A Story, ia menceritakan kisah hidupnya yang merupakan penderita cerebral palsy dan bagaimana cara mengatasinya.

Kisah ini dimulai pada 1960-an, yang pada masa itu, sikap terhadap penyandang disabilitas sangat berbeda dari sekarang. Ilana menulis, "Saya lahir pada masa tidak ada yang mempedulikan orang cacat, bahkan sampai pada taraf tertentu, yang menambah penderitaan yang sungguh memalukan."

Ilana memiliki masalah pada tungkai di sisi kiri tubuh dan telapak kakinya. Namun orangtuanya, terutama almarhum ayahnya sama sekali tidak ingin membahasnya.

Ilana menulis, "Ayah saya berjuang untuk mengatasi rasa tidak aman. Kecacatan saya adalah sesuatu yang tidak bisa dia tangani, jadi saya tidak pernah diberi tahu tentang kecacatan saya. Meskipun kami tidak membicarakannya, selama 15 tahun dalam hidup saya, ia secara rutin memeriksakan saya ke rumah sakit setiap Februari. Saya mengerti itu, dan tidak ada yang perlu disalahkan."

Sampai ibunya meninggal lebih dari sepuluh tahun yang lalu, Ilana, yang saat itu berusia 46 tahun, memutuskan untuk melakukan pemindaian MRI. Hingga akhirnya ia mendapatkan diagnosis, yaitu bahwa ia menderita cerebral palsy. Dan sepuluh tahun setelahnya, ia didiagnosis menderita autisme.

Alih-alih terpuruk setelah mendapat diagnosis ini, Ilana justru memanfaatkan pengalamannya untuk menginspirasi banyak orang. Ia sampai memiliki blog bernama 'The CP Diary', menjadi pengarang buku, penulis, dan blogger.

Ilana selalu mengambil sisi positifnya. Ia membocorkan cara menghadapinya, yaitu Ilana selalu melihat hidupnya sebagai teka teki. Seperti ia tahu ada yang salah secara fisik, mental dan emosional, tetapi tidak tahu apa itu. Hingga akhirnya mendapatkan diagnosis bahwa ia menderita cerebral palsy dan autisme, ia merasa seperti telah menemukan potongan puzzle yang hilang. Bahkan ia merasa seperti menyelesaikan teka teki lainnya.

 


Tidak tahu memiliki autisme hingga berusia 56 tahun

Ilustraasi foto Liputan 6

Teka-teki lainnya itu adalah autismenya. Ilana tidak didiagnosis dengan hal itu sampai dia berusia 56 tahun. Karena saat itu tidak banyak bantuan yang bisa ia dapatkan, sednagkan dirinya tidak tahu ataupun sekedar memahami gejalanya. Sehingga ia melakukan penelitiannya sendiri terhadap gejala-gejalanya sampai bisa memahami dan menghadapinya secara mental dan emosional.

Memang membutuhkan waktu lama untuk melakukan semuanya, termasuk belajar di sekolah, dengan tanpa bantuan. Namun dengan begitu, setiap pesan yang ia sampaikan di setiap tulisannya bisa memiliki pemahaman yang mendalam, intuitif, abhakan juga pemahaman spiritual.

Ilana berharap orang-orang dapat mengambil pesannya dalam membantu mereka memahami bagaimana mengubah hidup menjadi lebih bermakna.

Kisah motivasi Ilana Estelle tentang perjalanan hidupnya sebagai seorang penderita cerebral palsy telah mengumpulkan banyak ulasan.

Salah satunya, bukunya yang berjudul 'Cerebral Palsy: A Story' telah menerima beberapa kali penilaian bintang lima. Namun salah satu yang paling membuatnya senang yaitu pujian yang menyatakan bahwa bukunya menyegarkan dan memiliki apa yang dibutuhkan orang banyak.

Buku-buku yang telah ia rilis, beberapa diantaranya mengungkap kisahnya, sementara yang lain memberikan jendela tentang bagaimana ia memahami peristiwa dan keadaan, dan bagaimana pandangannya tentang kehidupan. Sehingga memungkinkannya untuk bergerak maju.

Meskipun awal kehidupannya sangat sulit, tetapi Ilana kini hidup sukses bahkan meski tetap harus berjuang setiap hari. Dia menyelesaikan pendidikannya melalui pembelajaran jarak jauh. Web blog nya, The CP Diary, membantu lebih banyak orang, memberi mereka informasi dan langkah-langkah untuk menjalani kehidupan mereka dengan bermartabat.

Setiap kata yang ditulis dalam buku tidak hanya berbicara tentang cobaan dalam hidupnya, tetapi juga mengungkapkan tekadnya untuk menjalani setiap saat dalam hidupnya sepenuhnya.

Buku ini bukan hanya tentang kisah hidupnya, tetapi juga panduan motivasi. Ia menunjukkan cara memiliki kehidupan berkeluarga yang hebat, hingga mencapai kesehatan fisik dan mental.

Dalam salah satu baris kalimat dalam buku yang menyatakan, "hanya rasa empati, toleransi dan pengertian yang kami butuhkan. Karena jika hal yang sama terjadi pada orang lain, ia juga pasti mengharapkan hal yang tidak lebih sedikit dari apa yang kami harapkan saat ini."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya