Menlu Retno Tekankan Pentingnya Stabilitas Perdamaian di Semenanjung Korea

Korea Utara meledakan kantor komunikasi gabungan antar-Korea di daerah perbatasan. Peledakan terjadi pada 16 Juni kemarin pukul 14.50 waktu setempat.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 18 Jun 2020, 18:37 WIB
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi di Gedung Pancasila Kemlu. (Liputan6.com/Benedikta Miranti T.V)

Liputan6.com, Jakarta - Menlu Retno Marsudi menekankan pentingnya stabilitas perdamaian di Semenanjung Korea memanasnya hubungan dua Korea dalam waktu belakangan.

"Indonesia menekankan pentingnya stabilitas perdamaian dan kesejahteraan di Semenanjung Korea," ujar Menlu Retno Marsudi dalam press brefing di Istana Presiden yang disiarkan secara streaming pada Kamis (18/6/2020).

Meningkatnya suhu politik di kedua belah pihak setelah adik pemimpin Korea Utara memperingatkan Korea Selatan, agar mencegah pembelot mengirim selebaran ke zona demiliterisasi (DMZ) yang memisah kedua negara.

Ia mengatakan pihaknya akan membatalkan perjanjian militer bilateral baru-baru ini jika kegiatan itu berlanjut.

Selain itu, Korea Utara juga meledakan kantor komunikasi gabungan antar-Korea di daerah perbatasan. Peledakan terjadi pada 16 Juni kemarin pukul 14.50 waktu setempat.

Media Korea Selatan, Yonhap, melaporkan bahwa saksi mendengar suara ledakan dan melihat kepulan asap di perbatasan.

Rezim Kim Jong-un sedang marah atas aksi aktivis-aktivis di Korsel yang mengirimkan selebaran berisi kritikan ke rezim Kim Jong-un. Pengkhianat dari Korut terlibat dalam aksi tersebut.

Para "pengkhianat" itu adalah orang-orang yang berhasil kabur dari rezim totaliter Korut.

Media Korut, KCNA, menegaskan bahwa peledakan itu sebagai balasan atas aksi para "pengkhianat" yang berada di Korsel.

"(Hal ini) memaksa para sampah itu dan pihak yang melindungi sampah itu agar membayar kejahatan-kejahatan mereka," tulis KCNA.

 

Simak video pilihan berikut:


Kecaman Korea Selatan

Ledakan kantor penghubung antara Korea Utara dengan Korea Selatan di Kaesong, Korea Utara, Selasa (16/6/2020). Kantor penghubung antara Korea Utara dengan Korea Selatan itu didirikan dua tahun lalu. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Kementerian Unifikasi Korea Selatan pada Minggu, 14 Juni 2020 mengatakan, Korea Utara harus menghormati perjanjian masa lalu yang ditandatangani antara kedua negara.

Dikutip dari Channel News Asia, hal itu ia sampaikan, sehari setelah Pyongyang memperingatkan tindakan pembalasan terhadap selatan yang dapat melibatkan aksi militer.

"Korea Selatan dan Korea Utara harus berusaha menghormati semua perjanjian antar-Korea yang dicapai," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

"Pemerintah menanggapi situasi saat ini dengan serius."

Pada Sabtu kemarin, Kim Yo-jong, saudara perempuan pemimpin Kim Jong-un, mengatakan Korea Utara akan mengambil "tindakan" terhadap Korea Selatan dan mempercayakan militernya untuk melaksanakannya, lapor kantor berita KCNA.

"Saya merasa ini saatnya untuk memutuskan hubungan dengan pemerintah Korea Selatan. Kami akan segera mengambil tindakan selanjutnya," katanya dalam kecaman terbaru terhadap Seoul.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya