Liputan6.com, Jakarta - Tak pernah terbayang di benak Sudarman akan ditugaskan merawat pasien positif Covid-19 sebelumnya. Ia terpilih menjadi salah satu tenaga medis yang ditempatkan di ruang ICU Covid-19 di RSUD Cengkareng untuk menangani mereka yang terpapar corona sejak Maret 2020.
Usia Sudarman masih di bawah 40 tahun. Ia juga punya kemampuan merawat pasien. Itu segelintir kriteria yang terpenuhi olehnya dalam tes yang digelar oleh internal rumah sakit.
Baca Juga
Advertisement
"Saya sangat bangga karena bisa terpilih untuk merawat pasien Covid-19 di ruang ICU," ujar Sudarman dalam jumpa pers virtual Tempat Singgah Pejuang Medis yang digelar Accor, beberapa waktu lalu.
Awal-awal penugasan, dia mengaku was-was akan terpapar. Situasi di rumah sakit yang serba terbatas saat itu jadi salah satu penyebabnya.
"Untuk awal, APD sangat kekurangan, masker sangat terbatas. Kita kerja khawatir dengan APD yang kurang. Tapi sejak ada bantuan donatur dan pemda, APD tercukupi. Kita lebih tenang, tidak merasa khawatir lagi," celoteh Sudarman.
Tantangan berikutnya adalah membiasakan diri dengan memakai APD lengkap selama bekerja. Ia mengenang masa-masa awal memakai alat pelindung tersebut. Gerah, panas, sesak, dan mual adalah sederet kesan yang dialaminya saat mengenakan APD.
"Waktu awal-awal, pusing banget padahal baru pakai sejam. Rasanya pengen nyerah aja," sahutnya.
Tugasnya di ruang ICU tidak mudah karena pasien memerlukan perawatan total. Termasuk di dalamnya harus memandikan pasien demi menjaga kebersihannya. Padahal, APD yang dikenakannya membuatnya tak leluasa bergerak.
"Kebetulan pasien baru muntah. Sambil memandikan kita bersihkan semuanya. Takut terpapar ada karena muntahannya ke mana-mana. Kita berusaha membersihkan semaksimal mungkin lah karena itu kewajiban kita kan," tutur perawat itu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Ungsikan Bayi
Selain masalah APD, tantangan juga datang dari tempat tinggal. Ia teringat saat di awal penugasan harus pulang ke rumah lantaran belum punya tempat singgah. Bukan senang, ia malah khawatir lantaran di rumahnya ada anaknya yang masih bayi.
Yang khawatir bukan hanya Sudarman, sang istri juga. Belum lagi stigma negatif dari tetangga akibat profesinya sebagai perawat pasien Covid-19.
"Saya sadar diri. Karena saya terjun langsung rawat pasien itu, saya batasi diri untuk sosialisasi dengan lingkungan sekitar. Begitu pulang ke rumah, enggak ke mana-mana," sahutnya.
Ia juga memutuskan mengungsikan bayinya ke rumah tetangga. Tujuannya agar anaknya terhindar dari risiko terpapar Covid-19. "Jadi, walau pulang, saya tidak bertemu dengan anak sama sekali.. Kita pulang tapi tidak ketemu anak, gimana rasanya gitu," tutur Sudarman.
Setelah beberapa minggu berjalan, jalan keluar datang. Ia mendapat fasilitas tempat singgah, yakni di Hotel Ibis Cengkareng, sebagai tempatnya beristirahat selama masa pandemi.
"Udah enggak khawatir lagi, bisa pulang langsung ke hotel. Walau merasa kangen dengan keluarga, tapi kita masih bisa komunikasi dengan hape," ucapnya.
Tempat singgah yang diinapi Sudarman merupakan hasil donasi dari Habitat Indonesia. Direktur Habitat Indonesia Susanto mengatakan kebutuhan tempat singgah bagi para tenaga medis yang merawat pasien Covid-19 belum tuntas terpenuhi hingga pandemi berakhir.
Bahkan, kebutuhannya cenderung meningkat lantaran periode Juni-Juli 2020 diprediksi sebagai puncak pandemi di Indonesia. Tak heran bila target penyediaan fasilitas bagi 600 tenaga medis meningkat jadi 1.200 tenaga medis.
"Karenanya, kita terus menggalang dana. Tidak hanya untuk tempat singgah, tetapi juga transportasi sangat penting," ujarnya.
Advertisement
Dukungan Accor
VP Sales, Marketing, Distribution and Loyalty Accor Malaysia-Singapura-Indonesia, Adi Satria mengatakan pengoperasian hotel-hotel Accor menjadi tempat singgah bagi pejuang medis sudah dilakukan sejak Januari 2020. Berawal dari enam hotel di Wuhan, Tiongkok, Accor kini juga membuka pintu bagi tenaga medis di Indonesia.
Meski tak menyebut jumlah definitif, Adi menyebut sejumlah hotel jejaring Accor yang dibuka untuk tenaga medis berlokasi di berbagai tempat di Indonesia. Jakarta, Karawang, Sanur, Denpasar, Surabaya, dan Tangerang adalah beberapa di antaranya.
Pihaknya juga meluncurkan program All Safe yang merupakan protokol kesehatan yang berlaku di semua hotel Accor. Protokol kesehatan itu meliputi saat check in, saat tamu menginap di hotel, pengaturan physical distancing dan social distancing di fasilitas publik, hingga kebersihan kamar.
"Kebersihan kami lakukan sangat rigid, terutama bagi tim housekeeping dan tim hotel yang ikut serta dalam program ini. Semuanya tinggal di hotel, tidak boleh pulang ke rumah," sambung Adi.