Sri Mulyani: New Normal Munculkan Tren Baru yang Pengaruhi Perdagangan Dunia

Munculnya fenomena new normal akibat dampak Virus Corona di berbagai belahan dunia dapat memunculkan pola permintaan dan tren baru.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Jun 2020, 18:00 WIB
Turis berselancar di pantai Kuta dekat Denpasar di pulau resor Indonesia di Bali (3/5). Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. (AFP Photo/Sonny Tumbelaka)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa kenormalan baru atau new normal akan membentuk tren baru dalam perdagangan dunia. Hal tersebut tentu saja akan sangat mempengaruhi devisa negara. 

Ia menjelaskan, salah satu yang akan berubah adalah tren wisata di new normal. Hal ini perlu digarap dengan tepat karena sektor pariwisata menjadi penopang devisa.

"Pemulihan kegiatan pariwisata yang menghasilkan devisa cukup penting bagi Indonesia akan sangat dipengaruhi kondisi new normal," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR, Jakarta, Kamis (18/6/2020).

Sri Mulyani mengatakan, mulai munculnya fenomena new normal akibat dampak Virus Corona di berbagai belahan dunia dapat memunculkan pola permintaan dan tren baru yang dapat mempengaruhi pola perdagangangan dunia ke depan.

"Kinerja ekspor dan struktur produksi di seluruh dunia juga akan mengalami perubahan pasca pandemi Covid-19. Risiko dan kesempatan baru yang tercipta akibat Covid-19 harus mampu dideteksi dan disikapi dengan langkah kebijakan antisipatif sejak dari sekarang," papar Sri Mulyani.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Nilai Tukar

Pegawai tengah menghitung mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Rupiah ditutup menguat 170 poin atau 1,19 persen menjadi Rp14.113 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.283 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kesempatan yang sama, asumsi nilai tukar 2021 dan juga perhatiannya pada masalah neraca transaksi berjalan yang berdampak besar pada stabilitas nilai tukar. Pada dasarnya, pergerakan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun domestik.

"Dari sisi eksternal, pemulihan ekonomi global tahun 2021 diperkirakan mulai terjadi yang memberi peluang perbaikan kinerja ekspor. Namun demikian, masih terdapat risiko signifikan yaitu kembali tereskalasinya perang dagang dan persaingan geopolitik Amerika Serikat dan Tiongkok," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya