Mayoritas Perusahaan Besar di Indonesia Ubah Model Bisnis ke Digital

Pandemi Covid-19 telah mendorong perusahaan dan organisasi di Indonesia untuk mempercepat upaya mengadopsi model bisnis berbasis digital

oleh M Hidayat diperbarui 19 Jun 2020, 09:30 WIB
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Survei iCIO Community mengungkap bahwa pandemi Covid-19 telah mendorong perusahaan dan organisasi di Indonesia untuk mempercepat upaya mengadopsi model bisnis berbasis digital.

Dalam laporan bertajuk "Indonesia CIO Priorities Survey During Pandemic COVID 19 & Beyond", survei dengan rentang waktu 12 hingga 16 Juni itu mencakup tiga aspek, yakni pengaruh pandemi Covid-19 pada ekonomi dan bisnis, belanja TIK, serta prioritas transformasi perusahaan dan organisasi pascapandemi.

Survei itu berlangsung secara daring dengan 10 pertanyaan dan melibatkan 50 CIO dari berbagai industri mulai perbankan, asuransi, layanan kesehatan, pemerintahan, manufaktur, logistik, telekomunikasi, pendidikan, ritel, minyak & gas hingga transportasi

Pengaruh Pandemi Covid-19 pada Bisnis

Hampir seluruh CIO pesimistis pandemi akan berlangsung singkat. 39 persen CIO berpendapat pembatasan aktivitas bisnis dan penerapan cara bekerja baru seperti physical distancing dan work from home akan berlangsung lebih dari satu tahun, 37 persen lainnya berpendapat itu akan berlangsung selama 6 hingga 8 bulan, dan 24 lainnya berpendapat itu akan berlangsung 9 hingga 10 bulan.

Selain itu, 49 persen CIO juga menyatakan work from home masih akan diterapkan kepada 25-50 persen karyawan hingga satu tahun ke depan.

Namun, penerapan New Normal juga menghadirkan tantangan dan mendorong perusahaan dan organisasi untuk beradaptasi dan menerapkan model bisnis baru berbasis digital. 57 persen CIO menyatakan mengubah model bisnis ke digital harus segera dilakukan, jika perusahaan atau organisasi mereka ingin bertahan dan bisa terus tumbuh.


Kendala Transformasi

Di sisi lain, praktik mengubah model bisnis ke digital bukan perkara mudah. Setidaknya ada tiga tantangan berat yang menjadi kendala, yakni Infrastruktur TIK perusahaan dan organisasi belum siap secara optimal untuk menjawab kebutuhan yang disebabkan oleh perubahan pasar dan perilaku pelanggan; seluruh karyawan belum terbiasa dengan budaya kerja jarak jauh tetapi tetap kolaboratif; dan tuntutan untuk merancang ulang produk dan model bisnis perusahaan.

Pengaruh pandemi pada Belanja TIK

Sementara itu, pandemi Covid-19 juga berpengartuh  pada belanja TIK. 41 persen CIO mengaku anggaran TIK perusahaan atau organisasi mereka tidak berubah, tetapi alokasinya disesuaikan dengan prioritas yang diutamakan.

Lalu 21 persen lainnya mengubah alokasi anggaran menjadi belanja operasional dari sebelumnya yang lebih banyak belanja modal. Kemudian 20 persen mengubah alokasi dengan prioritas untuk operasional dan 13 persen mengaku anggaran TIK justru ditambah. 5 persen mengungkapkan anggaran TIK tidak berubah sama sekali baik dari jumlah maupun alokasinya.


Prioritas transformasi Pascapandemi

Adapun teknologi yang menjadi prioritas untuk diadopsi adalah teknologi untuk beradaptasi dengan perubahan tren di pasar, baik dari sisi kebutuhan pelanggan maupun karyawan dengan tujuan agar perusahaan tetap produktif.

Tiga teknologi yang menjadi prioritas untuk diadopsi hingga setahun ke depan adalah virtual meetings & collaboration tools; digital & commerce, dan network & access security.

Abidin Riyadi Abie, Koordinator Divisi Riset iCIO Community menyatakn pandemi Covid-19 membuktikan bahwa transformasi digital bukan lagi menjadi sebuah pilihan bagi perusahaan atau organisasi.

"Krisis ini menjadi kesempatan bagi CIO menyakinkan jajaran manajemen untuk mengakselerasi implementasi strategi transformasi digital, mendorong perusahaan untuk terus melakukan berbagai terobosan dan inovasi agar selalu relevan dengan tantangan dan mampu terus berkembang dan tumbuh secara berkelanjutan," kata Abidin dalam keterangan tertulis.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya