Liputan6.com, Jakarta Meski menyambut baik potensi dari dexamethasone untuk mengurangi risiko kematian pada pasien COVID-19 bergejala parah, World Health Organization (WHO) menegaskan bahwa penggunaan obat tersebut bukanlah untuk mereka yang bergejala ringan.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam konferensi persnya beberapa waktu lalu bahwa dexamethasone hanya boleh digunakan untuk kasus COVID-19 parah. Dia juga mengatakan bahwa obat itu bukan untuk pencegahan penyakit.
Advertisement
"Dexamethasone terbukti tidak memiliki efek yang menguntungkan bagi mereka dengan gejala ringan, yang tidak membutuhkan bantuan pernapasan," kata Tedros seperti dikutip dari Express pada Jumat (19/8/2020).
Mike Ryan, kepala program kedaruratan WHO menambahkan, penggunaan obat tersebut harus di bahwa pengawasan medis.
"Ini bukan untuk kasus ringan. Ini bukan untuk profilaksis," katanya.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Bukan Pengobatan untuk Virus
Ryan mengatakan bahwa dexamethasone tidak boleh disimpulkan sebagai pengobatan untuk virus.
Mereka harus dilihat sebagai salah satu bagian dari pendekatan kombinasi untuk perawatan pasien COVID-19, bersama dengan bantuan oksigen, ventilator, dan anti-virus.
Sebelumnya, para peneliti di Inggris menyatakan bahwa dexamethasone memiliki potensi besar untuk mengurangi risiko kematian pada pasien COVID-19 yang memiliki gejala parah.
Peneliti menemukan, dexamethasone mampu mengurangi kematian hingga sepertiga pasien yang dirawat dengan mendapatkan bantuan ventilator dan seperlima pada pasien yang mendapatkan perawatan dengan bantuan oksigen.
Namun, untuk mereka yang tidak memerlukan dukungan pernapasan, tidak ada manfaat dari obat ini.
Advertisement