Cek Fakta: Dexamethasone Obat Covid-19? Simak Faktanya

Beredar klaim Dexamethasone sebagai obat Covid-19, benarkah?

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Jun 2020, 14:58 WIB
Beredar klaim Dexamethasone sebagai obat Covid-19, benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Beredar informasi yang mengklaim Dexamethasone sebagai obat virus corona baru (Covid-19).Klaim tersebut dimuat akun Facebook Koran FB, pada 18 Juni 2020.

Berikut isinya:

"Temukan Deksametason Obat Covid-19, WHO Ucapkan Selamat ke Inggris

Sebuah temuan heboh sekaligus menggembirakan disambut baik oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO

terhadap uji klinis awal di Inggris tentang deksametason, kortikosteroid yang diklaim bisa menyelamatkan jiwa pasien kritis penderita Covid-19.

Mengutip situs WHO, Rabu (17/6/2020) obat tersebut dipercaya ampuh mengobati pasien kritis Covid-19 yang menggunakan ventilator atau alat bantu pernafasan.

Pengobatan obat ini telah terbukti mengurangi sepertiga kematian pasien dengan alat bantu pernapasan.

Mortalitas pasien berkurang seperlima setelah diberikan deksametason, sebagaimana temuan awal yang dibagikan WHO.

Obat ini tidak digunakan untuk pasien dengan gejala penyakit ringan, dan hanya mereka yang bergejala parah.

“Ini adalah pengobatan pertama yang menunjukkan pengurangan angka kematian pada pasien Covid-19 yang membutuhkan bantuan alat bantu pernapasan atau ventilator,” ujar Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

“Ini adalah berita bagus dan saya mengucapkan selamat kepada pemerintah Inggirs, Univeritas Oxford,

dan banyak rumah sakit dan pasien Inggris yang telah berkontribusi pada terobosan ilmiah yang menyelamatkan jiwa ini,” sambung Tedros.

Dexamethasone atau deksametason sendiri adalah sejenis obat steroid yang sudah digunakan sejak 1960-an

berfungsi mengurangi peradangan dalam berbagai kondisi, termasuk gangguan peradangan dan kanker tertentu.

Obat ini juga telah terdaftar dalam WHO Model List of Essential Medicine atau daftar obat esensial WHO sejak 1977 dalam beragam formulasi, dan saat ini tidak memiliki hak paten, juga tersedia dengan harga terjangkau di berbagai negara besar.

Setelah para peneliti berbagi hasil penelitianya dengan WHO, dan data lengkap selanjutnya.

WHO rencananya akan mengkoordinasikan meta-analisis tentang obat ini.

Panduan klinis WHO Juga akan diperbaharui yang berisi bagaimana dan kapan tepatnya obat digunakan untuk pasien Covid-19."

Benarkah Dexamethasone sebagai obat Covid-19? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.


Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim Dexamethasone sebagai obat Covid-19, menggunakan Google Search dengan kata kunci 'Dexamethasone Covid-19'.

Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Dexamethasone, Obat Mengandung Steroid Ini Selamatkan Pasien COVID-19 di Inggris" yang dimuat situs liputan6.com, pada 19 Juni 2020.

Situs tersebut menyebutkan, Dexamethasone, obat mengandung steroid yang tengah jadi perbincangan karena menyelamatkan pasien yang terinfeksi Virus Corona COVID-19 di Inggris.

Para peneliti di Inggris menyatakan uji coba pengobatan COVID-19 dengan menggunakan Dexamethasone menunjukkan keberhasilan dalam menyelamatkan nyawa pasien. Obat ini sudah banyak tersedia dan harganya pun murah.

Dalam uji coba yang diumumkan hari Selasa 16 Juni 2020 disebutkan bahwa Dexamethasone, yang banyak digunakan untuk mengatasi peradangan penyakit seperti arthritis, bisa mengurangi tingkat kematian pasien COVID-19 sampai sekitar 30 persen.

Dengan hasil awal ini, para peneliti tersebut menyarankan agar obat ini segera digunakan untuk pasien yang paling parah terinfeksi Virus Corona COVID-19.

Penemuan tersebut diumumkan lewat pernyataan kepada media, namun peneliti mengatakan mereka akan menerbitkan hasil penelitian sesegera mungkin.

Namun, penelitian ini masih belum mendapatkan kajian dari peneliti lain atau biasa disebut sebagai 'peer review'.Penelitian yang dimuat di jurnal kedokteran di Inggris The Lancet mengenai penggunaan obat malaria hydroxychloroquine untuk COVID-19 sekarang sudah dtarik.

"Kita sudah pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, tidak saja selama pandemi corona, namun juga sebelum COVID, dengan hasil yang mengesankan. Namun ketika melihat datanya, ternyata tidak begitu menyakinkan," kata Kathryn Hibbert, direktur Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum Harvard di Massachusetts, Amerika Serikat.

Penelusuran dilanjutkan dengan kata kunci 'Dexamethasone WHO'. Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "WHO Ingatkan Obat Dexamethasone Hanya untuk Pasien Corona COVID-19 yang Sakit Parah" yang dimuat situs liputan6.com, pada 18 Juni 2020.

Dalam artikel tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan obat dexamethasone yang mengandung steroid dapat membantu menyelamatkan nyawa pasien Virus Corona COVID-19 dengan kondisi parah. Namun, WHO mengimbau agar obat itu harus disediakan hanya untuk kasus-kasus serius yang telah terbukti memberikan manfaat.

Penelitian pada akhirnya memberikan "harapan hijau" dalam mengobati Virus Corona, yang telah menewaskan lebih dari 400.000 orang di seluruh dunia dan menginfeksi lebih dari 8 juta, menurut Pimpinan WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Dexamethasone, adalah obat generik yang digunakan sejak 1960-an, untuk mengurangi peradangan pada penyakit seperti radang sendi.

Hasil uji coba yang diumumkan para peneliti di Inggris pada Selasa 16 Juni menunjukkan dexamethasone memangkas tingkat kematian sekitar sepertiga di antara pasien Corona COVID-19 yang sakit parah yang dirawat di rumah sakit. Hasil uji coba pada obat tersebut jugamenjadikannya obat pertama yang terbukti menyelamatkan hidup dalam memerangi penyakit.

Meskipun pejabat medis mengatakan tidak ada kekurangan pada jumlahnya, muncul laporan banyak negara yang terburu-buru untuk memastikan bahwa mereka sudah cukup memiliki obat itu.

Namun, beberapa dokter masih berhati-hati dalam menggunakan dexamethasone, mengutip kemungkinan efek samping dan meminta untuk melihat lebih banyak data.

Peringatan telah diberikan Kepala program kedaruratan WHO, Mike Ryan, dengan mengatakan bahwa obat itu harus digunakan hanya pada kasus-kasus serius, dan yang dimana terbukti membantu.

Mike Ryan mengatakan dalam sebuah briefing, "Sangat penting dalam kasus ini, bahwa obat ini disediakan untuk digunakan pada pasien yang sakit parah dan kritis yang dapat memperoleh manfaat dari obat ini dengan jelas."

Penelusuran juga mengarah pada artikel berjudul "Sembarangan Konsumsi Dexamethasone, Orang Sehat Bisa Terpapar Virus" yang di muat situs liputan6.com, pada 18 Juni 2020.

Dalam artikel tersebut, Farmakolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Zullies Ikawati menegaskan bahwa dexamethasone bukan sebagai vaksin atau antivirus.

Menurutnya, dexamethasone digunakan untuk mengurangi risiko kematian pada pasien COVID-19 yang parah.

“Perlu digarisbawahi bahwa obat dexamethasone itu bisa mengurangi kematian akibat COVID-19 yang parah. Jadi, itu hanya pada pasien-pasien COVID-19 yang menggunakan ventilator atau membutuhkan oksigen yang kondisinya sudah mengalami semacam badai sitokin dan peradangan yang berat,” ujar Zullies kepada Health Liputan6.com, Kamis (18/6/2020).

“Tapi jika dipakai untuk pasien dengan tingkat keparahan yang sedang atau ringan itu tidak berefek karena memang efeknya bukan sebagai antivirus, itu yang perlu digarisbawahi."

Zullies mengimbau masyarakat untuk tidak salah mengartikan fungsi obat ini. Mengingat dexamethasone bukan obat untuk mencegah virus melainkan untuk meredakan peradangan dan menekan imun.

“Obat ini memiliki efek menekan sistem imun, biasanya dipakainya untuk orang-orang alergi. Alergi itu kan sistem imunnya berlebihan, jadi orang alergi biasanya minum obat ini.”


Kesimpulan

Dexamethasone menunjukkan keberhasilan dalam menyelamatkan nyawa pasien Covid-19, namun hanya untuk pasien dengan kondisi parah.

 

Banner Cek Fakta - Klarifikasi. (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya