Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah yakin pertumbuhan ekonomi akan pulih di tahun depan. Namun memang kondisi saat ini sangat penuh ketidakpastian sehingga sulit untuk menentukan target ekonomi.
"Tahun 2021 kita melihat akan recovery, dengan segala kerendahan hati memang kita dipenuhi ketidakpastian," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Fabrio N Kacaribu dalam Webinar Apindo bertema 'Peran Kebijakan Akselerasi Produk Inovasi Di Era New Normal', Jakarta, Jumat (19/6/2020).
Advertisement
Tak hanya Indonesia, beberapa negara lain menunjukkan pola prediksi yang serupa. Sebab itu, perlu membuat berbagai prediksi untuk melihat peluang yang bisa dimanfaatkan. Diperkirakan pada tahun 2021 mendatang pertumbuhan ekonomi bisa kembali pulih antara 4,5 persen sampai 5,6 persen.
Sehingga untuk sampai di angka tersebut, berbagai upaya perlu dilakukan sejak dini seperti mempertahankan daya beli masyarakat. Pemerintah juga berupaya agar sektor swasta dan produksi bisa beroperasi kembali.
Febrio mengatakan pertumbuhan ekonomi secara kuartal akan bergerak fluktuatif. Pada Kuartal I pandemi belum banyak memberikan pengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Namun Kuartal II diprediksi pertumbuhan ekonomi akan terkontraksi.
"Kuartal II pasti akan dalam, Kuartal III mudah-mudahan bisa bergerak, harapannya di Kuartal IV sudah bisa (mulai pulih)," kata Febrio.
Untuk itu pada Kuartal III akan didorong pemberian kredit modal. Sehingga pada Kuartal IV bergerak melakukan pemulihan ekonomi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Masalah Vaksin
Bayang-banyang ketidakpastian yang perlu dihindari saat ini mencegah terjadinya gelombang kedua penyebaran virus corona. Hal ini akan terus terjadi selama vaksin belum ditemukan.
Para peneliti dari CEPI menyebutkan biasanya penemuan vaksin dari sebuah virus baru bisa ditemukan setelah 8 tahun. Namun pandemi corona ini membuat para peneliti membuat skenario penemuan virus selama 1,5 tahun.
"Saat ini mereka bisa kejar skenario 18 bulan untuk ketemu vaksin, ya kita sama-sama berdoa," kata Febrio.
Saat ini ada sekitar 200 ribu kandidat vaksin yang sedang diteliti. JIka vaksin telah ditemukan, Indonesia akan memproduksi vaksin tersebut secara massal lewat perusahaan Biofarma.
"Biofarma itu juga lagi kita dorong untuk memproduksi massal untuk Asia Tenggara," kata dia.
Produksi massal vaksin ini bakal membuka peluang ekspor baru Indonesia. Tak hanya untuk Asia Tenggara, melainkan juga seluruh dunia.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement