Kemenhub Minta Sektor Logistik Bangkit saat New Normal

Indonesia saat ini sudah berada dalam tahap adaptasi kebiasaan baru transportasi laut

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 20 Jun 2020, 20:30 WIB
Petugas berjaga didekat KM Caraka Jaya Niaga III-4 yang digunakan sebagai kapal tol laut logistik Natuna di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (25/10). Tol Laut tersebut bertujuan menekan disparitas harga di Natuna. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menyatakan, Indonesia saat ini sudah berada dalam tahap adaptasi kebiasaan baru transportasi laut, dimana aktivitas logistik domestik harus kembali normal seperti semula.

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Wisnu Handoko mengatakan, prinsip pergerakan transportasi laut pada masa Covid-19 antara lain sosial distancing, menerapkan protokol kesehatan dan melancarkan jalur logistik.

"Yang terpenting adalah bagaimana cara memanfaatkan waktu yang sangat berharga dalam masa Covid-19 ini, termasuk di antaranya menjaga kesehatan tubuh dan memastikan pelayanan transportasi laut tetap berjalan hingga ke depan," imbuh Wisnu dalam pernyataan tertulis, Sabtu (20/6/2020).

Wisnu juga memaparkan tentang bagaimana bernavigasi di tengah pandemi corona dengan mengatur industri maritim di Tanah Air.

Dia menjelaskan, Kementerian Perhubungan telah menerbitkan beberapa regulasi selama masa pandemi, seperti Surat Edaran (SE) Nomor 12 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang dengan Transportasi Laut dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Produktif dan Aman dari Pandemi Covid-19.

"Setiap penumpang, operator kapal, operator terminal penumpang maupun Syahbandar memiliki kewajiban dan tanggungjawab yang harus dipenuhi dalam masa adaptasi kebiasaan baru ini agar tetap aman dari Covid-19," kata Wisnu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Selanjutnya

Tol Laut. Dok

Lebih lanjut, ia menguraikan tentang kesehatan global dan penanganan krisis saat pandemi Covid-19, termasuk skenario dampak ekonomi akibat krisis di dunia dan juga dampak ekonomi di Asia Tenggara.

"Pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 diproyeksi terkontraksi. Tingkat ketidakpastian yang tinggi menunjukkan masih adanya risiko downside pada proyeksi," tuturnya.

Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi oleh berbagai institusi menunjukan divergensi di tengah tingginya ketidakpastian.

"Dampak pandemi juga menyebabkan resesi atau perlambatan ekonomi yang terjadi secara luas termasuk pada mitra dagang Indonesia. Pandemi juga mendorong peningkatan pengangguran di hampir seluruh negara maju serta menekan harga komoditas," ungkapnya.

Namun di tengah pandemi, lanjutnya, neraca perdagangan masih mencatatkan surplus yang ditopang pertumbuhan positif ekspor. Meski demikian, penurunan impor menunjukkan adanya tekanan pada aktivitas ekonomi domestik.

Menurut dia, simpul logistik maritim di tengah wabah virus masih menunjukan optimisme, dimana perdagangan dan logsitik dunia masih terus berjalan selama pandemi Covid-19.

"Peluang ekspor Indonesia masih ada, asal tetap fokus pada produk yang dibutuhkan oleh negara mitra dagang besar dan produk yang berdaya saing tinggi," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya