Liputan6.com, Jakarta - Di tengah pandemi covid-19, tantangan perekonomian dari level atas sampai bahwa terdampak semua. Banyak orang yang merasakan imbasnya, misalnya pendapatan berkurang, Tunjangan Hari Raya (THR) di cicil, pasar modal juga tergerus, emas melambung tinggi dan lain sebagainya.
Lalu masih perlukah Anda melanjutkan menabung dan berinvestasi di tengah ketidakpastian ini? Menurut Perencana Keuangan Ruisa Khoiriyah, mengatakan bahwa jawabannya bervariasi.
Advertisement
Bagi Anda yang sisi pendapatannya masih memadai untuk mencukupi kebutuhan prioritas seperti makan, biaya operasional listrik, air, internet, bayar cicilan, dan sebagainya tapi ternyata masih ada sisa maka Anda masih bisa menabung, dan dialokasikan untuk dana darurat.
Namun sebaliknya, jika pendapatan Anda sudah banyak berkurang, maka kegiatan menabung dan berinvestasi bisa Anda tunda dahulu, jangan memaksakan. Kendati begitu, Anda masih ingin menabung dan berinvestasi di tengah kesulitan.
Berikut beberapa pilihan tempat menabung atau berinvestasi yang bisa Anda pertimbangkan di tengah pandemi covid-19, dilansir dari laman pribadi perencana keuangan Ruisa Khoiriyah, Minggu (21/6/2020):
1. Tabungan Rencana Bank
Jika Anda ingin memulai menabung tapi susah disiplin, Anda bisa mencoba membuka rekening tabungan rencana di bank. Menurut Ruisa hampir semua bank memiliki produk tersebut. Tabungan rencana memungkinkan Anda disiplin menabung karena dana rekening akan otomatis dipindahkan ke rekening tabungan rencana (autodebet) sesuai dengan tanggal yang Anda tentunya.
Biasanya dana yang sudah dipotong tidak akan bisa Anda gunakan sampai jatuh tempo, misalnya tabungan rencana selama 1 tahun atau 2 tahun. Tapi bisa saja dicairkan, tapi Anda akan kena konsekuensi seperti dikenakan pinalti.
2. Simpanan Berjangka/Deposito
Salah satu produk bank ini adalah tempat Anda menempatkan sejumlah dana dalam jangka waktu tertentu, mulai dari satu bulan sampai 24 bulan. Maka Anda akan mendapatkan imbalhasil sesuai tawaran bank. Semua bank bervariasi, ada yang memberikan 5 persen per tahun, ada juga di atas itu.
Anda sebagai nasabah lebih baik memilih deposito yang menawarkan imbal hasil sesuai tingkat penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), yakni saat ini sebesar 5,5 persen per tahun. Selain itu Anda bisa memilih imbal hasil, apakah akan diberikan rutin setiap bulan ke rekening transaksi atau digulung ke deposito tersebut.
3. Obligasi Negara Ritel (ORI)atau Sukuk ritel (Sukri)
Ruisa menjelaskan bahwa obligasi atau sukuk pada dasarnya adalah surat utang, yang termasuk paper investment. Misalnya Negara Indonesia melalui Pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai pembangunan, untuk itu Pemerintah menerbitkan surat utang yang ditawarkan kepada para pemodal, dengan perjanjian memberikan imbal hasil tertentu yang telah disepakati.
“Jadi, apabila kita berinvestasi di ORI atau SUKRI ini kita bisa bertindak sebagai kreditur atau pemberi pinjaman pada pemerintah. Uang yang kita tempatkan digunakan pemerintah untuk membiayai APBN, sebagai imbalan pemerintah memberi imbal hasil setiap tanggal tertentu,” jelasnya.
Bila Anda takut kena riba kalau investasi di obligasi, Ruisa menyarankan berinvestasi di Sukuk Ritel saja karena ini merupakan versi syariah dari ORI.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
4. Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana pasar uang termasuk kategori reksa dana dengan risiko paling rendah, karena memiliki aset dasar berisiko rendah juga, seperti sertifikat deposito, surat berharga negara dengan tenor di bawah setahun, obligasi ritel dan dana tunai.
“Fluktuasi harga kecil karena itu peluang keuntungan juga tidak besar, tapi masih bisa di atas imbal hasil deposito bank, bisa 7 persen per tahun bahkan lebih,” ujar Ruisa.
Lebih lanjut Ruisa mengatakan, memulai investasi jangka pendek di reksa dana pasar uang tidak membutuhkan modal besar. Banyak produk reksa dana pasar uang yang sudah bisa Anda beli dengan modal puluhan ribu rupiah saja.
Ada reksa dana pasar uang konvensional, tapi ada juga yang syariah, Anda bisa memilih sesuai kenyamanan dan keinginan sendiri.
5. Reksa Dana Pendapatan Tetap
Reksa dana pendapatan tetap bisa menjadi pilihan untuk mendukung tujuan keuangan jangka pendek-menengah antara 1 tahun hingga 3 tahun ke depan.
“Sesuai namanya, reksa dana ini mayoritas berisi aset-aset dasar berupa obligasi atau efek surat utang, baik yang diterbitkan oleh Pemerintah maupun swasta. Reksa dana jenis ini memiliki risiko di atas reksa dana pasar uang,” katanya.
Namun, prospek imbal hasil reksa dana ini bisa melampaui reksa dana pasar uang. produk investasi ini juga cenderung memfokuskan pada tingkat pengembalian alias return yang stabil.
“Tahun lalu reksa dana pasar uang tumbuh paling tinggi dibanding reksa dana saham yang memang caur (kacau)banget tahun 2019, apalagi tahun ini,” ujarnya.
6. Emas
Emas itu nilainya cenderung stabil, apalagi saat terjadi ketidakpastian ekonomi seperti ini emas pasti diburu untuk menjadi alat lindung nilai. Itu juga mengapa emas disebut dengan istilah safe heaven. Karena harganya relatif stabil menghadapi inflasi dan cenderung naik terus dari tahun ke tahun walaupun pernah jeblok juga harganya.
“Tapi secara umum emas masih oke menjadi pilihan tabungan masa depan, menurut saya,” ujarnya.
Kelebihan emas selain pertumbuhan harganya cukup stabil dalam jangka panjang, emas juga bisa digadaikan selain dicairkan seperti biasa apabila Anda membutuhkan uang. namun kekurangannya, apabila Anda membeli secara fisik, tentunya menyimpan emas menjadi PR bagi Anda karena takut hilang.
Tapi apabila Anda memiliki emas sampai 100 gram atau 500 gram Anda tidak perlu repot membeli brankas untuk menyimpannya. Anda bisa menyewa safe deposit box di bank, atau bisa berganti beli emas online saja.
“Jadi, walau tengah suram begini perekonomian, kalau masih memungkinkan menabung dan berinvestasi, lakukanlah, pilih sesuai kenyamanan dan profil risiko, juga target pemakaian dananya kapan,” pungkasnya.
Advertisement