Jepang Angkat Larangan Perjalanan Domestik

Ketentuan kapastitas kerumunan dalam acara indoor maupun outdoor di Jepang pun mengalami menambahan.

oleh Asnida Riani diperbarui 21 Jun 2020, 05:00 WIB
Gambar pada 21 Oktober 2019 menunjukkan sejumlah perempuan mengenakan pakaian tradisional Jepang, kimono, saat mengunjungi kuil Senso-ji di Tokyo. Sensoji Temple merupakan salah satu kuil tertua di Jepang yang terletak di Asakusa. (Anne-Christine POUJOULAT / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Per Jumat, 19 Juni 2020, Jepang telah secara resmi mengangkat larangan perjalanan domestik sebagai upaya memutus rantai penyebaran COVID-19. Keputusan ini diharapkan bisa mengatrol kembali wisata dalam negeri sebagai penggerak roda ekonomi.

Mengutip laman Strait Times, Sabtu, 20 Juni 2020, Tokyo pun telah mengangkat aturan penutupan semetara bagi lokasi live music, kelab malam, dan fasilitas hiburan lain. "Kita harus menaikkan level aktivitas sosial dan ekonomi lebih jauh," kata Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe.

Pihaknya juga mengumumkan membuka perbatasan untuk turis. Inisiasi ini bakal memungkinkan lebih dari 250 orang per hari menyambangi Jepang, dengan catatan mereka berasal dari negara berangka infeksi rendah, seperti Thailand dan Vietnam.

Kendati, kebijakan ini menciptakan keresahan, telebih setelah Tokyo mencatatkan 35 kasus baru pada Jumat, 19 Juni 2020. Total ada sekitar 238 kasus dalam seminggu terakhir, di mana kebanyakan terlacak ke kluster area hiburan malam yang menolak permintaan untuk sementara tutup.

Sebuah studi yang dilakukan Professor Setsuya Kurahashi dari Universitas Tsukua menunjukkan, jumlah kasus virus corona baru di sejumlah titik wisata di Jepang bisa tiga kali lebh tinggi setelah semua larangan perjalanan diangkat.

Ia pun menyarankan tindakan preventif yang lebih ketat, termasuk meningkatkan tes sebagai perlindungan lebih baik bagi pelaku sektor pariwisata sebelum menerima kunjungan turis.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Peningkatan Kapasitas

Orang-orang melintasi sebuah jalan di Tokyo, Jepang, pada 14 Juni 2020. Pemerintah kota Tokyo pada Minggu (14/6) mengonfirmasi 47 kasus infeksi baru corona, beberapa hari setelah Gubernur Yuriko Koike mencabut status waspada COVID-19 agar semua bisnis dapat dibuka kembali. (Xinhua/Du Xiaoyi)

Jepang sendiri telah berkutat dengan pertanyaan kapan dan bagaimana cara mencegah transmisi COVID-19, bahkan setelah status darurat diangkat pada akhir Mei lalu.

Berkaca pada perubahan yang diumumkan, Negeri Sakura bakal memperbolehkan acara berkapasitas lebih dari seribu orang atau lebih dari setengah kuota kapasitas bagi event dalam ruang. Angka ini naik dari ketentuan awal, yakni 100 untuk dalam ruang dan 200 bagi acara outdoor.

Sekian banyak atraksi turis, termasuk Dogo Onsen dan Tateyama Kurobe Alpine Route, telah kembali membuka pintu bagi pengunjung. Sementara, beberapa di antaranya, termasuk Tokyo Disney Resort, masih tetap tutup sementara.

"Sangat sulit menentukan waktu mengangkat aturan. Tapi, sekarang pemerintah Jepang punya kapastias cukup untuk merespons infeksi baru," kata Dr Kazuhiro Tateda, President Japanese Association for Infectious Diseases.

"Pengawasan akan tetap berlajut dan bila melihat angka infeksi tinggi, kami bisa mengambil langkah-langkah penanganan lebih strategis," tambahnya.

Jepang sendiri telah merilis aplikasi untuk meningatkan publik yang telah melakukan kontak dengan kasus infeksi. Tapi, karena kekhawatiran privasi, pihak pemerintah mengatakan, aplikasi tersebut akan menghapus data setelah 14 hari dan tak memuat nomor telepon maupun lokasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya