Perempuan di Bulan 2024 dan Masa Depan Wanita dalam Penjelajahan Antariksa

Publik jarang mendengar astonaut perempuan yang pergi menjalankan misi eksplorasi ke luar angkasa, namun masa depan penjelajahan antariksa justru ada di pundak mereka, kata NASA.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jun 2020, 18:57 WIB
Astronaut Christina Koch (kiri) dan Jessica Meir (kanan) dijadwalkan akan melakukan spacewalk bersama pada 17 atau 18 Oktober 2019. (Foto: NASA)

Liputan6.com, Florida - Hanya 566 orang yang pernah melakukan perjalanan ke luar angkasa. Enam puluh lima dari mereka, atau sekitar 11,5 persen, adalah perempuan.

Angka itu tampaknya memicu Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyatakan akan menempatkan "wanita pertama dan pria berikutnya" di Bulan pada tahun 2024.

Namun, ada yang ganjil dari pernyataan itu. Ketika usia penjelajahan antariksa sudah berusia hampir enam dekade, astronaut perempuan masih tertinggal dari rekan laki-laki mereka.

Akses perempuan ke ruang angkasa, tidak hanya sebagai astronot tetapi sebagai pengguna dan pencipta layanan ruang angkasa seperti pengamatan Bumi dan telekomunikasi satelit, masih jauh dari setara. Namun ada tanda-tanda kemajuan.

Salah satunya adalah program Space4Women yang dijalankan oleh Kantor Urusan Luar Angkasa PBB (UNOOSA), yang bertujuan untuk memastikan agar "pemanfaatan pengembangan ilmu keantariksaan dapat menjangkau perempuan dan anak perempuan, dan agar mereka memainkan peran aktif serta setara dalam ilmu ruang angkasa, teknologi, inovasi, dan eksplorasi," demikian seperti dikutip dari Sciencealert.com pada Minggu (21/6/2020).

Seperti yang dicatat oleh direktur UNOOSA, Simonetta di Pippo, 40 persen dari target tujuan pembangunan berkelanjutan PBB bergantung pada penggunaan ilmu dan teknologi ruang angkasa.

Rencana NASA untuk mendaratkan seorang astronaut wanita di Bulan adalah tanda positif lainnya.

Pada tur dunia pasca-misinya mengorbit Bumi pada 1964, pionir astronaut perempuan, Valentina Tereshkova, menyatakan keinginannya sendiri untuk pergi ke Bulan, tetapi dia tidak pernah membuat pesawat luar angkasa lain.

Sekarang berusia 83 tahun, Dr Tereshkova memiliki karier yang menonjol dalam sains dan politik, serta kini menjadi anggota parlemen Rusia. Melihat seorang wanita menginjakkan kaki di permukaan Bulan dalam masa hidupnya akan benar-benar menjadi momen yang luar biasa.

Simak video pilihan berikut:


Perempuan dan Angkasa Luar: Sejarahnya

Astronot Wanita NASA, Christina Koch. (source: NASA)

Wanita pertama di luar angkasa adalah kosmonaut Rusia, Valentina Vladimirovna Tereshkova, yang mengorbit Bumi 48 kali dari 16 - 18 Juni 1963.

Kesuksesannya kemudian menjadi propaganda Perang Dingin untuk menunjukkan keunggulan Uni Soviet. Pada Kongres Dunia Perempuan 1963, pemimpin Soviet Nikita Khrushchev menggunakan perjalanan Tereshkova untuk menyatakan bahwa Uni Soviet telah mencapai kesetaraan bagi perempuan.

Wanita di seluruh dunia menaruh simpati dan bermimpi mereka juga dapat melakukan perjalanan ke luar angkasa. Ekaterina Ergardt, seorang buruh tani negara bagian Soviet, menulis kepada Tereshkova:

Umur saya delapan puluh tahun. Saya mulai hidup di tahun-tahun awal perjuangan perempuan untuk kehidupan kebebasan dan kesetaraan ... sekarang jalan menuju ruang terbuka bagi perempuan.

Terlepas dari optimisme itu, keterlibatan perempuan pada penjelajahan angkasa luar masih terpinggirkan. Bahkan, butuh waktu 19 tahun sebelum perempuan lain diizinkan untuk menjelajah di luar Bumi.

Di Amerika Serikat, perempuan terpinggirkan dari misa ruang angkasa karena kebijakan "astronaut haruslah pilot tes militer" --sebuah profesi yang saat itu dilarang bagi perempuan.

Bahkan, ketika program pelatihan tim astronaut perempuan pertama selesai dilaksanakan, kesempatan mereka untuk ke angkasa luar harus disalip laku-laku.

Contoh ternama adalah proyek Mercurius 7 NASA, yang dipimpin oleh Dokter Randy Lovelace, di mana mereka merekrut

Sementara astronaut Amerika pertama, yang dikenal sebagai Mercury 7, 13 astronaut perempuan yang juga disebut "Mercury 13". Mereka diujicoba dengan astronaut pria dengan tingkat kesulitan yang sama. Hasil menunjukan bahwa para perempuan jauh lebih unggul dari tim pria, namun NASA tetap kurang yakin dari hasil tes tersebut.

Salah satu calon astronaut saat itu, Jerrie Cob mengatakan bahwa hal tersebut sangat konyol.

"Saya merasa sedikit konyol ketika saya membaca di sebuah surat kabar bahwa ada sebuah tempat bernama Chimp College di New Mexico di mana mereka melatih simpanse untuk penerbangan luar angkasa, satu seorang wanita bernama Glenda. Saya pikir setidaknya penting untuk membiarkan para wanita menjalani pelatihan untuk penerbangan luar angkasa ini," ujarnya.

Cob menambahkan bahwa mreka "siap untuk menggantikan simpanse, jika itu satu-satunya cara (bagi perempuan) untuk pergi ke ruang angkasa."


Masa Depan Astronaut Perempuan

Christina Koch, astronot wanita NASA yang menyetak rekor karena paling lama berada di ruang angkasa. (Source: Sergei Ilnitsky/Pool Photo via AP)

Secara historis, ilmuwan-ilmuwan seperti Randy Lovelace yang percaya wanita harus pergi ke ruang angkasa hanya melihat peran perempuan sebagai asisten astronaut laki-laki.

Bahkan, pada beberapa periode sejarah, astronaut perempuan bahkan hanya sebatas narasi dan ide, salah satunya di ranah budaya populer AS.

Contohnya adalah beredarnya draf katalog foto dari majalah dewasa populer Playboy Magazine yang menampilkan potret dari para model --Playboy Playmates-- mereka seperti Cynthia Myers, Angela Dorian, Reagan Wilson, dan Leslie Bianchini dengan mengambil tema misi Apollo 1969 yang mendaratkan manusia untuk pertama kalinya di Bulan.

Namun, para model itu bukan ditempatkan sebagai astronaut, melainkan disamakan dengan lanskap Bulan. Pesan implisitnya, Bulan dan perempuan, keduanya adalah objek penaklukan laki-laki.

Hal ini dipengaruhi atas kenyataan bahwa dalam budaya populer pada 1960-an, perempuan sering dikaitkan dengan sihir dan emosi daripada sains dan teknologi.

Keadaan mulai membaik pada 1970, di mana ada gerakan-gerakan perempuan yang menunjukan bahwa mereka layak mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki.

Akhirnya, Svetlana Savitskaya menjadi seorang astronaut perempuan kedua yang berhasil ke ruang angkasa pada tahun 1982. Pada tahun berikutnya, ada Sally Ride.

Pada abad ke-21, masih ada hambatan untuk partisipasi setara perempuan dalam penjelajahan ruang angkasa. Pola pikir yang misoginis juga terjadi di kalangan petinggi NASA.

Administrator NASA Ken Bowersox pernah menjelaskan bahwa tubuh astronaut yang ideal adalah laki-laki. Dia menyalahkan perawakan rata-rata perempuan yang lebih kecil, mengatakan mereka kurang mampu "menjangkau dan melakukan hal-hal sedikit lebih mudah".

Apakah tubuh perempuan yang menjadi masalah, atau angkasa luar dibangun untuk pria? Seperti apa teknologi ruang angkasa yang dirancang oleh dan untuk wanita?

Ada kesenjangan data gender yang sangat besar di ruang angkasa. Ada jauh lebih sedikit penelitian tentang efek gayaberat mikro pada tubuh wanita daripada yang ada untuk pria.

Namun, perempuan dalam banyak hal adalah astronot yang ideal. Kekuatan dan tinggi fisik bukan keuntungan dalam gravitasi mikro.

Wanita menggunakan lebih sedikit makanan dan oksigen, mempertahankan berat badan lebih baik dengan diet terbatas, dan menghasilkan lebih sedikit limbah. Dalam kata-kata Sally Ride, "bobot adalah penyeimbang yang hebat."

 

Penyunting: Yohana Belinda 

*Artikel ini menyadur dari publikasi Sciencealert.com yang berjudul "Almost 90% of Astronauts Have Been Men. But The Future of Space May Be Female", yang menerbitkan kembali tulisan Alice Gorman, profesor arkeologi dan studi antariksa Flinders Universirty, untuk The Conversation.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya