Liputan6.com, Kabul - PBB mengutuk serangan lanjutan terhadap petugas dan fasilitas kesehatan Afghanistan di tengah penyebaran Virus Corona COVID-19.
Dalam sebuah pernyataan, utusan PBB untuk Afghanistan mengatakan bahwa pasukan Afghanistan dan Taliban bertanggung jawab atas "tindakan kekerasan yang disengaja yang merusak operasi perawatan kesehatan". Demikian seperti dikutip dari laman BBC, Senin (22/6/2020).
Advertisement
Komentarnya mengikuti rilis laporan tentang kekerasan yang sedang berlangsung di Afghanistan selama pandemi.
Kekerasan itu termasuk serangan terhadap unit bersalin yang menewaskan 24 orang. Ketika itu, bayi yang baru lahir, ibu dan perawat tewas seluruhnya setelah gerilyawan menyerbu fasilitas di ibukota Kabul pada 12 Mei.
Hingga kini, masih belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Kejadian tersebut adalah salah satu dari 15 serangan yang dicatat antara 11 Maret - ketika Organisasi Kesehatan Dunia mendeklarasikan Virus Corona COVID-19 sebagai pandemi global - hingga awal gencatan senjata tiga hari antara Taliban dan pemerintah Afghanistan pada 23 Mei.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Fasilitas Kesehatan Jadi Target Serangan
Dari kejadian tersebut tersebut, Taliban bertanggung jawab atas 10 insiden, termasuk delapan di mana fasilitas kesehatan sengaja menjadi target.
Tiga serangan lain yang menjadi sasaran dikaitkan dengan pasukan keamanan Afghanistan.
Fasilitas kesehatan lebih lanjut adalah kerusakan selama bentrokan antara kedua belah pihak, kata laporan itu.
"Jangkauan dan skala serangan yang disengaja terhadap perawatan kesehatan di Afghanistan pada saat negara itu dihadapkan dengan pandemi penyakit Virus Corona COVID-19 sangat memprihatinkan," menurut laporan tersebut, yang dirilis oleh Misi Bantuan PBB di Afghanistan ( UNAMA) pada hari Minggu.
"Ketika sebuah tanggapan kemanusiaan mendesak diperlukan untuk melindungi kehidupan semua individu di Afghanistan, kedua belah pihak bertanggung jawab atas kerusakan yang ditargetkan dan tidak disengaja pada fasilitas perawatan kesehatan."
Sejauh ini, hampir 29.000 kasus Virus Corona COVID-19 dan 581 kematian telah dicatat di Afghanistan.
Tetapi sementara jumlahnya tampak rendah, negara ini memiliki akses terbatas terhadap pengujian dan sistem kesehatan telah menjadi amat sulit di bawah konflik.
Sekitar 200.000 warga Afghanistan kembali dari negara-negara tetangga pada bulan Maret, mayoritas dari Iran, yang sangat terpukul oleh pandemi.
Selain tekanan konflik yang telah terjadi pada warga sipil selama pandemi, sebuah laporan yang diterbitkan oleh Save The Children pada bulan Mei menemukan bahwa tujuh juta anak-anak Afghanistan beresiko kelaparan akibat kenaikan harga makanan akibat COVID-19.
Advertisement