Liputan6.com, New Delhi Fenomena gerhana matahari cincin yang terjadi kemarin, 21 Juni 2020 turut dialami Direktur Penyakit Menular WHO Regional Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama di New Delhi, India. Tatkala gerhana matahari cincin menampakkan dirinya di langit India, Tjandra segera keluar rumah.
"Gerhana matahari cincin terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di New Delhi, India tempat saya tinggal sekarang. Pas waktu gerhana kemarin saya keluar rumah," cerita Tjandra membuka percakapan dengan Health Liputan6.com, Senin (22/6/2020).
Advertisement
"Situasi saat itu memang sepi, tapi tetap ada beberapa orang di toko. Lalu saya memotret gerhananya pakai ponsel di taman dekat rumah."
Rupanya sulit mendapatkan foto gerhana matahari cincin menggunakan ponsel. Berkali-kali Tjandra memotret, hasil foto pun tidak juga bagus.
"Sayangnya, saya gatot alias gagal total memotret gerhana matahari cincin," ujar Tjandra.
Di India, gerhana matahari cincin yang dinikmati Tjandra terjadi pukul 09.00 sampai 15.00 waktu setempat.
Gerhana Matahari dan Mitos India
Suasana di taman dekat rumah, tempat Tjandra memotret gerhana matahari cincin sangat baik. Hari-hari biasa jauh sebelum COVID-19, taman tersebut ramai dikunjungi warga.
"Taman lingkungan di sini memang terpelihara baik, banyak warga yang jalan-jalan. Ada lebih dari lima taman sejenis di dalam kompleks perumahan saya," tutur Tjandra.
Gerhana matahari cincin di India cukup terlihat jelas. Dikabarkan India termasuk salah satu negara pertama yang menikmati kehadiran gerhana matahari lebih awal dibanding negara-negara lainnya.
Tjandra menerangkan, ada istilah bahasa India dalam penyebutan gerhana matahari. Bahkan mitos seputar gerhana juga menyebar di kalangan masyarakat India.
"Ternyata bahasa Hindi gerhana matahari adalah surya grahan. Yang jelas surya artinya matahari dan grahan ya gerhana. Ada kepercayaan di India bahwa selama beberapa jam proses gerhana, tetap di rumah saja," terangnya yang pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan.
"Apalagi wanita hamil memang jangan keluar rumah. Juga ada kepercayaan, jangan makan selama gerhana terjadi. Jangan pula memasak dan bercocok tanam. Bahkan jangan melakukan hubungan suami istri di waktu gerhana supaya jangan terjadi kehamilan."
Advertisement
Kejadian Menarik Lainnya
Selain gerhana matahari cincin, Tjandra menuturkan, kemarin juga bertepatan dengan Hari Yoga Sedunia. Tahun-tahun sebelumnya, India rutin memperingati hari tersebut.
"Kemarin juga pas sekali dengan Intenational Yoga Day. Tahun-tahun yang lalu ramai dirayakan. Pagi-pagi orang berduyun-duyun ikut yoga massal," tuturnya yang mantan Kepala Badan Litbang Kementerian Kesehatan.
"Tapi tahun ini semua acara dibatalkan, sesuai tema tahun ini Yoga for Health - Yoga at Home. Perdana Menteri India Narendra Modi menyatakan, pranayama (yoga pernapasan) baik untuk kesehatan paru, yang mana kita tahu bahwa COVID-19 banyak menyerang paru."
Adapun kejadian menarik lain yang dirasakan Tjandra terkait Arab Saudi yang akan membuka masjid di Mekkah kemarin. Ia juga menyaksikan salat Jumat di masjid di Singapura yang akan mulai dengan sistem daring.
"Saya juga hari Minggu kemarin nonton TV Singapura yang menyebutkan salat Jumat di masjid di Singapura akan dimulai pada 26 Juni 2020, dengan online prayer booking system. Maksimal 50 orang per sesi di dalam masjid dan ada jeda 30 menit di antara dua sesi," tutup Tjandra.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Advertisement