Jeritan Pedagang Seragam Sekolah di Bandung Terimbas Pandemi Covid-19

Menjelang tahun ajaran baru 2020/2021 di tengah pandemi Covid-19, para pedagang seragam dan perlengkapan sekolah di sejumlah toko di Kota Bandung mengeluh karena omzet turun.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 23 Jun 2020, 05:00 WIB
Sejumlah pedagang seragam dan perlengkapan sekolah di sejumlah toko di Kota Bandung mengeluh karena omzet turun jelang tahun ajaran baru 2020/2021 di tengah pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Menjelang tahun ajaran baru 2020/2021 di tengah pandemi Covid-19, para pedagang seragam dan perlengkapan sekolah di sejumlah toko di Kota Bandung mengeluh karena omzet turun.

Salah seorang pedagang seragam di kawasan Kosambi, Siswadi (49) mengaku, untuk tahun ajaran tahun ini tidak seperti tahun sebelumnya. Namun karena tahun ini sedang musim Covid-19, pembeli pun sepi.

"Dari Maret 2020 sampai hari ini sangat terasa penurunannya. Sudah lebih dari 95 persen. Biasa Juni per hari bisa dapat Rp10 juta, sekarang rata-rata di bawah Rp500 ribu," kata Siswadi, Senin (22/62020).

Dengan kondisi pandemi ini, Siswadi mengaku pembeli seragam tahun ajaran baru kali ini lebih sepi daripada biasanya. Terlebih, hingga saat ini belum ada kepastian soal kapan kebijakan belajar di rumah akan berakhir dan sekolah akan kembali dibuka.

Dalam keadaan normal, lanjut dia, Juni menjadi momen penjualan seragam SD lalu. Sedangkan, Juli sampai Agustus penjualan seragam SMP dan SMA.

"Sekarang, untuk yang beli seragam lima pasang dalam sehari saja sudah bagus," ungkap Siswadi.

Pemilik toko seragam sekolah di Jalan Cipaera ini berharap wabah Corona segera berlalu agar sekolah kembali aktif seperti sedia kala. Sebab, kondisi saat ini membuat ia terpaksa merumahkan sejumlah karyawannya. Salah satunya tenaga kerja jahit.

"Kasihan kan tenaga kerja saya yang ngejahit sekarang jadi menganggur, mereka dirumahkan dulu sampai waktunya memang dibutuhkan untuk produksi lagi. Karena kita saat ini pun belum bisa beli kain bahan," ucapnya.

Pedagang seragam sekolah lainnya, Siti Aisyah (46) mengaku mengalami penurunan omzet hingga 50 persen. Namun demikian, diakuinya ada saja sejumlah pembeli yang datang ke tokonya.

"Terasa sekali dampaknya, dalam sehari paling yang beli ke toko hanya 10 stel kadang lebih," ucap Siti.

Padahal, kata dia, momen seperti sekarang ini adalah kesempatan pedagang seragam untuk menjual barang dagangannya. "Kalau konveksi masih berjalan. Tapi yang biasanya kita produksi seminggu tiga kali sekarang hanya sekali seminggu," ujarnya.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya