Penjualan Mobil Turun 93 Persen, Bukti Ekonomi Kuartal II Lebih Buruk

BPS membeberkan beberapa indikator yang membuat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 terkoreksi lebih dalam

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jun 2020, 15:20 WIB
Penjual dan calon pembeli tengah mengecek kondisi mobil di showroom penjualan mobil bekas di kawasan Depok, Rabu (1/7/2015). Menjelang Lebaran, tingkat penjualan mobil bekas hanya meningkat sekitar 10-15%. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto membeberkan beberapa indikator yang membuat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 terkoreksi lebih rendah dibandingkan kuartal I-2020. Salah satunya merosotnya Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia.

Dia mengatakan, berdasarkan perhitungannya penjualan mobil mobil hingga mencapai 93,21 persen. Kemudian untuk penjualan kendaraan bermotor juga mengalami kontraksi hingga 79,31 persen.

"Jadi dalam sekali, demikian juga dengan impor bahan baku. Untuk PMI (Purchasing Managers Index) manufaktur Indonesia meski ada kenaikan sedikit pada Mei di 28,6 masih jauh dari 50, di mana itu angka yang diinginkan," ujar Suhariyanto saat melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Senin (22/6/2020).

Dia menambahkan, indikator lain menunjukan penurunan terhadap laju ekonomi di kuartal II yakni dari sisi pengeluaran.

Di mana dari sisi jumlah penumpang angkutan udara, BPS mencatat pada kuartal I-2020 kontraksi sudah terjadi namun masih di kisaran 13,62 persen. Sementara posisi di kuartal II, angka tersebut sudah merosot lebih dalam di kisaran 87,91 persen.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pengeluaran Pemerintah Memburuk

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyampaikan keterangan terkait kondisi ekspor dan impor pada Januari 2020 di Gedung BPS, Jakarta, Senin (17/2/2020). Nilai ekspor dan impor Januari 2020 terkoreksi mengalami penurunan dibandingkan posisi bulan sebelumnya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kemudian hal lain adalah dilihat dari sisi pengeluaran pemerintah yang menunjukkan kinerja yang buruk. Meski pada kuartal I belanja pegawai masih meningkat, namun untuk belanja barang sudah mengalami kontraksi sebesar 6,12 persen.

"Sedangkan di kuartal II ini baik belanja pegawai dan barang atau modal kontraksinya lebih dalam. Tapi untuk realisasi bansos lebih bagus dari kuartal I karena pemerintah memang berkomitmen meningkatkan perlindungan sosial," jelas dia.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya