Jokowi Setuju Lab Vaksin Flu Burung Dialihfungsikan Jadi Tempat Produksi PCR Covid-19

Saat ini, kata Muhadjir, Bio Farma sudah berhasil memproduksi 50 ribu alat tes PCR virus corona per minggu.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 22 Jun 2020, 16:57 WIB
Tim medis melakukan pemeriksaan hasil PCR COVID-19 di Laboratorium Container (lab Con) COVID-19 RSKD Duren Sawit, Jakarta, Kamis (18/6/2020). Dalam seminggu terakhir ada 18.105 orang di Jakarta dites PCR. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyetujui rencana pengalihfungsian bekas laboratorium penelitian vaksin flu burung menjadi tempat produksi alat tes PCR virus corona (Covid-19). Ini sebagai dukungan karena saat ini Indonesia telah dapat memproduksi sendiri alat tes PCR.

"Salah satu sarana yang akan kita gunakan adalah gedung yang dulu akan digunakan untuk laboratorium vaksin flu burung, produksi vaksin flu burung. Itu nanti akan kita ubah menjadi gedung untuk memproduksi PCR. Bapak presiden sudah menyetujui," kata Menko PMK Muhadjir Effendy usai bertemu Presiden Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (22/6/2020).

Menurut Muhadjir, produksi alat PCR tersebut nantinya akan dikoordinasikan antara Kementerian BUMN yang membawahi Bio Farma dan Kementerian PUPR. Adapun Bio Farma sendiri saat ini di bawah Kementerian Kesehatan.

Dia menjelaskan pelibatan Kementerian PUPR tersebut diperlukan untuk menyiapkan desain konstruksi produksi PCR. Selain itu, Kementerian PUPR juga akan membantu agar proses rekonstruksi gedung dapat dipercepat.

Saat ini, kata Muhadjir, Bio Farma sudah berhasil memproduksi 50 ribu alat tes PCR virus corona per minggu. Untuk itu, dia berharap proses pengalihfungsian laboratorium dapat berjalan dengan cepat sehingga pengujian spesimen corona juga semakin banyak.


Tak Lagi Impor PCR

Tim medis melakukan pemeriksaan hasil PCR COVID-19 di Laboratorium Container (lab Con) COVID-19 RSKD Duren Sawit, Jakarta, Kamis (18/6/2020). (merdeka.com/Imam Buhori)

"Kemarin saya berkunjung ke Bio Farma itu. Di sana Bio Farma sudah bisa memproduksi 50 ribu per minggu. Kalau itu bisa melipatgandakan produksinya sampai 2 juta per bulan, itu bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan beliau (Presiden Jokowi) sangat mendukung," jelas dia.

Muhadjir menyebut dengan adanya tempat produksi ini diharapkan membuat Indonesia tidak lagi bergantung pada alat tes PCR impor. Sebab, pemerintah kerap kali terkendala alat tes PCR impor yang tak cocok dengan reagen yang digunakan.

"Apalagi kalau terlalu banyak jenis PCR kit itu sering tidak kompatibel dengan reagen ekstrasinya. Mereknya beda, bisa tidak cocok. Ini nanti kita sederhanakan, apalagi satu, lebih mudah untuk operasional di lapangan dan beliau sudah setuju. Nanti tinggal tindaklanjuti saja," tutur Muhadjir.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya