Menparekraf: Rasa Aman dan Nyaman Kunci Bangkitkan Pariwisata di Tengah Pandemi Covid-19

Wishnutama Kusubandio mengatakan, kunci keberhasilan dalam membangkitkan kembali gairah pariwisata di tengah pandemi Covid-19 harus memperhatikan tiga aspek utama.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jun 2020, 08:39 WIB
Menparekraf Wishnutama Kusubandio. (dok. Biro Humas Kemenparekraf/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Wishnutama Kusubandio mengatakan, kunci keberhasilan dalam membangkitkan kembali gairah pariwisata di tengah pandemi Covid-19 harus memperhatikan tiga aspek utama. Yakni rasa aman, sehat dan nyaman.

Menurut dia, tiga aspek tersebut yang kemudian menjadi tolak ukur kepercayaan para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara terhadap sebuah destinasi wisata di tengah pandemi.

"Pariwisata ini adalah sektor yang sangat bergantung pada kepercayaan wisatawan domestik maupun internasional, dalam memberikan rasa aman, sehat dan nyaman," kata Wishnutama di Jakarta, Selasa (23/6/2020).

Oleh sebab itu, dia meminta agar semua pemangku kepentingan di daerah, pelaku usaha wisata maupun komunitas pariwisata dapat menerapkan protokol kesehatan menjadi kebiasaan baru. Sebagai prasyarat dalam menyongsong dibukanya kembali sektor pariwisata di Indonesia.

"Kita harus dapat membangun kepercayaan ini, agar pariwisata dapat bangkit kembali," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Jangan Sampai Jadi Klaster Baru

Dalam hal ini, dia menegaskan, protokol kesehatan menjadi mutlak. Sehingga tujuan utama dibukanya kembali sektor pariwisata aman Covid-19 dapat tercapai dan kepercayaan yang telah dibangun tidak menjadi sia-sia.

"Jangan sampai dalam pelaksanaannya nanti, malah terjadi peningkatan kasus baru. Karena memperbaiki protokol bisa sehari dua hari saja. Tetapi mengembalikan rasa percaya itu butuh waktu yang cukup lama," jelasnya.

Wishnutama mengingatkan, apabila pelaksanaan protokol kesehatan tidak dapat diterapkan secara maksimal dan muncul kasus Covid-19 baru, maka hal itu akan sangat mengancam eksistensi perekonomian di bidang pariwisata itu sendiri.

"Jika kita tidak hati-hati dan disiplin pada pelaksanaannya, dampak ekonominya bisa lebih buruk nantinya bagi sektor pariwisata," tutupnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya