Profesor Italia Sebut Virus Corona Covid-19 Mulai Jinak

Turunnya kasus virus corona covid-19 bisa berarti vaksin tak lagi diperlukan karena virus mungkin tak pernah kembali lagi, kata dia seperti dilansir dari The Telegraph.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jun 2020, 18:10 WIB
Ilustrasi virus corona covid-19. (AFP/National Institutes of Health).

Liputan6.com, Jakarta - Pendapat menarik disampaikan oleh Kepala Klinik Penyakit Menular Rumah Sakit Policlinico San Martino, Italia, Profesor Matteo Bassetti terkait virus corona covid-19. Menurutnya, virus corona kehilangan kekuatannya atau keganasannya sejak Mei dan pasien yang sebelumnya sempat sekarat kini telah sembuh.

Turunnya kasus virus corona covid-19 bisa berarti vaksin tak lagi diperlukan karena virus mungkin tak pernah kembali lagi, kata dia seperti dilansir dari The Telegraph.

Komentar Bassetti muncul setelah Menteri Kesehatan mengumumkan kesepakatan yang telah dicapai antara perusahaan farmasi AstraZeneca dan Universitas Oxford untuk mulai memproduksi vaksin potensial untuk mengobati pasien virus corona covid-19.

"Kesan klinis yang saya temui, tingkat keganasan virus ini berubah," kata Bassetti.

Pada Maret dan awal April, Bassetti mengatakan, pasien dibawa ke unit gawat darurat karena mengalami penyakit yang cukup parah di mana mereka membutuhkan oksigen dan ventilator (alat bantu pernapasan), dan beberapa pasien mengalami pneumonia.

"Sekarang, dalam empat pekan terakhir, gambarannya benar-benar berubah dalam hal pola. Mungkin ada kandungan virus yang lebih rendah di saluran pernapasan, mungkin karena mutasi genetik pada virus yang belum ditunjukkan secara ilmiah. Juga kami sekarang lebih sadar akan penyakit ini dan mampu mengatasinya," ujarnya.

"Itu seperti harimau yang agresif pada Maret dan April tetapi sekarang seperti kucing liar. Bahkan pasien lanjut usia, berusia 80 atau 90 tahun, sekarang duduk di tempat tidur dan mereka bernapas tanpa bantuan. Pasien yang sama akan mati dalam dua atau tiga hari sebelumnya."

Menurutnya, virus telah bermutasi karena sistem kekebalan tubuh manusia bereaksi terhadap virus dan kandungan virus (viral load) yang lebih rendah karena penerapan lockdown, memakai masker, dan penerapan jarak sosial.

"Ya, mungkin itu bisa hilang sama sekali tanpa vaksin. Kami memiliki lebih sedikit dan lebih sedikit orang yang terinfeksi dan akhirnya virus corona covid-19 mati."

 


Opini Lain

Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Sebelumnya, seorang onkologist dan Kepala Pegawai Kedokteran Rutherford Health, Profesor Karol Sikora, mengatakan kemungkinan warga Inggris memiliki lebih banyak kekebalan daripada yang diperkirakan sebelumnya dan Covid-19 dapat "mereda dengan sendirinya".

Namun, Dr Bharat Pankhania, seorang dosen klinis senior di Fakultas Kedokteran Universitas Exeter dan mantan konsultan Kesehatan Masyarakat Inggris, mengatakan pendapat Covid-19 akan mati adalah optimisme jangka pendek.

"Saya tidak memperkirakan virus mati secepat itu," katanya kepada The Telegraph.

"Itu akan terjadi jika tidak ada orang yang menginfeksi. Jika kita memiliki vaksin yang berhasil maka kita akan dapat melakukan apa yang kita lakukan dengan cacar. Tetapi karena sangat menular dan menyebar, virus itu tidak akan hilang untuk waktu yang sangat lama," ujarnya.

Disadur dari: Merdeka.com (penulis Hari Ariyanti, published 23/6/2020)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya