Kerja dan Belajar Jarak Jauh dengan Melakukan Desentralisasi Data Center

Data adalah sumber penting dan menjadi andalan layanan digital seperti ride hailing, pembelian secara digital, atau hampir semua transaksi online.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jun 2020, 12:59 WIB
Kerja dan Belajar Jarak Jauh dengan Melakukan Desentralisasi Data Center. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Sudah lebih dari lima bulan pandemi corona Covid-19 telah melanda hampir ke seluruh dunia, tidak terkecuali negara Indonesia. Di Indonesia sendiri, setelah berakhir masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Sekarang beralih dengan penerapan kebijakan kehidupan normal baru, dimana mulai dari sekolah, industri swasta sampai instansi pemerintah menerapkan sistem tersebut dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang telah ditentukan pemerintah. Dari seluruh aktivitas, salah satu hal yang sangat dibutuhkan sekali dalam bertransaksi adalah data.

Data adalah sumber yang penting dan menjadi andalan layanan digital sehari-hari, seperti ride hailing, pembelian secara digital, atau hampir semua transaksi online. Darren Hawkins, selaku CEO dari SpaceDC mengungkapkan bagaimana SpaceDC mendesain solusi jaringan data center yang efisien, elastis dan kaya akan network untuk Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

"Dengan melakukan desentralisasi pada sebuah data center berarti sebuah perusahaan menaruh server, yang memuat informasi/konten mereka ke dalam beberapa data center." kata Darren dalam siaran persnya pada media.

Desentralisasi data center penting dilakukan untuk mengantisipasi adanya banjir, kebakaran atau listrik/internet padam di salah satu data center, sehingga data center yang lainnya dapat tetap beroperasi dan menyediakan konten.

"Semakin besar perusahaan cloud dan e-commerce payment gateway, mereka membuat sebuah metodelogi untuk melakukan desentralisasi pada data center saat mengalami musibah. Hal ini biasanya akan menjadi berita besar apabila terjadi karena biasanya jarang sekali terjadi." tambah Darren.

Desentralisasi data center menjadi sangat penting dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat adanya Covid-19. Layanan dan konten yang terdapat di server adalah alasan kita dapat bekerja, memberikan pelajaran pada anak-anak dan memesan bahan makanan.

"Sebagai contoh, saya menggunakan Skype, perusahaan milik Microsoft, untuk melakukan wawancara, karena saya tidak dapat pergi ke studio dikarenakan adanya lockdown. Apabila Microsoft hanya memiliki satu data center di Singapura dan koneksi internet atau listrik ke data center padam, maka mereka harus memindahkan koneksi kami ke data center di luar Singapura." tutur Darren.

Dengan memindahkan koneksi ke luar Singapura dapat menciptakan masalah-masalah latensi dan membuat wawancara mengalami keterlambatan waktu. Dengan demikian, untuk memastikan adanya pengalaman pengguna yang luar biasa, Microsoft harus memiliki beberapa data center di Singapura agar interview saya tidak berdampak.

"Karena itu, sangat penting bagi sebuah penyedia untuk memastikan bahwa mereka telah melakukan desentralisasi data center di kawasan tertentu." ucap Darren. Mengenai apakah dapat data center di kawasan-kawasan ini, terutama di Indonesia, meningkatkan elasitas dan keandalan internetnya, Darren menjelaskan tentunya dapat.

Data center secara sengaja dibangun untuk memastikan adanya elasitas dan keandalan internet ke fasilitas. Tim desain SpaceDC telah mempertimbangkan semua potensi permasalahan yang akan berdampak pada pelanggan-pelanggan kami untuk melakukan koneksi ke internet dari gedung yang kami miliki.

"Hal ini kami lakukan melalui seleksi lokasi yang dekat dengan pusat internet exchange, di mana hal ini akan memastikan adanya kecepatan. Kami juga memilih lokasi yang dilewati jalur dark fibre. Lokasi data center kami di Jakarta terletak di mana para penyedia internet memiliki redundancy loop di sekitar lokasi kami, dengan demikian apabila serat optik terputus, tetap ada serat optik lainnya yang dapat memindahkan alur lalu-lintas internet." tutur Darren.

Kerja dan Belajar Jarak Jauh dengan Melakukan Desentralisasi Data Center. foto: istimewa

Penyedia data center membuat banyak desain dalam cara mengembangkan jaringan TI di sekitar fasilitas mereka untuk menghilangkan risiko. Sebagai contoh, secara umum SpaceDC memliki empat jalur koneksi internet ke dalam fasilitas. Hal ini berarti keempat koneksi tersebut harus rusak sebelum data center SpaceDC tidak dapat terkoneksi ke dunia luar.

Sementara menyinggung bagaimana kampus-kampus data center, seperti SpaceDC, mempengaruhi telko, Darren menjelaskan SpaceDC percaya kampus data center yang ia miliki dapat membantu dalam menyediakan lebih banyak permintaan untuk layanan-layanan yang ditawarkan telko seperti konektivitas fiber optic dan 5G, terutama untuk para pelanggan seperti penyedia konten.

Saat ini, telko-telko lokal sedang berada di bawah tekanan untuk menyediakan layanan yang lebih cepat dan lebih andal. SpaceDC dapat mempermudah beban ini dengan menyediakan komponen-komponen terkait, seperti sistem telekomunikasi dan penyimpanan data. Fasilitas ini biasanya mencakup juga backup listrik, koneksi komunikasi data redundan, arsitektur penempatan seperti sirkulasi udara dan pendingin, fire suppression, serta fungsi keamanan dari perangkat.

Terkait kendala dan tantangan yang harus diatasi untuk mencegah pemadaman, seperti yang pernah dialami Starhub di Singapura, Darren mengungkapkan ketika SpaceDC dan penyedia data center lainnya merancang fasilitas-fasilitasnya, mereka mendesainnya dengan built-in redundancy karena itu yang dilihat klien saat memilih sebuah data center.

'Secara mudah, peran kami adalah untuk tetap memberikan daya listrik yang cukup ke server-server yang dimiliki klien kami, menjaga agar ruangan tetap dingin sehingga server-server mereka tidak telalu panas dan memastikan bahwa server mereka terkoneksi ke internet setiap saat.' tandasnya.

Tim operasional dan maintenance SpaceDC berada di lokasi 24/7 untuk memonitor fasilitas secara real time. Terdapat sistem monitoring yang kompleks dengan batas standar yang sebelumnya telah ditentukan untuk memberikan alarm kepada tim di lokasi apabila kami mulai melihat sesuatu yang berbeda dari apa yang sudah ditetapkan sebagai operasional yang normal.

"Kami telah merancang prosedur tentang bagaimana untuk mengatasi situasi-situasi yang secara terus menerus melalui proses uji-coba dan pengolahan untuk memastikan kami tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi sesuatu. Oleh karenanya, kami memastikan bahwa kami memiliki tim yang sudah teruji di tempat saat terjadi sesuatu dengan data center kami." pungkas Darren.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya