Apresiasi Direktur PAUD Mendengar Cerita Guru-Guru dari Timur Indonesia

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dr. Muhammad Hasbi menyampaikan apresiasi kepada Himpunan Pendidik dan Tenaga Pendidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) serta kepada guru-guru PAUD yang sudah berjuang di masa pandemi COVID-19.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 25 Jun 2020, 16:15 WIB
Murid-murid Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pelopor belajar di sebuah bangunan kelas tidak permanen di Desa Cibeuteung, Ciseeng, Bogor, Rabu (19/2/2020). Sudah sejak 2009, PAUD yang memiliki 30 murid ini belajar pada bangunan sederhana menumpang di tanah orang lain. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dr. Muhammad Hasbi menyampaikan apresiasi kepada Himpunan Pendidik dan Tenaga Pendidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) serta kepada guru-guru PAUD yang sudah berjuang di masa pandemi COVID-19.

Menurutnya, pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia sejak Maret lalu membuat setidaknya 6,8 juta pelajar di Indonesia harus belajar di rumah.

“Sekitar 6,8 juta adalah anak PAUD yang juga harus belajar dari rumah, ini menuntut kita untuk berbenah kita harus bersinergi menghadapi pandemi ini,” ujar Hasbi dalam webminar HIMPAUDI TV, Rabu (24/6/2020).

Ia juga menyampaikan, sekitar 87 persen guru sebagai tulang punggung pembelajaran di masa pandemi ini masih memiliki keterbatasan dalam koneksi internet. Terutama untuk para guru di wilayah terpencil seperti Sulawesi, NTT, NTB, dan lain-lain.

Simak Video Berikut Ini:


Terkait BOP

Webminar Himpaudi TV, Rabu (24/6/2020).

Keadaan guru PAUD di masa pandemi sangat memprihatinkan. Banyak guru yang tidak mendapatkan gaji sehingga kesulitan ekonomi.

Magelin, seorang guru PAUD dari Oelatimo, Kupang mengaku harus mengajar dari rumah ke rumah dengan berjalan kaki atau menggunakan ojek. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan anak-anak didiknya tetap mendapat pendidikan.

Guru lainnya, Maria, juga melakukan hal yang sama. Menurutnya, jalan jauh dan berbatu harus dilalui, tak jarang guru-guru kehabisan ongkos untuk sampai ke rumah murid.

Satu-satunya Bantuan Operasional PAUD yang diharapkan ternyata belum diterima juga. Namun, mereka tidak patah semangat karena yakin bahwa anak-anak yang mereka ajar adalah generasi emas.

“Harapannya, pemerintah selalu melihat kami, guru-guru PAUD, guru sukarela yang tidak digaji bahkan BOP pun belum cair. Untuk mengatasinya kami membuat keripik dan menanam di halaman sekolah kemudian hasilnya dijual,” kata Maria.

Menanggapi hal ini, Hasbi mengatakan bahwa 99 persen dana BOP sudah ada di dinas pendidikan.

“Yang paling utama guru harus tetap semangat, kalau semangat keadaan apapun tidak akan jadi masalah. 99 persen BOP sudah di dinas pendidikan, tugas dinas pendidikan untuk segera menyalurkan ke PAUD mengingat guru PAUD sangat membutuhkan,” kata Hasbi.

Ia pun menyatakan akan bekerjasama dengan HIMPAUDI untuk berkontribusi memberikan apresiasi atau penghargaan bagi guru-guru PAUD terutama yang bertugas di daerah terpencil.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya