5 Polemik PSSI di Era Mochamad Iriawan, Termasuk Mundurnya Ratu Tisha

Ratu Tisha mundur mendadak beberapa hari setelah Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi X DPR RI.

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 25 Jun 2020, 02:00 WIB
PSSI - Iwan Bule dikelilingi Ratu Tisha, Shin Tae-yong, Cucu Somantri (Bola.com/Adreanus Titus)

Jakarta - PSSI punya Ketua Umum Baru sejak November 2019. Mochamad Iriawan atau yang disapa Iwan Bule meraih suara mutlak yakni 82 dari 86 voters yang ada.

Terpilihnya pria yang akrab disapa Iwan Bule itu diharapkan bisa memajukan PSSI. Maklum, ketika itu Iwan Bule hadir dengan janji-janji yang manis.

Contohnya adalah Iwan Bule berjanji untuk mewakafkan dirinya untuk sepak bola. Selain itu, Iwan Bule berkomitmen untuk mendukung pembinaan pemain muda dengan skema tepat dan berjenjang.

Mantan Kapolda Nusa Tenggara Barat itu juga memiliki misi agar Indonesia bisa menggapai juara Asia Tenggara pada 2021, kemudian pada 2022 juara Asia, dan lolos ke Piala Dunia 2026.

Namun, semua janji-janji yang dilontarkan Iwan Bule masih jauh dari kenyataan. Enam bulan setelah menjadi Ketua Umum PSSI, belum ada aksi nyata yang dilakukan Iwan Bule.

Justru, Iwan Bule bersama PSSI kerap melakukan beberapa kontroversi. Lantas, apa saja hal, keputusan, atau kebijakan kontoversial yang terjadi di PSSI di bawah kepemimpinan Mochamad Iriawan?


Penunjukkan Adik Ipar

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PSSI, Maaike Ira Puspita. (PSSI).

Pertengahan Januari 2020, PSSI membuat kejutan dengan mengangkat Maaike Ira Puspita sebagai Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen). Belakangan diketahui, Maaike adalah istri dari adik Mochamad Iriawan.

Pengangkatan adik ipar yang dilakukan Mochamad Iriawan tentu saja memicu kritik dan masyarakat. Hal ini menjadi tanda adanya sikap tidak profesional yang dilakukan PSSI.

Namun, PSSI ketika itu berdalih pengangkatan Maaike dilakukan karena banyaknya agenda yang akan dihadapi. Kehadiran Maaike diharap bisa membantu Sekjen PSSI waktu itu, yakni Ratu Tisha Destria.

"PSSI akan menghadapi banyak agenda pada tahun 2020 ini, maka dari itu kita memerlukan Wasekjen. Dengan pengalamannya di bidang administrasi, Ira akan membantu percepatan kegiatan-kegiatan kita di kesekjenan," kata Wakil Ketua Umum PSSI, Cucu Somantri.


Mundurnya Ratu Tisha

Sekjen PSSI, Ratu Tisha saat mengikuti Kongres PSSI 2018 yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang (13/1/2018). Salah satu agenda Kongres PSSI 2018 adalah revisi Statuta. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Publik dikejutkan dengan mundurnya Ratu Tisha Destria sebagai Sekertaris Jenderal PSSI pada Senin (13/4/2020). Padahal, Ratu Tisha adalah orang yang memiliki peran besar di PSSI, termasuk dalam mewujudkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2021.

Ratu Tisha mundur mendadak beberapa hari setelah Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi X DPR RI.

Kabarnya, pengunduran diri Tisha dilakukan karena adanya desakan. Ratu Tisha juga kerap mengambil keputusan strategis yang melangkahi perannya sebagai Sekjen

Contohnya adalah wanita asal Serang, Banten, tersebut menunda pertandingan leg kedua babak final Piala Indonesia antara PSM Makassar melawan Persija Jakarta pada 28 Juli 2020. Selain itu, ada kesalahpahaman terkait kursi VIP dalam laga final SEA Games 2019 di Manila beberapa waktu lalu.

Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan sampai harus meminta maaf kepada Anggota DPR RI, Djohar Arifin. Permintaan maaf itu diyakini dilakukan karena Djohar Arifin, yang notabene mantan ketua umum PSSI, kecewa tidak diberikan akses duduk di bangku VIP saat Timnas Indonesia tampil di SEA Games 2019 Filipina.


Indra Sjafri Jadi Direktur Teknik

Pelatih Timnas Indonesia U-22, Indra Sjafri, mengamati pemainnya saat latihan di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Selasa (29/1). Latihan ini merupakan persiapan jelang Piala AFF U-22. (Bola.com/Yoppy Renato)

Indra Sjafri awalnya mendapatkan tugas sebagai asisten pelatih Shin Tae-yong di Timnas Indonesia. Namun, pada Februari 2020, PSSI mempromosikan Indra Sjafri dalam posisi baru sebagai Direktur Teknik.

Indra Sjafri menggantikan Danurwindo. PSSI ketika itu beralasan Danurwindo tidak maksimal dalam melakukan tugasnya sebagai Direktur Teknik PSSI karena alasan kesehatan.

"Berdasarkan rapat Komite Eksekutif PSSI, maka Pelatih Indra akan menjadi Direktur Teknik PSSI yang baru. Dalam Departemen Teknik itu, Indra tetap akan bekerja dan berkoordinasi dengan Danurwindo," kata Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan pada Selasa (18/2/2020).

Keputusan PSSI terbilang mengejutkan. Belakangan diketahui, PSSI sengaja mengangkat Indra Sjafri sebagai Direktur Teknik karena terlibat perselisihan dengan Shin Tae-yong yang terungkap pada Juni 2020.


Kisruh PT LIB

Dirut PT LIB, Cucu Somantri, saat launching Kompetisi Shopee Liga 1 di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin, (24/2/2020). Sebanyak 18 klub akan memeriahkan Liga 1 yang akan berlangsung pada 29 Februari hingga 1 November 2020. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Permasalahan di PT Liga Indonesia Baru (LIB) muncul setelah Direktur Utama Cucu Somantri ketika itu mengangkat Pradana Aditya Wicaksana sebagai General Manager pada 22 April 2020. Belakangan diketahui Pradana Aditya adalah anak kandung dari Cucu Somantri.

Pengangkatan tersebut memunculkan polemik di tubuh PT LIB. Sebanyak tiga Direksi PT LIB kemudian mengeluarkan mosi tidak percaya atas kinerja Cucu Somantri sebagai Direktur Utama.

Mereka adalah Direktur Operasional Sudjarno, Direktur Bisnis Rudy Kangdra, dan Direktur Keuangan Anthony Chandra Kartawiria. Mosi tidak percaya itu dikeluarkan dalam surat yang ditembuskan kepada PSSI dan Dewan Komisaris PT LIB. Ketiganya menilai Cucu kerap memonopoli kebijakan dan mengeluarkan keputusan sepihak terkait dengan jalannya perseroan.

"Pengambilan keputusan-keputusan Perseroan banyak yang dimonopoli dan diputuskan secara sepihak oleh pejabat Direktur Utama, di antaranya kebijakan terkait HRD, Keuangan, sponsor, dan lain lain tanpa melalui mekanisme Rapat Direksi sebagaimana mestinya," tulis mereka dalam surat itu, Kamis (7/5/2020).

Cucu Somantri kemudian memilih mundur 11 hari setelah dikeluarkan mosi tidak percaya untuknya. Kini, Cucu Somantri hanya berfokus kepada tugasnya sebagai Wakil Ketua Umum PSSI.

"Pada RUPSLB ini, Dirut LIB menyampaikan pengunduran dirinya dan seluruh peserta rapat menyetujui," kata Juni A. Rachman, perwakilan PSSI pada RUPS Luar Biasa LIB.


Konflik dengan Shin Tae-yong

Manajer pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, memantau latihan Timnas U-19 di Stadion Wibawa Mukti, Senin (13/1/2020). Pria asal Korsel ini menjadi supervisi untuk Timnas Indonesia senior, U-22, U-20, dan U-16. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Pertengahan Juni 2020, publik dikejutkan dengan perselisihan antara PSSI dengan Shin Tae-yong. Permasalahan tersebut bermula dari rencana Shin Tae-yong yang ingin memboyong pemain Timnas Indonesia U-19 ke Korea Selatan untuk menggelar pemusatan latihan.

Namun, rencana Shin Tae-yong dimentahkan oleh PSSI karena berbagai alasan. Pelatih asal Korea Selatan itu kemudian murka dan kecewa dengan PSSI karena tak memenuhi janji dalam mendukung semua programnya.

Shin Tae-yong juga kecewa dengan sikap PSSI yang membiarkan Ratu Tisha Destria mundur dari jabatan Sekertaris Jenderal. Begitu juga dengan penunjukkan Indra Sjafri sebagai Direktur Teknik yang sebelumnya dianggap Shin Tae-yong sebagai sosok yang kurang profesional.

"PSSI sering berganti kepengurusan dan kebijakan. Sekretaris Jenderal, Ratu Tisha, yang punya kemampuan besar dan sangat disukai masyarakat tiba-tiba berhenti pada April," kata Shin Tae-yong seperti dikutip media Korea Selatan, Joins, Kamis (18/6/2020).

"PSSI menginginkan pelatih lokal dan saya menerimanya. Akan tetapi, setelah pemusatan latihan dari Thailand, pelatih lokal itu pulang duluan tanpa meminta izin," ucap Shin Tae-yong.

PSSI melalui Satuan Tugas Tim Nasional kemudian bermanuver agar Shin Tae-yong segera kembali ke Indonesia dan menggelar pemusatan latihan. Ketua Satgas Timnas, Syarif Bastaman, bahkan mengultimatum Shin Tae-yong agar segera kembali ke Indonesia jika tak ingin kehilangan jabatannya.

"Wajar tidak pelatih menolak datang ke sini gara-gara COVID-19? Dia memaksa untuk berlatih di Korea Selatan. Kalau kami bilang kondisi di Indonesia tidak memungkinkan, tidak mungkin kami suruh dia datang," jelas Syarif.

Disadur dari: Bola.com (penulis Zulfirdaus H, editor Benediktus G, published 24/6/2020)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya