Eksistensi Virtual Fashion Show di Industri Fesyen Indonesia

Tak hanya soal menjaga kreativitas, virtual fashion show merupakan cara membangun semangat di industri fesyen dalam negeri pada masa pandemi.

oleh Asnida Riani diperbarui 24 Jun 2020, 15:01 WIB
Model menampilkan kreasi busana Link Unique dalam pertunjukan langsung secara daring (livestream show) China Fashion Week 2020/2021 AW Collection di Beijing, 3 Mei 2020. Kreasi Dejin dan Link Unique ditampilkan via livestreaming tanpa penonton di lokasi karena pandemi COVID-19. (Xinhua/Chen Jianli)

Liputan6.com, Jakarta - Tak lagi terelakkan bahwa pandemi COVID-19 berdampak pada banyak sektor, tak terkecuali industri fesyen Indonesia. Mulai dari penutupan toko, hingga pengunduran, bahkan pembatalan pergeralan busana maupun annual show, semua tak terhindari.

Berkaca pada situasi ini, adaptasi tentu jadi sangat krusial, dan salah satu canangan dalam mengadopsi perspektif itu adalah dengan menggelar virtual fashion show.

"Kita sama-sama tidak terpikir bisa sampai di titik ini, dealing sama kondisi seperti sekarang, di mana fashion show jadi berpindah ke digital," kata koreografer Edwan Handoko lewat Digital Media Conference and Preview 2020 Annual Collection Amot Syamsuri Muda, Selasa, 23 Juni 2020.

Kendati asing, Edwan mengatakan, sejak awal pandemi, ia dengan berbagai pihak sudah coba aktif menyemangati para pelaku industri fesyen. "Karena di kondisi sekarang dan fashion show tidak bisa berjalan seperti biasa, model tidak ada kerjaan, pun dengan pemegang jobdesk lain," sambungnya.

Karenanya, virtual fashion show dianggap Edwan sebagai solusi untuk tak hanya menjaga kreativitas, namun semangat di kondisi tak biasa seperti sekarang.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bakal Seberapa Langgeng?

Koleksi tahunan Amot Syamsuri Muda yang diperlihatkan dalam virtual fashion show bertajuk "Judgement-free Zone". (dok. AMOTSYAMSURIMUDA)

Sementara adaptasi terus dilakukan utnuk tetap membangun mood fashion show sebagaimana mestinya, desainer Amot Syamsuri Muda mengatakan, format lama pergelaran busana bakal terlalu susah untuk dihilangkan.

"Karena biasanya bisa kumpul bareng banyak orang, networking, ngobrol. Aku pikir hal-hal seperti itu yang tidak bisa digantikan. Karena bagaimana pun aku pribadi butuh human touch," katanya di kesempatan yang sama.

Pendapat serupa pun disuarakan fashion photographer, Glenn Prasetya. "Entah karena kami ini orang-orang lama atau bagaimana, tapi memang ada nilai dari fashion show pada umumnya yang susah untuk hilang," tuturnya.

Sementara, Edwan mengatakan, kemunculan virtual fashion show bakal melahirkan opsi baru. Misal, saat desainer ingin merilis koleksi, ia bisa meluncurkannya dalam dua format, yakni pergelaran busana biasa maupun virtual fashion show.

"Seru sebenarnya karena malah menambah pilihan," ungkapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya