Studi: Terlalu Banyak Duduk Meningkatkan Risiko Kanker

Sebuah studi menyebut, terlalu banyak duduk dapat meningkatkan risiko kanker. Ini penjelasannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jun 2020, 19:40 WIB
Ilustrasi Menahan Emosi saat Haid Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini sebuah penelitian menunjukan bahwa terlalu banyak duduk dapat memicu kanker.

Sebuah studi yang diterbitkan Kamis 18 Juni 2020 di JAMA Oncology menyebut, terlalu banyak duduk dapat meningkatkan risiko kanker.

"Ini adalah sebuah studi pertama yang menunjukan korelasi antara tidak bergerak dan kematian kanker," ujar penulis utama Dr Susan Gilchrist, seorang asosiasi profesor mengenai kanker di MD Anderson Cancer Center di Universitas Texas.

Namun studi menunjukan jika Anda duduk 30 menit diganti dengan gerakan olahraga yang ringan ini dapat mengurangi risiko untuk mendapatkan kanker. Intinya, Anda tidak boleh terlalu banyak duduk.

"Penemuan kita menunjukan bahwa sangat berarti untuk kita bergerak lebih banyak," ujar Gilchrist dalam sebuah pernyataan seperti yang dikutip dari CNN, Rabu (24/6/2020).


Didapat dari Studi 8.000 Orang

Obat kanker belum tentu ampuh hilangkan sel kanker. (Ilustrasi: OnHealth)

Studi didapat dari 8.000 orang, yang diminta untuk memakai tracking device atau alat pelacak ketika bangun dan memiliki aktivitas yang normal selama tujuh hari pada tahun 2009 dan 2013. Data menunjukkan tak ada orang yang memiliki kanker pada awal studi. 

Semua perserta adalah bagian dari studi longitudinal yang direkrut dari usia 45 tahun ke atas pada tahun 2003 dan 2007 oleh REGARDS (REasons for Geographic and Racial Differences in Stroke). Disponsori oleh US National Institutes of Health.

REGARDS sedang menyelidiki mengapa orang dari selatan dan berkulit hitam memiliki tingkat stroke dan masalah vaskular yang lebih tinggi, mengarah pada gangguan kognitif dan demensia - yang disebut "stroke belt."

Setelah lima tahun follow-up, para peneliti menemukan bahwa orang yang paling banyak duduk memiliki risiko 82% lebih tinggi meninggal akibat kanker dibandingkan dengan orang yang paling tidak aktif, bahkan setelah disesuaikan dengan usia, jenis kelamin dan status penyakit.


Pemilihan Gaya Hidup

Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Pemilihan gaya hidup juga menjadi salah satu penyebab kanker, studi menunjukan bahwa 50% dari kematian kanker disebabkan oleh pemilihan gaya hidup. Seperti tidak ingin berolahraga, memilih makanan yang kurang sehat, dan merokok. 

Dengan mengharuskan orang dalam penelitian ini untuk memakai alat pelacak kebugaran, para peneliti dapat memperkirakan secara lebih akurat dampak latihan pada hasilnya.

Studi menunjukan orang-orang yang berolahraga selama tiga puluh menit setidaknya memiliki peluang yang lebih rendah untuk terkena kanker. 

"Percakapan dengan pasien saya selalu dimulai dengan mengapa mereka tidak punya waktu untuk berolahraga," kata Gilchrist.

"Saya memberi tahu mereka untuk mempertimbangkan berdiri selama 5 menit setiap jam di tempat kerja atau naik tangga ketika orang-orang menggunakan lift. Mungkin kedengarannya tidak banyak, tetapi penelitian ini memberi tahu kita bahwa aktivitas ringan sekalipun memiliki manfaat untuk bertahan hidup dari kanker."

Namun jika Anda bergerak lebih banyak dan insten, maka tingkat Anda terkena kanker akan menurun sebesar 31%.

Contoh aktivitas moderat termasuk bersepeda dengan kecepatan kurang dari 10 mil per jam, jalan cepat, aerobik air, ruang dansa sosial, berkebun dan bermain tenis ganda, menurut American Heart Association.

"Memiliki setidaknya gerak selama 30 menit dalam kehidupan kita mengurangi risiko kematian akibat kanker," kata Gilchrist. 

Langkah kami berikutnya adalah untuk menyelidiki bagaimana perilaku menetap yang secara obyektif mempengaruhi kejadian kanker spesifik lokasi dan jika gender dan ras memainkan peran."

Reporter: Yohana Belinda

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya