Liputan6.com, Pekanbaru - Prajurit TNI gugur di Kongo, Serma Rama Wahyudi, sempat menghubungi istri dan anaknya untuk mencari air buat pasukan perdamaian Indonesia untuk PBB, Minggu malam, 21 Juni 2020. Dia berjanji menelepon lagi setelah melaksanakan tugas.
Rupanya, komunikasi melalui video call itu merupakan terakhir kali untuk selamanya. Beberapa jam kemudian, konvoi Serma Rama diserang milisi yang berakhir gugurnya prajurit Detasemen Peralatan (Denpal) Pekanbaru itu.
Baca Juga
Advertisement
"Katanya mau ngambil air sebentar karena lagi krisis air di sana," kata adik ipar almarhum Serma Rama, Arfan Nur Fahri dari rumah duka, Jalan Garuda Sakti, Kilometer 6, Kabupaten Kampar, Rabu siang, 24 Juni 2020.
Arfan menjelaskan, Serma Rama merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Dia merupakan prajurit Komando Resor Militer 031 Wirabima yang ditugaskan di Denpal.
Serma Rama memiliki tiga anak yang masih kecil, satu laki-laki dan dua perempuan. Paling besar masih duduk di kelas 2 sekolah dasar.
"Menjadi prajurit TNI adalah cita-cita besarnya yang berhasil ia wujudkan," kata Arfan.
Selain menghubungi istri dan anak-anak, Arfan juga mengatakan kakak iparnya itu sempat menghubungi dirinya untuk bertanya kabar.
Bagi Arfan, Serma Rama merupakan sosok panutan karena sering memberi contoh kebaikan tanpa banyak bicara. Serma Rama tidak suka basa-basi tetapi selalu tegas dalam bertindak.
"Pendiam tapi tegas, sulitlah diceritakan kebaikannya," jelas Arfan.
Arfan belum tahu kapan jenazah Serma Rama tiba di rumah duka. Kabar yang diterima, prajurit TNI gugur itu bisa sampai ke Indonesia hingga dua pekan dan paling cepat dalam dua hingga lima hari ke depan.
"Nanti saya konfirmasi lagi kalau dapat kabar, saya kasih tahu," kata Arfan.