Liputan6.com, Jakarta Memasuki era new normal, para pelaku UMKM yang terkoneksi dengan ekosistem digital terbukti lebih mampu bertahan menghadapi krisis pandemi. Demikian dikatakan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam Webinar Nasional Pembayaran Sehat Menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS) di Masa Pandemi COVID-19 dan New Normal.
"Pandemi Covid-19 harus menjadi momentum untuk mempercepat digitalisasi UMKM di Indonesia. Saat ini baru 13 persen UMKM yang masuk ke ekosistem digital," katanya pada Rabu (24/6) di Jakarta.
Advertisement
Teten mengatakan, peningkatan transaksi melalui digital sebagian besar terjadi pada segmen kebutuhan primer termasuk makanan, minuman, perlengkapan sekolah, perlengkapan kesehatan pribadi (masker, hand sanitizer).
"Kami selalu berdialog dengan para pelaku e-commerce dan pedagang pasar untuk mengingatkan bahwa perubahan perilaku konsumen ini harus diantisipasi dan ada tren belanja digital yang harus direspon," katanya.
Teten dalam beberapa kali kunjungannya langsung ke warung-warung tradisional di pasar, para penjual mulai maju dalam hal digitalisasi. Ya mereka sudah menggunakan aplikasi digital secara terbatas.
Terlebih juga saat ini kesadaran masyarakat dan konsumen mengenai higienitas makin tinggi sehingga pembenahan UMKM dengan digitalisasi merupakan upaya nyata untuk memperkuat daya saing mereka agar bisa masuk ke pasar yang lebih luas dan modern.
"Perlu dukungan dari BI terutama dukungan digital payment untuk pengembangan KUMKM. Smesco Indonesia juga sudah memakai QRIS, ini jika makin diperluas dengan digitalisasi akan menjadi momentum UMKM untuk mengakses pasar lebih besar selain ada kemudahan untuk konsumen dan produsen di hulu, reseller di online juga akan saling kontribusi," katanya.
Cara Kemenkop Dorong UMKM Go Digital
Teten mengakui faktanya memang tidak mudah mendampingi UMKM untuk masuk ke dunia digital. Hanya sekitar 4-10 persen saja yang akan langgeng dalam ekosistem baru tersebut. Menurut dia, banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi termasuk karena kemampuan penguasaan teknologi yang masih rendah, hingga kekuatan merespon konsumen secara daring.
Untuk itulah, Teten menilai dibutuhkan peran para reseller online untuk membantu pemasaran produk UMKM. Sebab UMKM sebagai produsen hampir tidak mungkin melakukan semuanya sendiri. Apalagi momentum saat ini ketika banyak SDM berpendidikan baik tidak terserap pasar tenaga kerja atau bahkan mengalami PHK karena pandemi.
SDM tersebut bisa dilatih menjadi reseller yang akan membentuk pemasaran produk UMKM secara online. "Alibaba juga melakukan hal ini yakni melatih para jagoan jualan yakni reseller untuk membantu penjualan produk UMKM."
Pada kesempatan yang sama Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di tengah pandemi semua harus percaya bahwa di setiap kesulitan selalu ada kemudahan.
"Justru di balik Covid-19 peluang dan potensi UMKM, sektor informal untuk mengambil peran semakin besar. Saya pelajari dari Covid-19 ini kita harus lebih kuat karena musibah bukan suatu kehancuran tapi Tuhan inginkan kita lebih kuat sehingga kita harus lebih kreatif mencari model bisnis baru yang inovatif dan siap untuk peradapan baru dalam konteks mempersiapkan kita ke new normal," katanya.
Peradaban baru yang menurut dia sudah mulai menguat yakni peradaban digital yang terbukti sangat produktif di era pandemi. "Kami mengajak semua ekosistem ekonomi ke dunia digital," katanya.
Dia mengatakan, digital terbukti mampu mempercepat inklusi keuangan UMKM dan pelaku ekonomi lainnya karena mobile subscription-nya yang sangat tinggi. "Ini menumbuhkembangkan pasar uang elektronik perbankan dan nonbank."
Pihaknya menyatakan siap membantu dan mendorong UMKM untuk menerapkan pembayaran digital dalam platform QRIS yang merupakan konsep pembayaran sehat di masa pandemi dan normal baru.
(*)
Advertisement