Hotspot Baru Virus Corona COVID-19 Kembali Muncul di Eropa

Bagaimanakah hotspot baru Virus Corona COVID-19 bisa kembali muncul di Eropa?

Oleh DW.com diperbarui 25 Jun 2020, 14:46 WIB
Dokter Beate Krupka (tengah) memeriksa Clara terkait virus corona COVID-19 di Distrik Kreuzberg, Berlin , Jerman, Rabu (8/4/2020). Berdasarkan data Worldmeters per Minggu (12/4/2020), jumlah kasus COVID-19 di Jerman sebanyak 125.452 terinfeksi dan 2.871 meninggal. (Michael Kappeler/dpa via AP)

Berlin - Penyebaran COVID-19 di pabrik pengolahan daging Tönnies di Jerman menjadi berita utama dalam beberapa hari terakhir. Kini Kota Gütersloh di wilayah barat negara itu, dengan populasi 103.000 jiwa, jadi sorotan international dari sebelumnya jarang terekspose publik. 

Dari sekitar 7.000 pekerja yang telah dites COVID-19 dalam seminggu terakhir, lebih dari 1.550 dinyatakan positif. Semua pekerja pabrik telah dikarantina, sekolah dan pusat penitipan anak di daerah itu ditutup. Pada Selasa 23 Juni, Perdana Menteri Negara bagian Nordrhein-Westfalen Armin Laschet mengumumkan lockdown baru di Gütersloh dan distrik tetangga Warendorf.

Daerah lain di Jerman juga menghadapi hal serupa: 370 rumah tangga telah dikarantina di Distrik Neukölln, Berlin, di mana hampir 100 penduduknya dinyatakan positif, dan pihak berwenang di Göttingen telah menutup sebuah apartemen di mana sekitar 120 penghuninya terinfeksi virus. Penyebaran Virus Corona COVID-19 besar-besaran juga dilaporkan terjadi di sejumlah layanan gereja di seluruh negeri.

Penyebaran Lokal Seantero Eropa

Jerman bukan satu-satunya negara yang menghadapi penyebaran virus lokal. Ketika hampir semua negara di Eropa telah mulai melonggarkan kebijakan lockdown mereka, hotspot virus baru muncul di seluruh benua, sebagian besar ditemukan dalam sebuah keluarga, perusahaan, atau restoran.

Di Wales, sedikitnya 175 pekerja di sebuah pabrik unggas di Anglesey dinyatakan positif COVID-19, dan pihak berwenang telah memperingatkan bahwa penguncian lokal dapat diberlakukan. Seain itu, pekerja di pabrik-pabrik di Yorkshire dan Wrexham juga dinyatakan positif COVID-19.

"Ketika kita mulai melonggarkan lockdown di masyarakat, klaster seperti itu akan terjadi dan kita telah menduganya," kata Dr. Giri Shankar dari Institut Kesehatan Masyarakat Wales seperti dikutip dari DW Indonesia, Kamis (25/6/2020).

"Jadi kita tidak perlu terkejut, tetapi kita harus khawatir dan mengambil tindakan cepat."

Di sebuah fasilitas perawatan lansia di Kota Liesing, Austria, dekat Wina, 6 warga, yang beberapa di antaranya memiliki penyakit bawaan, meninggal dunia dalam dua minggu pertama bulan Juni akibat COVID-19.

Pada bulan Mei, lebih dari 70 pegawai fasilitas penyortiran surat di Wina dan wilayah selatan Austria positif COVID-19. Dan lebih dari seminggu yang lalu, setelah sebuah acara pertemuan Rotary Club di Salzburg, 14 peserta dinyatakan positif. Ratusan orang yang melakukan kontak dengan orang-orang ini pun tengah diidentifikasi dan diperiksa.

Di Israel, pemerintah memberlakukan lockdown nasional pada masa-masa awal pandemi, bahkan mengerahkan dinas intelijen domestik untuk membantu menangani situasi tersebut. Jumlah kasus tetap relatif rendah, dan kebijakan lockdown perlahan dilonggarkan pada pertengahan Mei. Namun, sekarang, Israel dihadapkan dengan ancaman gelombang kedua di mana sedikitnya ada 300 kasus positif per hari yang terkonfirmasi. Akibatnya sekolah-sekolah di negara itu kembali ditutup.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Identifikasi Klaster

Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).

Ketika jumlah kasus mulai melonjak sekali lagi, penting untuk mengidentifikasi jenis klaster, ujar Peter Klimek, seorang peneliti di Complexity Science Hub di Wina.

"Jika klaster kecil, itu tidak begitu mengkhawatirkan, karena kita dapat melacak kontak," katanya. "Jika sebuah klaster muncul di acara besar, memproses dan melacak klaster menjadi jauh lebih sulit."

Klimek mengatakan setiap kasus akan menjadi berbeda, apakah kasus berasal dari satu kelompok di mana penyebaran rantai infeksi dapat dilacak, atau apakah 50 orang di seluruh negara menemui dokter karena mereka sudah mulai menunjukkan gejala. Menurutnya, jika beberapa kelompok yang sulit dilacak muncul dalam waktu singkat, kebijakan lockdown di seluruh negeri dapat kembali diterapkan.

Langkah-langkah paling penting untuk dilakukan ketika muncul klaster baru adalah 4T, kata Klimek: trackingtracingtesting, dan treatment (mengikuti, melacak, memeriksa, merawat).

Ketika seseorang dinyatakan positif COVID-19, kontak terakhirnya harus dilacak dengan cepat. Mereka yang telah terinfeksi harus diisolasi dan dirawat, dan orang lain di sekitarnya juga harus diperiksa. Jika proses ini berhasil, penyebaran lokal dapat dikendalikan dengan baik, kata Klimek.

Kembali Lockdown?

Jika melihat lebih dekat pada tingkat infeksi di Eropa dan Israel, 4T ternyata tidak selalu cukup. Di Bulgaria, pemerintah baru-baru ini kembali mewajibkan penggunaan masker wajah di tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, toko, bioskop dan teater, hanya dalam waktu singkat setelah melonggarkan persyaratan masker wajah. Meningkatnya angka infeksi dalam beberapa hari terakhir mendorong pemerintah untuk mengambil langkah ini.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga telah memperingatkan warganya tentang meningkatnya jumlah infeksi. "Jika kita tidak segera mengubah perilaku kita tentang menggunakan masker dan menjaga jarak, kita akan membawa diri kita sendiri, melawan kehendak kita, kembali ke lockdown. Tidak ada dari kita yang menginginkan ini," katanya, Minggu (21/06). Beberapa daerah di distrik Jaffa, Tel Aviv, telah ditutup.

Di Luksemburg, pemerintah telah memutuskan untuk memeriksa seluruh warganya dalam upaya untuk mencegah gelombang kedua infeksi Virus Corona COVID-19. Sebanyak 628.000 penduduk dan 300.000 komuter lintas batas negara itu telah dibagi menjadi beberapa kelompok untuk diperiksa secara berkala, untuk mengidentifikasi rantai infeksi baru dan dengan cepat menghentikannya.

 


Belum Ada Obatnya

Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)

Langkah-langkah yang diambil untuk mencegah hot spot baru, atau dengan cepat mengatasi penyebaran lokal yang sudah terjadi, berbeda dari satu negara ke negara, kata Klimek. "Belum ada obat untuk semuanya, melainkan gabungan tindakan," katanya.

Yang ditekankan oleh semua wilayah adalah pentingnya tindakan menjaga jarak secara fisik, bersama dengan protokol kebersihan yang ketat dan lingkaran kontak yang terbatas. Penutupan sekolah dan restoran dinilai efektif, seperti juga pemakaian masker wajah, kata Klimek. Dan semakin cepat langkah-langkah seperti itu dipraktikkan di masa pandemi ini akan semakin efektif, pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya