Ahli: Ribuan Pasien Corona COVID-19 Terancam Memiliki Paru-Paru Rusak

Para ahli khawatir pasien sembuh Corona COVID-19 dapat mengalami parut paru-paru, yang dikenal sebagai pulmonary fibrosis atau fibrosis paru.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jun 2020, 07:02 WIB
Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Puluhan ribu orang sepertinya perlu dipanggil kembali ke rumah sakit setelah mengalami infeksi COVID-19 yang serius, untuk memeriksa apakah mereka telah mengalami kerusakan paru-paru permanen, kata para dokter kepada BBC.

Para ahli khawatir pasien sembuh Corona COVID-19 dapat mengalami parut paru-paru, yang dikenal sebagai pulmonary fibrosis. Kondisi ini tidak dapat dipulihkan dan gejalanya dapat berupa sesak napas parah, batuk, dan kelelahan, demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis (25/6/2020).

United Kingdom National Health Service (NHS) atau layanan kesehatan masyarakat di Britania Raya saat ini berencana untuk membuka pusat rehabilitasi terkait.

Seorang supir taksi yang telah pensiun, Anthony McHugh, yang dirawat di rumah sakit pada 6 Maret akibat gejala COVID-19 dilaporkan mengalami penurunan kesehatan dan harus dirawat di unit intensif selama 13 hari. 

"Saya tidak dapat bernafas dan hanya ingat masuk ke ICU, setelah itu saya tidak ingat apa-apa," ujarnya. 

McHugh dirawat empat minggu di rumah sakit dan dua tempat rehabilitasi milik NHS. Ia dipulangkan sejak April lalu, namun masih mengalami kesulitan bernafas. 

"Saat melakukan hal kecil seperti berjalan menaiki tangga atau menyiram bunga di luar. Saya mulai membungkuk dan harus berhenti," katanya.

CT scan yang diambil saat dia di rumah sakit menunjukkan pola kabut putih, atau "ground glass", di kedua paru-paru - tanda khas infeksi Virus Corona COVID-19.

Dalam kasus yang serius, Virus Corona OVID-19 diperkirakan dapat memicu respons imun berlebihan yang menyebabkan lendir, cairan, dan sel-sel lain memenuhi kantung udara, atau alveoli. Ketika ini terjadi, pneumonia dapat terjadi, membuatnya sulit bernapas tanpa bantuan.

CT Scan milik McHough diambil enam minggu setelah dirinya keluar dari rumah sakit. menunjukkan garis-garis putih tipis, yang dikenal sebagai reticular shadowing, yang dapat menunjukkan tanda-tanda awal dari jaringan parut atau fibrosis paru.


Kekhawatiran Para Dokter

Diagnosis paru-paru basah / Sumber: iStockphoto.com

 

Para dokter memiliki kekhawatiran tersendiri. Karena ketika virus menginfeksi seseorang selama berminggu-minggu, harusnya sudah pulih dalam waktu enam minggu. Namun dalam kasus McHough, hasil CT scan miliknya menunjukkan hal sebaliknya, belum 100 persen pulih.

"Dengan semua kasus ini, kami tidak dapat mengatakan secara pasti saat ini," kata Dr Sam Hare, seorang anggota komite eksekutif dari British Society of Thoracic Imaging dan penasihat Royal College of Radiologists.

"Tetapi biasanya dengan virus atau infeksi pada enam minggu, Anda akan mengharapkan hasil pemindaian telah kembali normal. Tapi kasus ini tidak dan itu yang perlu dikhawatirkan."

Oleh sebab itu, seperti pasien COVID-19 lain yang telah dikeluarkan dari rumah sakit, McHugh harus menjalani pemindaian ulang pada minggu ke-12. Untuk melihat apakah jaringan parut yang dicurigai di paru-parunya telah memburuk.

Perkiraannya adalah orang yang terinfeksi Virus Corona COVID-19 dan memiliki bentuk penyakit ringan kemungkinan tidak mengalami kerusakan permanen pada paru-paru.

Penelitian tentang prevalensi kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh COVID-19 masih dalam tahap yang sangat dini.

Dalam sebuah studi di China yang diterbitkan bulan Maret, 66 dari 70 pasien terinfeksi SARS-CoV-2 masih memiliki beberapa tingkat kerusakan paru-paru setelah dipulangkan dari rumah sakit. Para radiologi Inggris sangat khawatir akan jangka panjang infeksi serius pada pasien COVID-19 ini.

"Dalam pemindaian enam minggu yang kami lihat, sejauh ini saya akan mengatakan antara 20% dan 30% pasien yang berada di rumah sakit tampaknya menunjukkan beberapa tanda-tanda awal parut paru-paru," kata Dr Hare, yang membantu menyusun protokol radiologi NHS untuk mendiagnosis COVID-19.

Ahli radiologi Inggris lainnya mengatakan kepada BBC bahwa mereka juga memperhatikan pola yang sama.

Data yang lebih rinci dari dua wabah Virus Corona sebelumnya, SARS dan MERS, menemukan antara 20% dan 60% pasien mengalami beberapa bentuk masalah kesehatan yang konsisten dengan fibrosis paru.

Ketika wabah-wabah sebelumnya relatif berhasil dibendung, virus yang menyebabkan COVID-19 kini telah menyebar di seluruh dunia, dengan lebih dari delapan juta infeksi dikonfirmasi saat ini.

Lebih dari 100.000 pasien membutuhkan perawatan rumah sakit untuk COVID-19 di Inggris, sejak pandemi dimulai pada Februari, menurut data NHS.

"Kekhawatiran saya dengan Covid-19 adalah karena begitu banyak populasi telah terinfeksi," kata Dr Hare.

"Saya khawatir tentang banyaknya pasien yang harus kita rawat, hanya karena begitu banyak orang yang terinfeksi virus."


Pengobatan ke Depan

Doc: Northwestern Medicine

Fibrosis paru-paru tidak dapat disembuhkan, karena luka pada paru-paru itu permanen. Namun ada beberapa obat yang dapat mencegah kerusakan paru-paru

"Kita sekarang perlu memahami seberapa besar masalahnya dan kapan kita harus campur tangan dengan perawatan," kata Prof Gisli Jenkins, dari National Institute for Health Research, yang menjalankan klinik penilaian untuk mereka yang keluar dari rumah sakit dengan SARS-CoV-2.

Profersor Jenkins yang saat ini berada di Nottingham mengatakan: "Kekhawatiran saya adalah belum ada dalam sejarah ada banyak orang yang mengalami kerusakan parah pada paru-paru mereka". 

Ke depannya, NHS berencana untuk membuka pusat rehabilitasi spesialis untuk pasien COVID-19. Mereka berencana membantu pasien pulih dari efek jangka panjang, termasuk kemungkinan kerusakan paru-paru parah. 

Sementara di Skotlandia dan Wales, rencananya menyesuaikan layanan yang ada dan menyediakan lebih banyak rehabilitasi masyarakat.

Reporter: Yohana Belinda

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya