Liputan6.com, Jakarta Para pejabat di Beijing, China secara resmi menyampaikan bahwa wabah COVID-19 yang telah menginfeksi 256 orang sejak awal Juni telah terkendali. Hal ini disampaikan pada pada Rabu 24 Juni 2020.
Kasus pertama berawal dari penularan di pasar makanan grosir terbesar Xinfadi yang diumumkan pada 11 Juni lalu. Gara-gara kasus itu sebagian wilayah melakukan karantina.
Advertisement
"Epidemi Beijing yang secara langsung terkait dengan Xinfadi (pasar) pada dasarnya sudah terkendali. Namun, pada saat yang sama kami mendapati infeksi di lingkungan rumah tangga dan tempat kerja," kata Juru Bicara Pemerintah Kota Beijing, Xu Hejian mengutip CNA.
"Pencegahan dan pengendalian tetap rumit, kita tidak bisa menurunkan penjagaan sedikit pun."
Sebanyak 253 dari 256 kasus di Beijing rupanya terkait dengan kluster Xinfadi. Sementara pelacakan kontak untuk tiga kasus sisanya masih berlangsung.
Pada Rabu pekan ini, Beijing mengumumkan tujuh kasus baru. Angka ini lebih rendah dibanding waktu sebelumnya.
"Ini sangat positif, dan membuktikan bahwa tindakan pencegahan dan pengendalian yang dilakukan akhir-akhir ini, serta karantina lingkungan perumahan, efektif," kata Lei Haichao, Kepala Komisi Kesehatan Beijing.
"Penemuan (kasus) dari kontak dekat dan pengujian asam nukleat massal telah memainkan peran penting dalam deteksi dini."
Kota ini meningkatkan kapasitas pengujian sampel asam nukleat harian menjadi 300.000 dari 100.000 per hari pada awal Juni, kata Lei, menambahkan bahwa 137 kasus atau lebih dari setengahnya ditemukan melalui skrining.
Simak Video Berikut Ini:
Pengujian Pada Hampir 3 Juta Orang
Sebagian besar kasus di Beijing terjadi pada pekerja migran berpenghasilan rendah di Xinfadi dan restoran terdekat. Alhasil, guna menekan penularan pasar dan lusinan kompleks perumahan di lockdown sejak 13 Juni.
Pemerintah setempat melakukan tes massal kepada para pekerja di pasar grosir. Selain itu, pekerja restoran, warga setempat yang berisiko tinggi serta kurir pengiriman barang juga menjalani tes COVID-19 seminggu terakhir.
Wuhan, tempat wabah COVID-19 pertama kali muncul akhir tahun lalu juga melakukan kampanye pengujian massal serupa untuk membasmi kasus asimptomatik yang belum ditemukan.
Para ahli memperingatkan bahwa wabah yang lebih kecil dan berulang kemungkinan terjadi di masa depan.
"Mungkin ada peningkatan kasus di musim dingin atau musim semi mendatang, tetapi saya tidak berpikir wabah akan sebesar gelombang pertama pandemi," kata dokter spesialis paru Zhong Nanshan.
Advertisement