Jokowi Minta Jawa Timur Lakukan Prakondisi Sebelum Terapkan New Normal

Jokowi mengingatkan agar kepala daerah membuka terlebih dahulu sektor-sektor yang memiliki risiko rendah dan mempunyai dampak ekonominya besar.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 25 Jun 2020, 15:02 WIB
Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Jawa Timur, Kamis (25/6/2020). Jokowi akan memberikan arahan terkait penanganan virus corona yang terus meningkat di Jawa Timur. (Dok Biro Pers Istana)

Liputan6.com, Surabaya - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta pemerintah provinsi Jawa Timur melakukan prakondisi apabila kasus virus Corona atau Covid-19 di wilayah tersebut telah terkendali dalam dua minggu ke depan. Dia menekankan tahapan prakondisi ini perlu dilakukan sebelum daerah masuk ke fase new normal atau kenormalan baru.

"Apabila ini terkendali dan masuk ke new normal atau masuk ke normal, saya minta juga tahapan-tahapannya diprakondisikan terlebih dahulu. Ada prakondisi untuk menuju ke sana. Jangan tahu-tahu langsung dibuka tanpa sebuah prakondisi yang baik," ujar Jokowi kepada kepala daerah se-Jawa Timur di Gedung Grahadi Kota Surabaya, Kamis (25/6/2020).

Menurut dia, pemerintah provinsi harus mengkaji terlebih dahulu kabupaten/kota mana yang layak untuk masuk ke fase new normal. Hal ini tentunya dilihat berdasarkan angka penularan kasus Covid-19.

Apabila kasus Covid-19 di suatu daerah sudah menurun dan berubah menjadi zona hijau, maka dapat masuk ke era new normal.

"Cari timing yang betul-betul pas betul setelah prakondisi timingnya ditentukan kabupaten mana dulu, kota mana dulu," ucap Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga mengingatkan agar kepala daerah membuka terlebih dahulu sektor-sektor yang memiliki risiko rendah dan mempunyai dampak ekonominya besar. Jokowi menegaskan bahwa pembukaan sektor tersebut harus dilakukan secara bertahap.

"Sektor mana dulu yang harus dibuka yang menjadi prioritas bukan langsung semuanya langsung. Kita memang harus melalui tahapan-tahapan sehingga tadi saya sampaikan gas dan remnya ini harus pas betul," jelas dia.

"Sektor yang memiliki risiko rendah tentu saja didahulukan, sektor yang memiliki risiko sedang tentu saja dinomorduakan dan sektor yang memiliki sektor tinggi dinomortigakan atau dinomorempatkan atau dinomorlimakan," imbuh Jokowi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Minta Tekan Covid-19 dalam 2 Pekan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan arahan ketika memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Kamis (3/10/2019). Topik Sidang Kabinet Paripurna tersebut yakni Evaluasi Pelaksanaan RPJMN 2014-2019 dan Persiapan Implementasi APBN 2020. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berdasarkan catatan Gugus Tugas Covid-19 Pusat, angka penambahan kasus Corona di Jatim semakin tinggi menyusul DKI Jakarta. Kasus positif virus Corona di Jawa Timur kini sudah mencapai 10.298 hingga Rabu 24 Juni 2020. Adapun pasien positif di DKI Jakarta yakni 10.404 orang.

Dalam kunjungannya ke Jawa Timur kali ini, Jokowi secara khusus meminta jajarannya untuk menekan penyebaran Corona dalam dua minggu. Dia berharap pengendalian tersebut dilakukan dengan baik sehingga masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa.

"Saya minta dalam waktu 2 minggu ini pengendaliannya betul-betul kita lakukan bersama-sama dan terintegrasi dari semua unit organisasi yang kita miliki di sini," tutur Jokowi.

Dia juga mengatakan, krisis ekonomi global akibat pandemi virus Corona atau Covid-19 benar-benar nyata. Menurut dia, hampir semua negara merasakan hal tersebut.

"Kemarin saya mendapatkan informasi bahwa krisis ekonomi global itu benar-benar nyata, ada benar dan semua merasakan," kata Jokowi.

Jokowi menyebut informasi tersebut didapatnya dari Director Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva melalui sambungan telepon. Bahkan, krisis ekonomi tersebut diprediksi lebih buruk ketimbang depresi besar pada 1930.

IMF, kata dia, memprediksi pertumbuhan ekonomi di negara-negara besar akan anjlok. Amerika Serijat akan -8 persen, Jepang -5,8 persen, Inggris -10,2 persen, Perancis ,12,5 persen, Italia ,12,8 persen, Spanyol -12,8 persen, dan Jerman, -7,5 persen

"Artinya apa? Demand nanti akan terganggu, kalau demand terganggu supplynya akan terganggu. Kalau supplynya terganggu artinya produksi juga akan terganggu. Artinya demand supply produksi semuanya rusak dan terganggu," jelas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya