6 Tanggapan KPAI Terkait Pembelajaran Online Siswa Saat Pandemi Covid-19

Kuota dan akses internet menjadi salah satu kendala yang dikeluhkan siswa dan orangtua selama pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 26 Jun 2020, 09:14 WIB
Siswa sekolah dasar belajar online menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meetings di Pamulang Tangerang Selatan, Kamis (2/4/2020). Gelombang work from home (WFH) membuat kebutuhan terhadap aplikasi video conference meningkat saat pandemi Corona Covid-19. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberikan sejumlah catatan terkait pembelajaran jarak jauh (PJJ) saat masa pandemi Corona Covid-19.

Disampaikan Komisioner KPAI Retno Listyarti, ada sejumlah kendala yang dihadapi siswa pada saat belajar online tersebut.

Menurut KPAI, siswa merasa beban tugas menjadi lebih tinggi, sementara orangtua mengeluhkan akses kuota internet yang mahal selama PJJ.

"KPAI juga melakukan survei kepada 1.700 siswa dan 62 guru terkait metode pembelajaran jarak jauh. Sebanyak 76,6 persen pernah pakai platform, yang terbanyak adalah platform gratis yang disiapkan seperti Ruangguru, rumah belajar yang milik Kemendikbud," ujar Retno di Komisi X, Kamis (25/6/2020).

Dia menjelaskan, kuota internet menjadi salah satu masalah yang sering dikeluhkan, apalagi bagi orangtua siswa yang ekonominya terdampak pandemi Corona Covid-19.

Berikut 6 tanggapan KPAI terkait pembelajaran online siswa saat masa pandemi Corona Covid-19 dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


1. Terima Banyak Keluhan

Komisioner Perlindungan Anak KPAI, Susanto, menegaskan KPAI fokus untuk menyelamatkan dan memulihan psikologis anak D pasca ditelantarkan oleh orangtuanya, Jakarta, Jumat (15/5/2015). (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti membeberkan, kendala pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar online selama masa pandemi Covid-19.

Menurut KPAI, siswa merasa beban tugas menjadi lebih tinggi, sementara orangtua mengeluhkan akses kuota internet yang mahal selama PJJ.

Retno menyebut, dalam seminggu pihaknya menerima 250 aduan pembelajaran jarak jauh.

"KPAI juga melakukan survei kepada 1.700 siswa dan 62 guru terkait metode pembelajaran jarak jauh. Sebanyak 76,6 persen pernah pakai platform, yang terbanyak adalah platform gratis yang disiapkan seperti Ruangguru, rumah belajar yang milik Kemendikbud," ujar Retno di Komisi X, Kamis (25/6/2020).

 


2. Kuota Internet Jadi Masalah

Siswa sekolah dasar belajar online menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meetings di Pamulang Tangerang Selatan, Kamis (2/4/2020). Selama pandemi Corona Covid-19 sejumlah sekolah menerapkan belajar video conference berdasarkan arahan guru. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Retno menyatakan, kuota internet menjadi salah satu masalah yang sering dikeluhkan, apalagi bagi orangtua siswa yang ekonominya terdampak pandemi.

"Kuota kemudian jadi masalah karena banyak anak tidak terlayani. Kalau berdasar data kami tidak hanya di Papua yang 54 persen tidak bisa tertangani daring dari 608 siswa, tapi Kota Bogor yang sangat dekat dengan Jakarta pun masih ada 11 persen tidak terlayani secara daring," ucap dia.

Bahkan, Retno menyebut, masih banyak keluarga yang kesulitan makan, sehingga pembelian kuota internet dan pembelajaran jarak jauh terbengkalai.

"Penggunaan kuota ini, jadi masalah karena para orangtua terdampak Covid-19 secara ekonomi. Punya tiga anak, tiga-tiganya gunakan kuota mereka, kemudian jadi sulit untuk membeli kuota, karena makan aja sulit. Akhirnya semakin hari itu semakin banyak anak tidak terlayani pembelajaran daring karena bermasalah kepada pembelian kuota," terang dia.

 


3. Beban Tugas Anak Berat

Siswa sekolah dasar belajar online menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meetings di Pamulang Tangerang Selatan, Kamis (2/4/2020). Menunjuk Surat Edaran Mendikbud, Kepala BNPB dan Walikota Tangsel, pelaksanaan belajar dari rumah di perpanjang sampai tanggal 20 Mei 2020. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Selain itu, menurut Retno, masalah lain adalah sebanyak 79,9 siswa mengeluhkan minimnya interaksi dengan guru dalam pembelajaran daring.

"Anak-anak juga merasa beban tugas untuk mereka terlalu berat," tandas Retno.

 


4. Beri Masukan pada Pemerintah

Komisioner KPAI Retno Listyarti (ketiga kiri) memberi keterangan terkait kasus dugaan perisakan terhadap anak tersangka pengguna sabu NN di Jakarta, Selasa (23/7/2019). Bersama perwakilan sekolah, KPAI membantah kasus dugaan perisakan yang menimpa anak tersebut. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Retno mengatakan, pihaknya telah memberikan beberapa masukan kepada pemerintah terkait kendalam belajar di masa pandemi Covid-19 ini.

Retno menyatakkan, KPAI telah melakukan rapat koordinasi bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) terkait evaluasi pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.

"Kami juga kirim surat, KPAI bersurat ke Presiden terkait bagaimana evaluasi PJJ dan perbaikan PJJ ketika kondisi sekolah belum dibuka dan PJJ akan diperpanjang," ujar Retno.

 


5. Minta Gratiskan Internet

Ilustrasi Internet (iStockphoto via Google Images)

KPAI, lanjut Retno, memberikan sejumlah rekomendasi dalam pelaksanaan belajar daring. Salah satunya agar internet digratiskan di jam belajar siswa.

"Menggratiskan internet. Ini kepada pemerintah pusat, dalam hal ini Kemkominfo, itu juga dengan Pak Presiden tentunya dalam rapat terbatas. Karena kami mendukungnya karena ini jadi masalah juga. Dan penggratisan internet ini kami dorong adalah pada jam-jam PJJ saja, yaitu Senin sampai Jumat. Mungkin jamnya bisa 5-6 jam sehari," ujar dia.

 


6. Minta Jam Belajar Dikurangi

Ilustrasi Internet (sumber: iStockphoto)

Selain itu, KPAI juga meminta agar jam belajar daring di rumah diperpendek.

"Jam belajar kami dorong untuk diperpendek. PJJ bukan memindahkan sekolah ke rumah, tapi sebaiknya menyusun jam belajar jadi efektif," tandas Retno.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya