Pupuk Indonesia Libatkan 30 Ribu UMKM dalam Pengadaan Barang dan Jasa

Pupuk Indonesia libatkan sebanyak 30.195 pelaku Usaha UMKM dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 26 Jun 2020, 12:15 WIB
Pekerja menyelesaikan produksi kulit lumpia di rumah industri Rusun Griya Tipar Cakung, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Penyediaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah diharapkan dapat menjadi peluang bagi pelaku UMKM dalam mengembangkan bisnis dan daya saing. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang 2019, PT Pupuk Indonesia (Persero) mencatat telah melibatkan sebanyak 30.195 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa di lingkungan bisnis Pupuk Indonesia Grup. Jumlah tersebut terdiri dari 3.519 Usaha Mikro, 9.451 Usaha Kecil dan 17.225 Usaha Menengah.

Kepala Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana mengatakan, kegiatan usaha UMKM yang terlibat meliputi bidang Jasa Ekspedisi dan Pengepakan, Pengadaan Peralatan Mesin, Pengadaan peralatan elektronik, Perawatan Peralatan Mesin serta Jasa Advertising.

"Pupuk Indonesia Grup berkomitmen untuk lebih mengoptimalkan besaran belanja pada sektor UMKM demi meningkatkan kembali geliat perekonomian," kata Wijaya di Jakarta, Jumat (26/6/2020).

Adapun, total transaksi belanja barang dan jasa Pupuk Indonesia ke UMKM mencapai Rp7,2 triliun. Terdiri dari Rp113 miliar kepada usaha mikro, Rp900,3 miliar kepada usaha kecil dan Rp6,19 triliun kepada usaha menengah.

Wijaya menambahkan, ke depan Pupuk Indonesia Grup akan turut serta lebih aktif dalam pengembangan platform Pasar Digital (PaDi) UMKM yang diinisiasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai langkah mengoptimalkan besaran belanja BUMN pada sektor UMKM dan memperkuat perekonomian dengan memanfaatkan layanan Information and Communication Technology (ICT).

Selain itu, Pupuk Indonesia juga aktif memberikan bantuan dan pembinaan kepada masyarakat melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

"Sepanjang 2019, Kami telah menyalurkan dana sebanyak Rp114,1 miliar untuk Program Kemitraan yang diberikan kepada 1.286 Mitra Binaan," ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hikmah Corona, UMKM Jadi Melek Teknologi

Pengunjung melihat kerajinan dalam pameran UMKM Export BRILian Preneur 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (20/12/2019). Di sini pengunjung bisa berkonsultasi seputar bisnis, branding, packaging, perizinan ekspor, hingga perizinan sertifikasi halal. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Bank Indonesia menilai, pengaruh era digital terhadap UMKM mengalami peningkatan. Berbagai inovasi bermunculan dan meningkatkan transaksi di platform digital.

"Kami lihat di sini ada peningkatan digital luar bisa, inovasi ini meningkatkan transaksi di e-commerce," kata Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, Budi Hanoto dalam webinar UMKM Gearing-Up Into New Normal bertajuk Solusi Pembiayaan, Pemasaran dan Digitalisasi, Kamis (25/6/2020).

Budi mengatakan, Bank Indonesia sebagai otoritas pembayaran menilai pembayaran digital mengalami peningkatan. Hanya saja memang, terjadi kesenjangan antara pelaku UMKM yang telah terhubung dan belum terhubung dengan platform digital. Hal ini terjadi akibat infrastruktur digital yang berbeda.

"Memang ada gape, kondisi ini beda karena infrastruktur juga beda," kata dia.

Untuk itu, Budi menilai hal ini tidak terlepas dari pentingnya inklusi keuangan digital. Sebab inklusi keuangan digital akan menimbulkan literasi yang biasa ada di pemberdayaan keuangan.

Namun, Bank Indonesia menilai masih banyak pelaku UMKM yang gagap digital. Sehingga menjadikan pemberdayaan ekonomi tidak merata. Namun, dia melihat perusahaan pembiayaan, UMKM dan perbankan sudah mengarah pada tujuan yang sama.

"Kami dari Bank Indonesia melihat konektivitas antara fintech, UMKM dan perbankan untuk mengarah ke open banking, makanya infrastruktur harus bagus,"kata Budi.


Terdampak Pandemi

Pengunjung melihat produk dalam pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (12/7/2019). Pameran ini menampilkan produk-produk UMKM RI mulai dari kain, pakaian, tas, hingga berbagai kuliner seperti kopi buatan anak negeri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Hasil survei Bank Indonesia menunjukkan 72 persen pelaku UMKM terdampak krisis pandemi. Namun masih ada pelaku usaha yang masih bisa bertahan dengan berbagai inisiatif yang dilakukan. Mulai dari melakukan penghematan pengeluaran sampai banting stir dalam pembuatan produk. Bahkan, mereka yang tumbang diterpa krisis tidak melakukan PHK kepada karyawannya.

Di masa depan, ada sejumlah tantangan pelaku UMKM di era digital. Dalam hal ini Bank Indonesia akan menggalakan penggunaan alat pembayaran digital kepada pelaku UMKM.

Selain itu UMKM juga harus memiliki sertifikasi standar mutu agar produknya lebih dipercaya konsumen dan meningkatkan penjualan produk. Meski pola usaha UMKM terbatas, namun peluang yang dimiliki masih ada. Sehingga perlu didukung.

"Memang dukungan kita harus luar bisa, perubahan perilaku juga ini semakin digital, sehingga kami juga berikan service level yang bagus," pungkasnya.

Merdeka.com 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya