Liputan6.com, Liverpool - Liverpool juara Liga Inggris 2019/20. Para Liverpudlian baik lokal maupun di internasional bersukacita terhadap keberhasilan tim pujaan mereka.
Kegembiraan itu pun membanjiri media sosial baik Twitter maupun Instagram. Di Twitter, nama Liverpool muncul sebagai trending topic bersama dengan salah satu legenda mereka, Steven Gerrard.
Advertisement
Liverpool keluar sebagai kampiun setelah pesaing terdekat mereka, Manchester City kalah 1-2 dari Chelsea pada pekan ke-31, Jumat (26/6/2020) dinihari WIB. Kekalahan tersebut membuat Man City mustahil mengejar torehan 86 poin milik Liverpool.
Total 86 poin dipetik Liverpool berkat 28 kemenangan, 2 hasil imbang, dan sekali kalah. Satu-satunya kekalahan Liverpool terjadi ketika menyambangi Watford dengan skor 0-3, akhir Februari lalu.
Kekalahan tersebut memang membuat tim asuhan Jurgen Klopp gagal menyamai rekor Arsenal yang juara tanpa terkalahkan dalam satu musim (2003/04). Namun melihat perjuangan tim dan penantian selama 30 tahun, gelar juara Liga Inggris musim ini tetap terasa spesial.
Ya, kesuksesan Liverpool di tangan Klopp tidak terjadi dalam semalam. Sebaliknya, The Reds keluar sebagai kampiun setelah melewati proses panjang dan penantian tiga dekade itu.
Penantian Tiga Dekade
Sebelum memastikan gelar juara Liga Inggris musim ini, Kenny Dalglish adalah manajer terakhir Liverpool yang menggenggam trofi juara Liga di musim 1989/90.
Ketika itu, Liga Inggris masih bernama Divisi Utama (First Division). Liverpool keluar sebagai juara dengan 79 poin setelah bersaing ketat dengan Aston Villa.
Siapa sangka, gelar tersebut menjadi gelar juara Liga terakhir Liverpool sebelum juara kembali di musim ini. Selama tiga dekade, fans The Reds beserta klub mereka menjadi bahan olok-olok terutama oleh fans Manchester United (MU), seteru abadi Liverpool.
Moto dan anthem Liverpool yakni You'll Never Walk Alone (YNWA) pun diplesetkan menjadi You'll Never Win Again (Anda tak akan pernah juara lagi). Di saat bersamaan, MU di bawah kepemimpinan Sir Alex Ferguson (1986-2013) mendominasi Liga Inggris.
MU menjuarai Liga Inggris 13 kali, terbanyak sejak Liga Inggris berubah format pada 1992. Puncaknya, pada musim 1998/99, MU meraih treble winners (Liga Inggris, Piala FA. dan Liga Champions).
Di musim yang sama, Liverpool hanya berhasil finis di peringkat ketujuh.
Advertisement
Empat Kali Nyaris Juara
Liverpool bukannya tak pernah nyaris juara. Menurut catatan statistik, mereka empat kali keluar sebagai runner up yakni di musim 2001/02, 2008/09, 2013/14, dan 2018/19.
Di antara keempat musim itu, musim 2008/09 barangkali yang paling menyakitkan. Bagaimana tidak, Liverpool yang diasuh Rafael Benitez finis di posisi kedua hanya berjarak empat poin dari MU yang keluar sebagai kampiun.
Apa yang terjadi di akhir musim tersebut bisa ditebak: fans Liverpool kembali menjadi bahan olok-olok dan candaan.
Fans Liverpool sendiri tetap memelihara optimisme. Lewat semangat 'Next Year is Our Year' (musim depan milik kami) mereka tetap yakin, Liverpool bakal kembali juara Liga Inggris.
Penantian tersebut akhirnya terbayar lewat tangan Klopp. Masuk pada 2015/16, Klopp perlahan membangkitkan kekuatan Liverpool yang tertidur.
Empat tahun setelah ia masuk, kerja kerasnya membuahkan hasil. Setelah musim lalu meraih treble winners Eropa (Liga Champions, Piala Dunia Antarklub, dan Piala Super Eropa), Liverpool menjadi kampiun Liga Inggris.
Melihat kesuksesan itu, fans-fans rival terutama MU tampaknya harus berhenti memplesetkan You'll Never Walk Alone menjadi You'll Never Win Again. Sebaliknya, fans Liverpool kini dapat menyanyikan dengan lantang anthem tersebut.
Selamat Liverpool!