Liputan6.com, Jakarta - Desainer Musa Widyatmodjo mengungkapkan bicara budaya batik, maka juga perlu juga menyesuaikan dengan kekinian. Ia menyebut seperti teknologi peralatan untuk membuatnya, teknologi untuk mempromosikannya, dan teknologi untuk mengedukasi masyarakat tentang batik.
"Dengan begitu, budaya batik menjadi budaya yang hidup, yang tidak sekadar menjadi warisan budaya," ujar Musa Widyatmodjo dalam diskusi Bincang Batik, Kamis, 26 Juni 2020.
Baca Juga
Advertisement
Musa menilai, suatu yang diwariskan biasanya sesuatu yang sudah meninggal dunia. Ia menginginkan budaya batik yang hidup yang dengan kekiniannya.
Maka itu, Musa mengajak masyarakat untuk memilenialisasikan batik. Hal itu dilakukan agar batik bisa diterima dan disukai kalangan milenial.
"Saya juga berharap anak-anak muda mau membatik. Dengan begitu, anak-anak muda akan lebih banyak berperan," ujar Musa Widyatmodjo.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tak Membatasi
Dalam kesempatan itu, Musa Widyoatmodjo juga mengungkapkan bahwa dirinya tak membatasi kebebasan untuk membuat motif-motif batik. Mereka boleh menggambar mau menggambar rumah, hati, boneka, atau virus corona.
"Yang penting teknik pembuatannya dengan teknik malam dengan menggunakan canting. Dengan begitu hasilnya tetap batik, meski gambarnya virus corona, misalnya. Itu sah-sah saja," ujar Musa.
Selain batik, ke depan Musa juga akan membicarakan tentang ikat dan songket. Hal itu ia lakukan untuk memilenialkan wastra.
"Pada tahun 2020-2021 kita fokus pada batik, sedangkan pada 2021-2022 kami akan fokus pada ikat, dan pada 2022-2023 kita akan membahas songket," kata Musa.
Advertisement